22. We're Just Friend

7K 378 26
                                    

Tekan ☆ di pojok bawah ya:)
Koreksi juga kalau ada typo.

Happy reading❤

“She change my world with her smile, but my heart is broken if I see her tears.”

(Samudra Alaska Reihanaldi)

“Kenapa setiap kita ketemu, lo selalu dalam keadaan menyedihkan?”

Lana tersenyum kecut mendengar sindiran cowok berkacamata di sisinya.

“Lo ngapain di sini?” tanpa menjawab pertanyaan Risky, Lana balik bertanya.

“Lo sendiri ngapain di sini?”

Lana memutar bola mata. Ia tidak mengacuhkan pertanyaan Risky. Cewek itu membuang pandangannya ke luar kedai kopi yang sore ini dikunjunginya. Masih dengan seragam sekolah sama seperti Risky.

Lana menghela napas dalam, kemudian ia bertanya lirih, “Lo tau dari mana gue di sini?”

“Gue tadi ngikutin lo,” Risky menjeda ucapannya sejenak, lalu memperhatikan ekspresi tanda tanya Lana. Risky melanjutkan ucapannya, “Tadi kita naik bus yang sama kalau itu yang ingin lo tau. Gue sih merhatiin lo mulu, tapi pada dasarnya gue gak pernah terlihat ada bagi lo.” Di akhir kalimat volume suara Risky merendah, namun masih bisa didengar Lana hingga membuat cewek itu menghela napas.

“Kenapa harus gue?” tanyanya pelan.

Risky mendongak, ia tersenyum tipis pada Lana yang menunduk memandang ice cream vanila yang belum disentuhnya. Cowok itu menyesap mocca late-nya. “Karena gue gak bisa milih sama siapa gue harus jatuh cinta.”

“Tapi gak harus sama gue, Ky ....”

“Kenapa? Karena lo sukanya sama Aska?”

Lana bungkam. Ia tidak tahu jika ada seseorang yang bisa menebak perasaannya secepat ini. Cewek itu memandang Risky, sendu.

“Gue tau, Lan. Tapi bukan berarti lo berhak larang gue suka sama lo. Kecewa ataupun tidak, hanya gue yang akan rasakan sakitnya.”

Risky jelas melihat tatapan bersalah Lana. Hal yang membuatnya tersenyum miris saat ia kembali menyadari bahwa seberapa sering pun ia hadir mengisi hari Lana, cewek itu hanya melihatnya sebagai teman biasa.

“Lo gak perlu tunjukin ke gue bagaimana menyedihkannya gue saat ini, gue tau itu.”

“Bukan!” Lana sedikit menaikkan volume suaranya hingga mengundang beberapa perhatian pengunjung yang tidak seberapa, sebelum mereka kembali ke aktivitas masing-masing. “Gue hanya gak tau kalau ternyata gue merasa canggung saat dengar pernyataan lo tadi. Jujur Ky, ini pertama kalinya gue nolak cowok karena selama ini tiap ada yang nembak gue, gue selalu nerima walaupun gue gak suka mereka. Tapi gue gak bisa lakuin hal itu ke lo Ky, lo udah gue anggap teman baik, karena lo buat gue nyadar ada hal-hal yang gak pernah gue tau hanya dengan mata kepala gue sendiri. Lo baik, bukan berarti gue bilang lo terlalu baik untuk gue, tapi gue gak mau setelah gue nerima lo dan pada akhirnya kita putus, kita pasti bakalan canggung pas berpapasan, dan gue gak mau itu terjadi sama lo.”

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang