Akhir Terbaik

1.5K 128 5
                                    

Ada banyak waktu yang dimiliki untuk beristirahat bahkan tidur sepanjang siang. langit hari itu biru bersinar, lebih terlihat seperti lautan di kala tengah hari dengan kilauannya yang ganjil. Dibawah langit yang cerah terdapat padang rumput hijau keemasan di sepanjang mata memandang, berdiri bangunan megah bagai kristal di tengah-tengahnya dengan dinding tinggi mengelilinginya. Padang rumput yang mengelilingi bangunan itu tidak benar-benar sepi, bahkan di langitnya yang tampak berbeda dari biasanya tidak benar-benar kosong.

Sesekali seseorang atau sesuatu akan melintasinya, pintu-pintu cahaya bermunculan ketika para peri melewatinya, membawa kotak-kotak anyaman berisi tanaman-tanaman magis dari dunia mereka menuju Katil Putih. Suara para naga mendominasi langit, bersama hewan-hewan sihir yang dapat terbang bantu mengangkut barang-barang menuju ke ujung dunia.

Berlusin-lusin orang berada di dalam lingkungan Kastil Putih yang bercahaya lembut, tidak ada lagi penghalang yang telah terpasang di sana selama ratusan tahun untuk mencegah Bangsa Kegelapan masuk. Karena tamu-tamu mereka dari Wilayah Gelap sering memasukinya akhir-akhir ini, mereka tidak ingin membuat tamu-tamu jauh itu merasa tidak nyaman.

Disalah satu sudut istana itu ramai orang-orang berjubah gelap yang berkeliaran, sebagian besar mereka berwajah pucat dan tampak lemas, namun berusaha untuk membangkitkan tenaga dan semangat untuk pulih kembali. Kebanyakan dari para Wizard itu dikumpulkan dalam satu tempat yang jauh dari keributan lainnya, karena kutukan itu mereka jauh lebih lemah daripada sebelumnya, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mereka pulih.

"jika aku mengirimkan bukti-bukti ini mungkin aku bisa mendapat penghargaan!" seru David dengan dua jari membentuk V, di hadapannya duduk manis Sarah, Gledio, dan Jeriko. Ketiga temannya itu memandangi rekan mereka yang baru saja melepaskan gipsnya, berlari-lari memutari ruangan kecil yang mereka gunakan untuk berkumpul.

"berhenti bertingkah seperti anak-anak!" seru Sarah, beranjak berdiri. Gadis itu berusaha untuk tidak menggerakan tangannya walau dia gatal ingin memukul kepala laki-laki itu, dia harus pastikan luka-luka bakar yang dia dapatkan dari kelebihan menggunakan kekuatan untuk segera pulih sebelum mereka pulang. "ada banyak hal yang bisa kau lakukan selain bertingkah konyol! Kenapa tidak membantu Arin saja membawa barang-barang dari gudang Tetua Agung? Ku pikir kau menyukai gadis itu?"

Langkah pemuda itu berhenti. David memutar kepalanya ke arah Sarah dengan satu alis terangkat. "kenapa kau menyimpulkannya seperti itu? oh! Sebelumnya kau juga berkata aku menyukai Pira? Apakah setiap gadis yang ku dekati karena aku menyukai mereka?"

Sarah memutar mata jengkel, Jeriko tersenyum kikuk sambil menarik lengannya kembali untuk duduk. "kau laki-laki yang aneh."

David mendesah, melompat ke sofa. "aku punya banyak sepupu perempuan yang lebih tua dari ku, aku hanya terbiasa dikelilingi oleh mereka."

"wah, itu bisa jadi, ya?" dengus Sarah.

"bukankah tidak adil kita hanya duduk di sini saja?" ujar Dio, pemuda itu meringis saat hendak mendudukan dirinya. Jeriko beranjak dan membantunya duduk lebih baik, bersandar di punggung sofa. kepalanya sangat sakit, dia telah menggunakan banyak tenaga untuk melakukan teleportasi dengan banyak orang selama satu hari penuh—tidak, mungkin lebih—yang membuatnya pingsan selama satu hari penuh esoknya.

"lihat sendiri kondisimu? mau membantu mereka?" kata Sarah ketus, dia menggoyangkan kakinya. "bagaimana dengan mu, Jeriko? Tidak membantu Ryoko?"

Pemuda berwajah manis itu bersemu sesaat, membuat Sarah mendesah dan memutar mata jengkel. "tidak," Jeriko tersenyum tipis. "semua pekerjaan bisa di atasi orang-orang, lagi pula Raja meminta kita perbanyak istirahat. Hanya tersisa satu hari lagi untuk pembersihan, aku tidak ingin pulang-pulang dalam keadaan lelah. Apartemen ku pasti berantakan."

WIZARD (Broken Butterfly) ENDWhere stories live. Discover now