Hutan Mistis

2.7K 214 0
                                    

Mahluk-mahluk itu berwarna putih dengan tutul hitam, tubuhnya tidak sebesar sapi namun tidak sekecil kambing. Ekornya panjang tanpa bulu, keempat kakinya memiliki rambut yang lebih mirip seperti sepatu yang mereka kenakan. Tanduk mereka berpilin mirip banteng, dengan wajah yang dengan muka yang mirip dengan tapir. Makhluk itu mengeluarkan suara melengking seperti siulan burung, kata Won mahluk-mahluk itu disebut Topas yang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mengangkut barang-barang.

Para Topas tidak bisa berlari namun dapat berjalan cepat, dan yang lebih terpenting mereka mudah untuk diatur dan jinak. Won telah menyiapkan perbekalan untuk masing-masing dari anak-anak itu, memberikan peta yang dimilikinya ketika masih bekerja sebagai Kesatria untuk Kastil Putih. Dia juga memberi beberapa peringatan ketika memasuki Hutan Mistis.

Dalam waktu kurang dari dua jam mereka tiba di depan hutan lebat dan gelap karena tertutup kabut yang membumbung hingga ke atas langit. para Topas itu memperlihatkan gesture tak nyaman yang membuat mereka berhenti beberapa meter di depan hutan, mahluk-mahluk itu segera berputar arah dan berjalan cepat dengan insting untuk menjauhi tempat berbahaya.

Jalan setapak yang terlukis dalam peta tidak bisa mereka samakan dengan apa yang ada di dalam hutan berkabut itu. jarak pandang yang tipis menyulitkan mereka barang hanya untuk melihat satu meter di depan mata. mereka berjalan berdekatan untuk menjaga satu sama lain, memperhatikan sekeliling dengan waspada. Menurut Won jika mereka berhasil melintasi kabut itu dan sampai di ujung sisi kabut yang lain para Tetua Kastil Putih akan menyadari keberadaan mereka dan mengirimkan bantuan, masalahnya terletak di tengah-tengah perjalanan mereka.

Karena musuh dapat muncul kapan pun mereka suka. Sesuatu melesat di antara kabut yang sedikit tersingkir, mereka segera bersiaga saat sesuatu jatuh di sekitar mereka. terbalut oleh darah merah segar di sekitar leher yang putus. Beberapa orang berteriak kaget dan getaran pada tanah mengalihkan perhatian mereka.

Sesuatu memecahkan kabut, mirip jari-jari besar yang disusul oleh tubuh tinggi menjulang yang terbalut oleh daging-daging tebal. Mereka berjengit saat menemukan sepasang mata hitam yang menatap mereka dari atas, tangan kedua raksasa itu menggenggam sesuatu yang mereka sadari adalah Alicorn atau Coni, mereka tidak bisa menebak apakah para Coni itu makhluk yang sama dengan yang mereka tumpangi untuk datang ke tempat ini sebelumnya.

Mulut besarnya terbuka, menggerakkan sesuatu yang mengerikan. Jordi segera memerintahkan teman-temannya untuk bersiaga saat serangan datang. Mereka berpencar, para raksasa bergerak lambat namun tak memungkiri kekuatan dari hantaman tubuh mereka.

Kabut itu bucar akibat pergerakannya, sedikit menguntungkan mereka dapat melihat sekitar. Jordi menemukan jalan, meneriakan teman-temannya untuk mengarah ke titik yang sama. Para raksasa mengikuti mereka dengan teriakan seperti lengkingan terompet yang tersumbat. Pemuda itu mengeluarkan kekuatan esnya untuk menahan kaki si raksasa, tetapi es miliknya tak mampu menahan pergerakan si raksasa.

Api menyambar menyelimuti kabut, memberikan sedikit terang sebelum kembali gelap. Di sisi yang lain Egi bersama Pira mencoba menghabisi salah satu raksasa yang muncul. Makhluk itu berteriak saat tubuhnya terbakar oleh api hitam, terhuyung dan jatuh menimpa pepohonan membuat kabut di sekitar mereka terangkat.

Mereka mengambil kesempatan itu untuk kabur, Egi memberikan sinyal kepada orang-orang untuk mengikutinya menuju jalan setapak.

"kalian baik-baik saja?" tanya Jordi.

"ya," jawab Dini, berbalik ke sekitarnya. "kabutnya menipis. Topan ku tidak bisa mengangkat kabut ini."

"itu tidak masalah, kita hampir mendapat tujuan." Kata Jordi.

"menarik sekali!"

Mereka dikejutkan dengan kemunculan seseorang di tengah jalan, balutan jubah hitamnya menyembunyikan sosoknya. Mereka segera bersiaga saat sosok itu berjalan mendekat.

WIZARD (Broken Butterfly) ENDWhere stories live. Discover now