2. Ketua Kelas

18.9K 904 21
                                    


Kamu ingin dapat novel gratis terbitan Grass Media? Kalau mau, yuk aktif vote, komen, dan share di ig (jangan lupa tag instagram @gmgwriters.id dan penulis karya  yang kamu share😉) cerita dari peserta  #gmghuntingwriters2021. Nah, buat kamu yang terpilih jadi best reader bisa dapat novel gratis loh😍.

Happy reading❤

“I still remember the first day I met you.”
(Samudra Alaska Reihanaldi)

Hari Senin adalah hari yang menyebalkan bagi banyak siswa. Tetapi hal tersebut tidak termasuk bagi orang seperti Aska, tertib. Sebagai seseorang penganut kedisiplinan tinggi, upacara bendera harus ia ikuti, walaupun terik matahari sering kali membakar kulit.

Karena Aska selalu ingat dengan pelajaran sejarah, kata orang-orang, dan sesuai yang ia ketahui; para pahlawan berjuang mati-matian untuk kemerdekaan Indonesia, melewati perang dunia. Lalu, mengapa sebagai generasi bangsa melaksanakan upacara di hari Senin saja sudah malas?

Oke, Aska bukan ingin ceramah. Ini hanya pendapatnya saja.

Aska berdiri di posisi belakang regu penyanyi putra—karena hari ini giliran kelasnya—di mana matahari tidak menyorot padanya.

Hormat bendera, lagu kebangsaan, hening cipta, dan urutan upacara lainnya telah dilaksanakan. Para guru dan peserta sudah bubar. Tapi Aska masih memandangi seorang cewek bersaragam putih abu-abu yang tengah memandangi bendera merah-putih yang telah berkibar.

Aska mendekati cewek itu, yang duduk di depan koridor, sejajar dengan lapangan. Ia berdiri di hadapan cewek itu, membuat cewek itu menatapnya, kemudian mendelik. "Ellah, sekolah ini sempit amat, sih, sampe ketemu lo lagi!" gerutunya, lalu bangkit berhadapan dengan cowok jangkung yang memandangnya sinis.

"Apa lo liat-liat? Gue makin cakep? Iya sih, gak heran. Udah banyak yang bilang, tapi sorry yah sekalipun lo naksir gue kek gimana gue gak bakal nerima lo. Gue udah blacklist lo dari daftar calon masa depan gue, mending lo cari cewek lain yang mau jadiin lo masa depan ... mmphhh!" Cewek itu menarik paksa tangan Aska yang membekap mulutnya.

"Mulut lo kayak comberan! Masuk kelas lo sana!" Aska tidak sibuk untuk menghilangkan nada memerintah pada perkataannya.

"Eh buseeet minta di sedot tuh biji mata lo yaaa. Gue udah capek pake liptint, tapi tangan lo yang berkuman berani ngapus liptint gue! Pake merintah segala lagi, Kepsek aja belum nyuruh gue ke kelas, lah gue belum tahu kelas gue di mana. Eh, lo kelas berapa emang? Bantuin gue ke ruang Kepsek dong, males gue ke sana sendirian, nanti dikirain gue jomblo."

Aska mendesah frustasi. "Lo sendiri aja. Sana cepat!!" usirnya memutar tubuh cewek itu, lalu mendorongnya pelan.

Dengan sesekali menghentakkan kaki, cewek itu pergi ke ruang kepala sekolah sendirian. "NYESAL LO GAK NEMANIN CEWEK CAKEP KAYAK GUE!!" teriaknya menoleh sekilas pada Aska yang mendengkus.

Aska menggeleng heran, mengapa ia meladeni cewek aneh seperti Lana? Tapi, mungkin ini berhubungan dengan dia yang sebagai siswa disiplin, baik, dan rajin menolong—menurutnya. Jadi tidak heran, jika ia menghampiri cewek aneh yang memandangi bendera tanpa tahu apa arti tatapan tak jelas itu.

"Mengapa kamu pindah sekolah? Apa sekolah kamu di sana tidak menarik? Atau kamu buat masalah di sekolah kamu di Bandung lalu kamu dikeluarin?" baru masuk ruang Kepala Sekolah, Bu Maryah—sang Kepala Sekolah—sudah memborbardir Lana dengan pertanyaan.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang