46. Bukti

4.4K 227 9
                                    

Kamu ingin dapat novel gratis terbitan Grass Media? Kalau mau, yuk aktif vote, komen, dan share di ig (jangan lupa tag instagram @gmgwriters.id dan penulis karya  yang kamu share😉) cerita dari peserta  #gmghuntingwriters2021. Nah, buat kamu yang terpilih jadi best reader bisa dapat novel gratis loh😍.


Tekan ☆ di pojok bawah ya:)

Koreksi juga kalau ada typo.

Happy reading❤

"Berhenti berkoar-koar kalau hanya
untuk membuktikan ketulusanmu."

(Samudra Alaska Reihanaldi)

Lana ingin menjauhi Aska, karena setelah melihat kejadian dua hari lalu, ia tidak memiliki gairah, bahkan untuk sekadar bertemu cowok itu.

Sabtu dan Minggu Lana bisa menjauhi Aska, namun di hari Senin tidak ada alasan untuk ia tidak ke sekolah. Sejenak ia bisa bebas ketika seorang guru masuk, tetapi setelah itu Aska menahan langkahnya yang ingin ke kantin agar tak bisa membebaskan diri.

"Ada yang mau aku omongin," kata cowok itu.

Lana menaikkan alis, seolah bertanya. "Ngomong aja, biasanya kamu gak suka basa-basi." Untuk mengubah cara berbicara, Lana tidak akan semudah itu bisa.

Aska memakukan tatapannya pada netra cewek itu. Ia mengembuskan napas, memberikan kesan dramatis sehingga Lana ingin sekali menimpuk kepala cowok itu menggunakan sepatu hitam yang dikenakannya.

"Pelakunya sudah ditangkap,"

Ouch, rupanya mereka masih memiliki masalah.

Lana jadi tegang sendiri, ia mengepalkan tangannya. Ingatan malam itu kembali lagi menyebabkan tubuhnya hendak roboh. "Siapa?" tanyanya, lirih.

"Bang Brian," Aska melihat delikan tidak puas di sorot sedikit ketakutan Lana. Ia kembali melanjutkan, "Kakak Viola, sekarang sedang di kantor polisi. Karena itu, pulang sekolah kita harus ke sana."

Lana mengangguk. Ia tidak mungkin memilih egonya untuk menghalau kedekatan dengan Aska, di saat ada yang jauh lebih penting di banding patah hati. "Itu saja?" Lana akhirnya bisa menenangkan dirinya, ketakutan itu perlahan-lahan ia lenyapkan.

Aska menggerakan kepalanya membentuk anggukan pelan. Ia memperhatikan raut wajah Lana sebelum berkata, "Maaf."

"Buat apa?"

Aska tahu, Lana sedang membohongi dirinya sendiri. Kelihatan jelas dari tatapan cewek itu yang ingin memakannya hidup-hidup sebab kembali menggali ingatan tiga malam lalu. "Misunderstanding,"

Lana tersenyum, sinis. "Gak perlu aku ingatin kan kalau hubungan kita udah berakhir?"

Aska menaikkan alisnya. Seingatnya, Lana sama sekali tidak mengungkit kata putus, atau mungkin ia yang tidak memperhatikan apa yang dikatakan cewek itu?

Lana mendengkus. "Kamu sama sekali gak peehatiin apa yang aku bilang! Aku sih tau, kamu pasti terlalu sibuk nenangin mantan kamu!"

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang