Kekuatan

6.7K 426 37
                                    

'Ini dimana?' Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan melihat sekeliling ku. Tak ada apapun di sini, hanya ada kegelapan tanpa ujung.

'Halo, apa ada orang?' Teriak ku, tapi tak ada jawaban. Aku duduk di lantai yang gelap, merangkul kaki ku dan berharap akan ada seseorang yang datang.

Sudah cukup lama aku di dalam sana, dan aku mulai memikirkan hal-hal di luar nalar, seperti akan muncul monster besar dengan liur keluar dari mulutnya yang berbau bangkai atau monster yang memiliki tanduk dan sayap besar dan masih banyak lagi hal-hal aneh yang terlintas di kepalaku.

'Cukup Pira. Hentikan berfantasi mu untuk saat ini.' Batinku dan akhirnya bangkit berdiri.

Dua titik cahaya merah dan biru muncul entah dari mana, berputar-putar seperti menari satu sama lain. perlahan cahaya kecil itu meledak-ledak membentuk suatu wujud, di sisi kanan terdapat sebuah kristal salju yang berputar-putar memamerkan ukirannya yang indah dan di sisi kiri terdapat nyala api yang bergejolak.

Aku memberanikan diri untuk mendekatinya, ku ulurkan untuk menyentuhnya, saat aku berhasil menggapai kedua benda itu tiba-tiba hilang. Mereka kembali muncul tapi kali ini berada di tempat yang tinggi. Aku mendesah, mereka seolah mempermainkan ku. Lalu cahaya terang memenuhi satu titik di langit hitam. Titik itu bagai bintang yang seolah turun dari singgasananya, aku menjerit—tidak, itu bukan bintang ataupun kunang-kunang, lebih buruk. Itu adalah seseorang—setidaknya seseorang dengan balutan api emas dengan sayap raksasa di punggungnya yang ikut terbakar. Aku berbalik, berlari menjauh, lalu sesuatu menghantam tubuhku hingga terjatuh.

Rasanya seperti dijatuhi meteor dan sangat panas, tapi tak cukup untuk membuat rasa terbakar. Aku berbalik, malaikat jatuh itu pasti menabrak ku sebelum terpelanting dan hilang entah kemana. Sosoknya tidak bisa ku temukan dalam kegelapan ini.

Kedua benda aneh yang melayang di langit itu seperti memanggilku untuk mendekatinya, seperti ada suara lembut di telinga yang mendorongku untuk melangkah maju. Tubuhku bergerak dengan sendirinya, aku berjalan, kemudian setengah berlari, dan entah mengapa aku melompat. Sesuatu seperti memaksa untuk keluar dari punggung ku dan tiba-tiba saja aku menuju angkasa hitam kelam. Kepala ku berputar merasakan sesuatu membebani punggung ku dan menemukan empat sayap mengepak perlahan seputih bulu angsa.

Aku tiba di depan dua benda mencurigakan itu, tangan ku terjulur untuk meraihnya dan cahaya memenuhi sekitar saat aku merasakan keduanya menembus masuk dalam tubuh ku.

"ra—nona Pira."

Aku membuka mata saat mendengar suara itu, dengan dada bergemuruh dan nafas tercekat seolah habis berlari mengelilingi lapangan sepak bola. Masih bisa kurasakan tubuhku terombang-ambing di tengah udara kosong. "Sora," gumamku.

Tunggu, bukankah aku tadi terbang? Kenapa sekarang tiduran? Ku pandangi sekeliling dengan bingung, seperti orang yang dimasukkan ke ruangan asing sekaligus familiar.

"Anda baik-baik saja? Mengapa anda tidur di lantai?" Ucapnya sambil membantuku berdiri.

"aku—baik." Aku melihat sekeliling ku lagi dengan kening berkerut dalam kemudian menatap Sora. "Aku tidur di lantai?"

"Ya, saya menemukan Anda tidur di lantai." Wajah pemuda itu berkerut khawatir. "anda baik-baik saja, nona?"

Aku menatap Sora aneh. Kemudian memperhatikan tempat tadi saat aku bangun. "Jendela" gumamku, aku berada di jendela saat melihat bulan kemudian kupu-kupu itu datang dan—Belum sempat aku memikirkan lagi, Sora langsung memotongnya.

"Sebaiknya anda segera mandi dan sarapan, sudah pukul enam. Tadi, tuan besar pergi lebih awal."

Tidak ada waktu untuk memikirkan mimpi aneh itu. ya, mimpi teraneh yang pernah terjadi.

WIZARD (Broken Butterfly) ENDWhere stories live. Discover now