43. Teka-Teki

3.8K 221 5
                                    

Kamu ingin dapat novel gratis terbitan Grass Media? Kalau mau, yuk aktif vote, komen, dan share di ig (jangan lupa tag instagram @gmgwriters.id dan penulis karya  yang kamu share😉) cerita dari peserta  #gmghuntingwriters2021. Nah, buat kamu yang terpilih jadi best reader bisa dapat novel gratis loh😍.


Tekan ☆ di pojok bawah ya:)
Koreksi juga kalau ada typo.

Happy reading❤

Note: Menuju Ending

“Setiap orang memiliki topeng yang akan sesekali ia kenakan, dan biasanya
topeng itu digunakan untuk melindungi dirinya dari bahaya;
topeng tersenyum seolah ia yang paling tegar.”

(Sivania Alana  Raveira)

Aska memejamkan mata. Ia berujar penuh emosi, “Sial! Kita dijebak, Lan!”

Lana tidak tahu ada apa di balik kalimat itu, namun dari ekspresi Aska, Lana berani menebak; Aska telah menemukan fakta yang beberapa minggu ini mereka cari. “Bisa kamu jelasin lebih detail?” tanya Lana pura-pura tenang, padahal jantungnya sudah berdetak tak keruan.

Aska menoleh ke sekelilingnya, dan ketika menemukan satpam yang tengah menatapnya penasaran, cowok itu kembali memandang Lana. “Yuk, pulang. Kita gak bisa lanjut ngomong di sini,” katanya.

Tanpa membuang waktu, keduanya menuju mobil yang berada di parkiran, petugas membantu Aska dalam membebaskan mobilnya dari kekangan kendaraan lain. Aska memejamkan mata sekilas ketika telah melewati gedung apartemen tersebut. “Selama ini, aku sempat curiga yang ada di balik semua ini adalah Kakak Viola, karena dari ciri-ciri yang kamu sebutkan itu mirip sama dia. Tapi ...,” Aska mengembalikan pandangannya ke arah jalanan, tidak acuh akan perasaan Lana yang sudah sangat penasaran.

“Tapi kenapa, Ka?” tanya Lana. Ia tidak bisa terus-terusan dibuat penasaran seperti ini!

Aska melirik Lana, dan melihat raut wajah cewek itu, Aska tidak tega kalau Lana sampai tahu kenyataan yang ia temukan. “Gak bisa, aku gak mau kita kecelakaan,” ujarnya.

Lana berdecak kesal. Meskipun sulit, ia tetap berusaha mengabaikan rasa penasaran yang bercokol di hatinya, padahal cewek itu tahu rasa penasarannya tidak akan terpenuhi kalau tidak mendapatkan jawabannya.

Aska mengemudi tenang walaupun banyak pikiran-pikiran tidak menyenangkan di kepalanya, melewati jalan macet yang sudah disinari lampu-lampu jalan serta lampu kendaraan yang berlalu-lalang. “Kita ngomong di rumah kamu aja.”

“Kamu gak apa-apa pulangnya kemaleman?” Lana pernah mendengar dari Risky kalau ayah Aska merupakan pria tempramental, ia tidak ingin karenanya Aska mendapatkan masalah ketika pulang.

“Gak apa-apa, kok. Malam ini aku akan bermalam di rumah mama.” Aska tersenyum tipis ke arah Lana berusaha meyakinkan cewek itu.

Lana mengangguk paham, meski ada perasaan takut yang menghampirinya.

Mereka tiba tidak lama kemudian, dan disambut oleh Mas Axel yang berdiri berkacak pinggang. Pria itu menganga ketika melihat wajah Aska yang babak belur, dan darah yang mengering di beberapa titik. “Jadi kamu tukang berantem?!” tanyanya kesal, apalagi melihat kedua remaja itu yang pulang ketika waktu telah beranjak malam, sementara pakaian yang keduanya kenakan masih seragam sekolah.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang