Para Dewi

1.9K 167 3
                                    

Tidak ada sang peramal masa depan yang dapat memprediksi apa yang akan terjadi esok hari, semua orang cemas. Hampir tidak bisa menghiraukan hal lain selain ketakutan, malam berputar dengan sangat cepat, tidak ada yang beristirahat dengan benar. Sebelum cahaya pagi menyingsing, tiga cahaya mendarat di depan pintu gerbang besar Kastil Putih. Sosok-sosok itu berpendar dalam balutan gaun sewarna mutiara, sepasang sayap besar mereka memenuhi udara dan melebur dalam kerlipan cahaya.

Pintu gerbang itu terbuka lebar mempersilahkan ketiganya memasuki halaman. Dibawah pilar-pilar Kastil Putih berdiri Raja Cahaya beserta jajarannya dan beberapa anak muda, ketegangan di wajah mereka tak terhentikan. Ke tiga wanita menghampiri mereka, membungkuk sesaat di hadapan sang Raja.

"mereka sudah berkumpul di depan setiap gerbang." Tekanan mengudara memenuhi udara sesaat pengumuman itu dilontarkan oleh Arin, reinkarnasi Dewi Soulus itu berupaya untuk tidak menunjukkan kekhawatiran di wajahnya. Bersikap tenang. "jumlah mereka lebih dari ratusan, semuanya para iblis namun aku yakin tidak lama lagi para wizard akan dikirimkan."

"kita tidak punya banyak waktu untuk memperbaiki gerbang walau Penjaga Alam bersama kita." iris sehijau daun muda milik Eva melayang kearah Ryoko. "Dea akan menggunakan kembali para wizard untuk meledakkan gerbangnya, dia mungkin akan berhasil. Tapi, jika kalian tidak ingin kehilangan wizard-wizard itu ada yang bisa kita lakukan."

"namun konsekuensinya tetap sama." ujar Rara, menyisipkan rambut coklat ikalnya ke belakang telinga. Mata semerah bara apinya menyala. "kami akan membuka gerbang, menyelamatkan semua wizard yang dipersiapkan—kita bisa melakukan sesuatu para kutukan mereka—dan membiarkan para iblis masuk. Entah Dea yang membobolnya dengan mengorbankan para wizard itu, atau kita mengambil alih para wizardnya dan para iblis tetap akan masuk. Ya, keduanya memang sulit."

Suasana menjadi mencengkram, bisik-bisik menyahut memenuhi udara. Ada penolakan, ada juga persetujuan. Namun keputusan utama ada di tangan Sang Raja, semua mata memandangi penguasa Kastil Putih itu. apa pun keputusan yang akan diambilnya, pada akhirnya akan menuju akhir yang sama.

"buka gerbangnya, para Dewi." Desahan nafas keras berasal dari semua arah, namun Sang Raja menegakkan punggungnya. Wajah wajahnya kaku, ada keteguhan yang kuat disana. "kita tidak butuh gerbang itu lagi! gerbang itu hanyalah menjadi rasa takut kita semua akan mahluk yang ada di dalam sana, dengan perang ini kita akan mengakhiri rasa takut itu."

*

Langit menjadi merah, angin bertiup kencang tak tentu arah. Suara sorak menggelegar datang dari balik gerbang tinggi itu, tubuh-tubuh menghimpit di bawahnya dengan kepala mendongak dan mulut mengumumkan sesuatu yang lirih. Namun tiba-tiba saja gerbang itu bergetar, suara deritnya menggema membuat keheningan yang tajam. Gerbang itu perlahan terbuka, cahaya terang melesak masuk, untuk sesaat menerangi sedikitnya Wilayah Gelap yang selama ini kehilangan cahayanya. Para bangsa Kegelapan berteriak menjauhi cahaya.

Empat titik gerbang perbatasan antar dunia itu akhirnya terbuka, setelah ratusan abad telah berlalu. Mempertemukan kedua kubu dari masing-masing wilayah yang menginginkan harapan satu sama lain. Tidak hanya itu, keempat dewi berada di masing-masing gerbang kekuasaan mereka.

Di selatan, Terata memimpin sebagai penjaga wilayah selatan.

Di Timur, Lumay memimpin sebagai penjaga wilayah timur.

Di Barat, Soulus memimpin sebagai penjaga wilayah barat.

Sedangkan di Utara, Verall memimpin sebagai penjaga wilayah utara.

Para wizard yang disiapkan untuk meledakkan gerbang menghilang. kedua belah pihak dipertemukan secara langsung, tak peduli waktu telah berjalan berapa lama. Semangat masih berkobar di semua mahluk yang menginjak tanah peperangan. Seolah telah dinanti sejak berabad-abad dulu, menguasai dunia dan menjaga perdamaian adalah kehendak dari masing-masing pasukan.

WIZARD (Broken Butterfly) ENDWhere stories live. Discover now