34. Aska Sayangnya Lana

5.6K 312 10
                                    


BUAT YANG MAU IKUTAN #BestReaders bisa cek ketentuannya di instagram  @gmgwriters.id dan menangin hadiah buku gratissss

Tekan ☆ di pojok bawah ya:)
Koreksi juga kalau ada typo.

Happy reading❤

“Aku, kamu, dan kita.”

(Samudra Alaska Reihanaldi)

“Jadi kalian udah baikan?”

Lana menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan cowok di sampingnya. Dia dan Aska memang belum baikan, karena Lana sengaja menjauhi cowok yang masih berstatus pacarnya tersebut.

“Kalau gitu kapan putusnya?”

Lana langsung mendelik pada Risky yang memasang tampang innocent. “Kok lo nanya gitu, sih?” tanyanya sewot.

Cowok berkacamata dan berlesung pipit tersebut menyeringai. “Karena kata orang kalau udah marahan lebih dari 3 hari, kita itu berdosa, nah daripada lo berdua buat dosa mending kalian putus aja.”

“Lo pikir dengan kami pacaran itu gak bikin dosa?”

Risky tersenyum mengejek. “Kalau udah tau dosa, kenapa masih dilakuin?”

Lana menghela napas, seolah berat untuk mengungkapkan hal ini kepada Risky. “Manusia emang gitu,”

“Gitu doang?” tanya Risky dengan alis yang menyatu.

“Kepo amat sih lo. Kalau pengen tau banyak, baca tuh buku- buku agama.”
Risky tidak meladeni Lana lagi. Ia tahu jika ia terus melanjutkan maka Lana akan murka, jadi cowok itu mencari aman saja.

“Ky,”

“Hm,”

“Lo kenal Jessi teman sekelas gue, kan?”

“Teman lo yang rambutnya kayak Dora itu,”

“Yup.”

“Dia kenapa?”

“Gak tau sih pastinya, tapi gue rasa dia rada kayak jauhin gue gitu? Contohnya tadi di kelas, gue nanya kalau dia udah ngerjain tugas Ekonomi, dan dia jawabnya singkaaaat banget, kayak gak niat jawab. Padahal biasanya dia nanya balik, kalau gue belum kerja dia bakal omelin gue panjang lebar.”

Risky mengerutkan dahinya tampak berpikir. Dari penjelasan Lana jelas terlihat ada yang salah dengan sikap Jessi, dia sebagai orang yang tidak dekat dengan cewek tersebut pasti akan sulit menebak.

“Kayaknya lo bikin salah sama dia dan lo belum minta maaf,” putus Risky setelah beberapa menit berpikir.

“Gue juga mikir gitu, tapi gak tau salah gue di mana. Mana tadi pas gue minta maaf, dia bilang gue gak perlu minta maaf kalau gak tau salah gue apa.”

“Benar juga si anjir.”

“Ih kasar mulut lo!”

“Ahahaha,”

“Lo bisa serius gak, sih?”

“Bisa, kok. Apalagi seriusin lo.”

“Ky! Lo kan udah pernah bilang gak bakal pernah bahas itu lagi!”

“Iya, ya. Gue lupa ahahaha.”

Lana cemberut melihat tawa bahagia Risky. Tanpa tahu—di ujung koridor kelas 11, mereka berdua berdiri—Risky hanya pura-pura tertawa di balik raut sedihnya. Ternyata Lana tidak sepeka itu.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang