36. MANTAN GEBETAN

5.6K 295 13
                                    

Kamu ingin dapat novel gratis terbitan Grass Media? Kalau mau, yuk aktif vote, komen, dan share di ig (jangan lupa tag instagram @gmgwriters.id dan penulis karya  yang kamu share😉) cerita dari peserta  #gmghuntingwriters2021. Nah, buat kamu yang terpilih jadi best reader bisa dapat novel gratis loh😍.


Tekan ☆ di pojok bawah ya:)
Koreksi juga kalau ada typo.

Happy reading❤

“Kalau mantanmu masih simpan foto kamu di instagramnya, berarti hanya dua kemungkinan; 1. Dia belum move on. 2. Dia tidak mau dianggap jomblo, walaupun sebenarnya dia jomblo menyedihkan.”

(Samudra Alaska Reihanaldi)

“Kenapa bisa kayak gini, sih?” Ini sudah pertanyaan yang ke lima kalinya sejak Lana tiba di rumah mama Aska.

“Cuman kecelakaan kecil, gak perlu khawatir,” dan jawaban Aska selalu sama.

Lana membuang napas, ia kembali telaten mengobati luka-luka di lengan Aska. “Kalau cuman kecelakaan kecil, gak mungkin sampe luka-luka gini. Aku juga tadi udah ingatin kamu jangan bawa motornya kenceng-kenceng, tapi masih aja keras kepala. Sok jagoan, sih!” omelan Lana ditanggapi senyum kecil Aska. Cowok itu sepertinya puas melihatnya mencerocos.

“Kamu gak sayang apa sama tubuh kamu dibiarin luka-luka gini, kalau infeksi kan bahaya,” Lana masih saja melanjutkan ocehannya, namun tangannya juga tidak lepas dari kapas, betadine, dan kawan-kawannya. Cewek itu dengan kesabaran yang sisa 20% merekatkan plester di siku Aska yang terdapat goresan cukup lebar, sepertinya karena terseret di aspal.

“Mulut kamu gak berbusa, Lan?”

Lana melotot mendengar pertanyaan kurang ajar Aska. Cewek itu menekan luka goresan di lengan bawah Aska. “Masih aja nyebalin,” gerutunya.

Aska meringis merasakan perih pada luka goresannya yang belum diobati. “Cepatin obatinnya, lelet amat sih asisten aku ini.”

Lana berdecak lagi, dengan kesal cewek itu menyimpan perkakas P3K lalu bangkit berdiri. “Obatin sendiri lukanya, aku mau pulang!”

Aska menengadah memandang Lana, ia menyahut cepat, “Loh, gak nungguin aku selesai dulu? Nanti aku kan yang antar kamu?”

“Gak usah! Kamu gak liat luka-luka kamu itu belum sembuh?! Atau mau nambah luka lagi?! Jadi orang jangan nyusahin, dong!” gerutunya tanpa tedeng aling-aling.

Aska menatap tajam Lana, pacarnya ternyata bisa semenyebalkan ini juga. “Excuse me? Gak salah? Bukannya selama ini kamu yang nyusahin, dari awal masuk sekolah, terus minta diajarin Matematika?”

Lana mengerucutkan bibirnya. “Jadi kamu pamrih?”

“Loh, siapa yang pamrih?” Aska bertanya heran, mohon maaf apa emosi bisa mengubah cara berpikir seseorang? “Aku cuman nyangkal tuduhan kamu yang bilang kalau aku itu nyusahin, pamrihnya di mana?”

“Tadi kamu ingatin aku, tandanya kamu pamrih!”

“Apaan sih, Lan, jangan jadi orang yang ribet, deh.”

“Cewek emang ribet, kalau gak mau yang ribet pacaran sama cowok sana!” Lana mengakhiri ucapannya dengan entakan kaki. Cewek itu berlari meninggalkan Aska yang terperangah di sofa ruang tamu sederhana rumah mama Aska.

Aska segera beranjak, ia tidak mungkin membiarkan Lana pulang sendirian di saat jam sudah menunjukkan pukul 8:27 WIB.

“Ka, itu pacar kamu kenapa?” Seorang wanita paruh baya yang duduk di kursi roda itu bertanya pada putranya.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang