47. Bukan Akhir

6.6K 286 35
                                    

THIS IS THE ENDING OF THIS STORY!

Kamu ingin dapat novel gratis terbitan Grass Media? Kalau mau, yuk aktif vote, komen, dan share di ig (jangan lupa tag instagram @gmgwriters.id dan penulis karya  yang kamu share😉) cerita dari peserta  #gmghuntingwriters2021. Nah, buat kamu yang terpilih jadi best reader bisa dapat novel gratis loh😍.


Tekan ☆ di pojok bawah ya:)
Koreksi juga kalau ada typo.

Happy reading❤

"Ada hal yang tidak bisa dipaksakan, salah satunya perasaan."

(Sivania Alana Raveira)

Tidak seperti kemarin-kemarin, kali ini Lana betul-betul menjaga jarak. Bahkan cewek itu sengaja tidak mau bertegur sapa dengan Aska ketika di dalam kelas, ia bersikap dingin. Sedangkan Aska berusaha menghancurkan tembok yang dibangun oleh Lana. Ia tidak mungkin membiarkan cewek itu dengan santai mengakhiri hubungan mereka.

Karena itu, Aska memberanikan diri ke rumah Lana setelah berhari-hari menunggu tanpa kepastian. Orang yang pertama kali menyambutnya adalah Mas Axel, pria itu membawa tas selempang bermerek Eiger. "Eh, Ka." Seperti biasanya, Mas Axel selalu menjadi sosok yang ramah dan mengayomi Aska seolah Aska adalah adik kandungnya.

Aska tersenyum, sangat tipis. Perasaannya sedang tidak keruan. Ia ingin segera bertemu Lana. "Lana ada, Mas?"

Mas Axel menggeleng. "Tadi ke minimarket. Kamu kenapa gak telfon dia dulu kalau mau ke sini?"

Aska membuang napas. Karena merasa Mas Axel tidak akan mengatainya berlebihan, ia memberanikan diri untuk bercerita pada cowok itu. "Kami ada sedikit masalah, Mas. Lana jauhin saya."

Mas Axel menganga. Ia tidak menduga masalah percintaan remaja juga bisa serumit itu. "Kalian ini masih remaja tapi pacarannya udah kayak orang dewasa."

Ugh, rupanya Aska salah menilai. Kebanyakan orang yang umurnya lebih tua memang sering menilai seperti itu, seperti mereka sudah merasakan segala jenis rasa di dunia ini. Aska membuang napas, mungkin tidak akan ada dukungan dari Mas Axel agar ia bisa berbaikan dengan Lana. "Maklum, Mas. Mas juga pasti pernah remaja, kan?"

Mas Axel mendengkus, namun kemudian mempersilahkan Aska duduk di teras rumahnya. "Kamu nungguin Lana di sini saja, Mas ada urusan penting."

Aska malas menebak-nebak apa urusan pria dewasa itu, sebab hal tersebut bukan lah daerah teritorialnya. "Siap, Mas. Hati-hati."

Aska duduk tenang, meskipun jantungnya berdetak di luar kendali. Ambyar sudah kalau Lana muncul dan mengetahui kegugupannya. Mau ditaruh di mana wajahnya?

"Ngapain kamu di sini?"

Aska terlonjak kaget, ia memegang dada kirinya. Suara Lana membuyarkan kefokusan Aska yang tadinya tengah menekuri pahatan meja kayu berbentuk bundar di hadapannya.

"Ketemu kamu," jawab Aska cepat, setelah sadar dari keterkejutannya. Cowok itu bangkit mengambil kantong plastik dari tangan Lana.

"Eh, ngapain?!" Lana berteriak panik, menyadari benda hitam itu hilang dari tangannya.

Aska melongok, memperhatikan isi dalam kantung plastik itu dan menemukan benda yang ada tulisan SOFTEX. "Ini apaan, sih?"

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang