35. Not A Bad Thing

5.5K 266 13
                                    

Tekan ☆ di pojok bawah ya:)
Koreksi juga kalau ada typo.

Happy reading❤

“Wherever you are, I’ll always beside you.”

(Sivania Alana Raveira)

Aska menyusul Lana yang meninggalkannya lebih dulu ke parkiran. Cewek itu memang keras kepala, tapi tidak tahu kenapa Lana selalu membuatnya merasa berharga. “Lan, aku bilang tunggu aku!”

“Kamu sih, ke toiletnya lama banget.” Cewek itu mengerucutkan bibirnya, karena sudah 30 menit menunggu Aska yang katanya ke toilet itu.

“Ya kan, emang gitu.”

Aska menyerahkan helm putihnya pada Lana yang diraih oleh cewek mungil tersebut. “Bikin apa sih di toilet?” Masih dengan kekesalan, Lana mengenakan helmnya.

“Bobo ganteng,’’ ujar Aska seraya menyisipkan anak-anak rambut Lana ke samping telinga cewek yang telah mengenakan helm tersebut.

“Ngesalin!”

Aska terkekeh. Cowok tersebut menunggangi motornya, dan meminta Lana untuk segera naik.

“Kita mau ke mana?”

“Toko sepatu, mau nyariin Mas Axel kado.”

Aska mengendarai motornya melewati gerbang SMA NUSANTARA sore ini. Cowok itu sengaja memperlambat laju motornya karena ingin menghabiskan waktu sedikit lebih lama bersama Lana. Akhir-akhir ini mereka jarang bertemu selain di sekolah, karena keduanya fokus belajar untuk ujian kenaikan kelas, apalagi jika sudah menginjak kelas XII, keduanya pasti tidak akan ada waktu sebab harus mengikuti berbagai les untuk mempersiapkan ujian.

“Habis dari nyari kado, kamu mau ke mana?” Aska bertanya dengan suara keras. Motor yang dikendarainya sudah beriringan dengan kendara lain di jalan raya.

Lana yang memegang ujung swuiter cowok itu dan menyahut, “Kayaknya di rumah aja deh, mau belajar kan minggu depan udah ujian.”

Aska mengangguk, ia mengikuti jalan yang ditunjuk Lana. “Di sana tokonya.”

“Loh, dekat, ya. Kenapa gak jalan kaki aja tadi?” tanyanya setelah memarkir motornya yang diarahkan oleh petugas.

Lana turun dari boncengan cowok itu, ia melepaskan helmnya dengan dahi berkerut. “Kan ada kamu yang ngantarin aku, kenapa aku harus jalan kaki?”

Aska ikut melepaskan helmnya, cowok itu mengekori Lana dan bergegas berjalan di sisi pacarnya itu ketika seorang ibu-ibu nyaris menyenggol Lana, Aska menarik lembut bahu Lana.

“Pertama, kalau kamu jalan kaki otomatis aku hemat bensin. Kedua, kamu bisa sekalian olahraga, kan untuk kesehatan kamu juga,” celetuk cowok itu membuat Lana berdecak.

“Bilang aja pelit!”

“Ahahaha,”

“Tapi seriusan deh, Lan, yang aku bilang benar, kan? Entar pulangnya kamu jalan kaki aja ya, malam ini aku mau manggung.”

“Ikuut!”

Mereka berbelok ke lorong di mana tempat sneakers terbaru dengan harga yang pasti mampu membuat tabungan Lana terkuras berjejer, tapi Lana ikhlas, karena Mas Axel juga selalu memberikannya sesuatu yang berharga. Kasih sayang contohnya.

“Gak usah. Kamu pasti capek, dan kamu kan mesti belajar.”

“Loh tadi katanya kita mau belajar bareng,”

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang