29. Di Ambang Batas

5.9K 304 16
                                    

Tekan ☆ di pojok bawah ya:)
Koreksi juga kalau ada typo.

Happy reading❤

“Kita tidak ingin berakhir menjadi saya dan kamu, tapi kita mencoba mengasingkan diri, seolah lupa jarak bisa mengikis rasa, dan akhirnya kita akan bertemu penyesalan yang berujung kecewa.”

(Sivania Alana Raveira)

Aska memandang Lana yang menatapnya dengan perasaan campur aduk; kesal, marah, dan kecewa. Cowok itu kemudian melirik Risky yang memberinya tatapan sengit.

“Kenapa lo liatin gue segitunya?” tanyanya penuh ejekan.

Risky menggeram. “Pengecut!” desisnya tajam.

Aska bersandar pada punggung kursi, tatapannya jatuh pada Lana yang bergeming seraya menundukkan kepala. Ada rasa bersalah yang menyentil hatinya, tapi untuk beberapa hari ke depan Aska tidak akan peduli oleh perasaan melankolis itu.

“Kayak lo gak pengecut aja, terima-terima aja cintanya bertepuk sebelah tangan,” balasnya tenang.

Risky tersenyum miring. “Gue akan ngejar dia setelah ini, karena gue rasa sebentar lagi dia bakal tau kalau orang yang saat ini jadi pacarnya cuman niat main-main.”

Ketenangan Aska tidak bertahan lama, cowok itu menggeram, “Jaga mulut lo!”

“Kenapa? Takut dia berpaling sama gue karena sadar kalau cowok pengecut kayak lo gak pantas dipertahanin?”

“Ky, udah, mending kita balik,” suara sedikit bergetar Lana menahan Risky agar tidak menjatuhkan terus menerus bom waktu kepada Aska yang ekspresinya sudah menakutkan.

“Tapi ini belum selesai, Lan, semuanya harus tuntas hari ini, biar si Pengecut ini tau kalau dia gak pantas buat lo!”

Lana memejamkan mata, ia mendesah gusar. “Please, Ky, ini di tempat umum, gue gak mau ada kekacauan.”

Risky mendengkus, tapi akhirnya memilih mengulurkan tangannya untuk membantu Lana berdiri—Lana kembali duduk setelah Aska dan Viola duduk di depannya.

“Gue gak akan biarin hubungan lo membaik dengan Lana!” peringatan tersebut membuat Aska mengepalkan tangannya. Sedangkan Lana menarik Risky agar tidak mencari keributan di tempat umum.

Kedua anak manusia tersebut meninggalkan sepasang manusia yang bergeming.

Aska mengusap kasar wajahnya, ia mendesah gusar. Tidak acuh akan kehadiran Viola yang duduk bersamanya.

“Lepasin dia, Sam. Dia gak akan pernah bisa ngertiin kamu seperti aku. Kita bisa mulai dari awal, kan?” Oleh rentetan kalimat Viola membuat pejaman mata Aska terbuka.

Cowok itu memandang sayu cewek di depannya. “Aku gak bisa. Kamu harusnya ngerti dari awal bahwa dengan berani ninggalin aku, itu tandanya kamu siap kehilangan aku. Jadi sekarang kita cukup jadi teman.”

Viola menolak tegas, “Gak bisa! Aku gak akan biarin siapapun ngambil posisi aku, termasuk cewek tidak tau diri itu!”

“Vi!”

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang