Tangan Kanan Pemburu Underworld

3K 255 30
                                    

"ditengah hutan sekali tempat ini!" seru Zaki, melipat tangan di depan dada selagi matanya terus gencar menatap puncak-puncak pepohonan kering dari atas atap mansion tua itu. dia telah diperingatkan untuk berhati-hati karena sebagian atapnya tidak lagi kuat menahan beban, di ujung atap Dio tertawa kencang. "apakah ini benar-benar Tokyo? Aku pernah melihat foto kota Tokyo di internet, tapi berbeda jauh dengan apa yang ku lihat sekarang! Bukankah Tokyo sudah penuh dengan gedung-gedung tinggi?!"

"Tokyo pun punya wilayah pinggiran juga!" seru Dio, kakinya berayun ringan bergantung di atap.

Langit tampaknya membeku pagi ini, dengan udara dingin berhembus tak hentinya. Walaupun begitu tidak ada salju yang turun hari ini. Padahal sebelum kami pergi di Wizard Academy sendiri sudah mulai turun salju, atau hanya ada sedikit perbedaan di sini? Aku tidak terlalu memperhatikannya.

Pepohonan tanpa daun, semak-semak serta rumput yang mengering di bawah sana membuat Suasana menjadi mati dan membeku. Mansion ini benar-benar terletak di tengah hutan, tidak jauh dari sini masih bisa terlihat bangunan-bangunan kota yang padat. Jika diluar musim dingin aku yakin bangunan ini akan sepenuhnya tersembunyi oleh pepohonan rindang dan semak-semak tinggi, namun sekarang musim dingin, dan semua tumbuhan masuk ke dalam waktu tidur mereka. Tapi ku rasa tetap cukup sulit untuk menemukan adanya bangunan megah dan tua ini di tengah hutan dengan tekstur tanah yang berundak-undak seperti bukit.

Satu malam lewat begitu saja, tidur tidak cukup untuk mengembalikan tenaga dan kekuatan kami. Aku bahkan tidak benar-benar bisa tidur semalam, dan ku rasa yang lain juga tidak bisa tidur pulas. Bagaimanapun kejadian kemarin benar-benar terasa seperti mimpi—aku harap begitu—tapi kami hanya berjumlah tujuh orang, sedangkan sembilan orang lagi terjebak entah di mana setelah tersedot oleh pusaran yang diciptakan Dea. Kami pun kehilangan dua orang rekan yang sangat berharga di waktu yang singkat, ini benar-benar mimpi terburuk yang pernah ku alami. Kami tidak pernah bisa merasakan ketenangan hanya untuk beristirahat.

Kami akan beristirahat untuk beberapa hari—dipaksa oleh Sora juga—untuk memulihkan tenaga dan kekuatan, serta menunggu Sora mengemas semua informasi yang didapatkan oleh bosnya untuk dibawa ke Underworld. Ya, itulah keputusannya. Kami akan pergi ke Underworld, tempat atau dunia yang diyakini Dea dan para Master berasal. Sora pun mengizinkan kami untuk mengetahui isi dari informasi yang telah dikumpulkan, tapi pemuda itu harus pergi pagi-pagi karena data-data yang dia miliki tersimpan di tempat yang berbeda. dia tidak ingin memberitahunya, dan aku tidak berniat memaksanya.

Hari masih pagi untuk merasa resah kapan Sora akan kembali. Jadi aku mengikuti teman-teman Sora membawa kami berkeliling mansion tua itu. Sebagian mansion itu yang dapat difungsikan, sisanya dibiarkan terbengkalai. Mereka beralasan membiarkan tempat itu tampak tak terurus dan tak berpenghuni untuk menurunkan minat orang lain mendekatinya, mereka menyebut tempat itu sebagai markas. Seperti yang terlihat di beberapa ruangan terdapat perangkat-perangkat canggih mirip seperti yang ada di film-film laga, mereka pun memiliki beberapa ruangan rahasia untuk menyimpan senjata.

Walaupun Sora mengatakan mereka sudah pensiun dari dunia kejahatan—bahkan sebagian besar orang-orang di sini telah bekerja di berbagai tempat—mereka tetap menyimpan semua alat-alat organisasi untuk digunakan jika terdesak. Ku rasa seperti sekarang.

Angin berhembus kencang melewati ku, menggoyangkan pepohonan, angin itu berputar seperti topan beberapa meter di tengah lapangan hingga akhirnya menghilang seperti ditarik dari dua sisi. Zaki melompat turun tepat setelah topan kecil itu menghilang, dia memandangi sekeliling sebelum berlari ke arah mansion. Dio muncul dari balik hutan bersama David dan Jeriko, mereka sepertinya sangat menikmati jalan-jalan singkat ini.

"semuanya begitu bersemangat." Aku mendongak, Melly muncul dari dalam rumah dengan sweater abu-abu yang entah bagaimana didapatkan salah satu teman Sora. Tidak hanya menyediakan tempat berlindung dan makanan untuk kami, mereka pun dengan repot memberikan kami pakaian baru yang lebih layak. Aku suka idenya, jujur saja aku tidak lagi ingin melihat seragam akademi itu! "syukurlah!"

WIZARD (Broken Butterfly) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang