13. Berdua

8.9K 512 8
                                    

Kamu ingin dapat novel gratis terbitan Grass Media? Kalau mau, yuk aktif vote, komen, dan share di ig (jangan lupa tag instagram @gmgwriters.id dan penulis karya  yang kamu share😉) cerita dari peserta  #gmghuntingwriters2021. Nah, buat kamu yang terpilih jadi best reader bisa dapat novel gratis loh😍.

“Kini aku tahu, yang terlihat bahagia bisa jadi adalah orang yang paling banyak menyimpan luka.”

(Sivania Alana Raveira)

“Kita mau ke mana?”

Aska melirik sekilas Lana yang duduk di jok belakang motor besarnya. “Ke suatu tempat!” jawabnya keras, mengalahkan bising kendaraan lain.

“Awas ya kalau lo niat nyulik gue! Gue gak bakal jadi murid lo lagi!” Aska tergelak, ia tidak menyangka Lana melontarkan ancaman yang menurutnya lucu.

Aska menghentikan laju motornya ketika traffic light berwarna merah. Sore ini jalanan macet seperti biasanya membuat Lana menggerutu pelan. “Gak bakal, lagian gak ada gunanya gue nyulik lo, mending gue jadiin pacar, atau kalau gue udah sukses, lo bisa kok jadi Ibu dari anak-anak gue, ya walaupun gue harus sabar punya istri petakilan kayak lo.”

Lana menjitak pelan kepala Aska yang terlindungi helm. “Ngesalin banget sih jadi orang.”

Aska tersenyum tipis, dari balik spionnya, ia memperhatikan Lana yang mengembungkan pipinya, menambah kesan menggemaskan karena cewek itu mengenakan helm pink bermotif hello kitty.

“Pipi lo tembem, jelek,” ejeknya sengaja, padahal semua orang pun tahu bahwa pipi Lana itu tirus. Aska kembali melajukan motornya setelah traffic light kembali berwarna hijau.

Lana memukul bahu Aska lumayan keras membuat cowok itu pura-pura meringis kesakitan. “Maksud lo gue gendut gitu?!” decaknya tak terima.

Aska terkekeh. “Gue gak ngomong, lho.”

“Tapi tetap aja lo maksud gitu!”

Aska tertawa puas sebelum memberhentikan motornya di salah satu bangunan di pinggir jalan. Matahari sebentar lagi tenggelam, namun Aska tenang-tenang saja jika Lana pulang sedikit kemalaman, karena ia telah izin terlebih dahulu kepada kakak cewek itu.

“Ngapain ke sini?” tanya Lana sedetik kemudian setelah Aska memarkirkan motornya di bawah pohon mangga. Cewek itu turun dan melepaskan helmnya.

Aska menyusul Lana. Ia menjawab asal, “Mau mutasi lo.”

“Aska!!”

“Hahahaha ...,” Aska tergelak keras, tidak peduli Lana yang mengerucut sebal. Kemudian cowok itu menarik Lana membawanya memasuki cafe yang didesain kekinian. Ada lukisan cangkir dan kopi yang berhamburan di dinding, kesannya unik, memanjakan mata. “Ini cafe bokapnya Rama. Kebetulan gue sama teman-teman gue sering tampil di sini,” jelasnya tanpa diminta.

“Nyanyi?”

Aska mengangguk. “Ya gitu deh, untuk mengisi waktu luang aja.”

Lana manggut-manggut, mengikuti langkah Aska yang menghampiri meja beberapa orang di ruangan itu. “Lo udah pada lama?” tanyanya pada sohibnya yang sudah Lana kenal.

“Gue udah keriputan di sini,” jawab Fiko kesal.

Lana dan Aska tertawa, kemudian mengambil meja di sebelah meja keempat temannya.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang