Rasa Kematian Yang Manis

2.5K 240 3
                                    

Dalam pikiranku, Ratu Peri tidak akan pernah meninggalkan dunianya. Karena dia adalah pusat dari kekuatan para peri lainnya dan satu-satunya harapan setelah Sang Penjaga Alam, dia tidak boleh berada di dalam bahaya, dia harus bersembunyi. Bahkan dia juga yang memperingatkan kami untuk menempatkan Ryoko bersamanya, Dunia Peri satu-satunya tempat teraman di sini. Tapi kurasa Ratu Peri tidak akan sedermawan itu untuk memasukan semua orang di Wilayah Terang ke Dunianya ketika Wilayah Gelap menyerang.

Kami sepertinya muncul di saat yang tepat. Sebenarnya tujuan ku adalah ruang pertemuan Raja, ku pikir Raja sedang berada di sana dengan Melly dan para bawahannya untuk mengatur rencana. Tidak ku sangka ada tamu-tamu lain yang ikut berkumpul. Kedatangan kami menjadi pusat perhatian untuk sekarang, apapun pembicaraan sebelumnya yang sangat penting itu telah terhenti.

Aku melangkah mendekat, perhatian ku sekilas menyapu ruangan besar itu. Melly ada di dekat Ryoko dan Ratu Peri, sama-sama menatap ku dengan kening berkerut. Ratu Peri mengernyitkan kening mulusnya, aku bisa melihat kilatan aneh pada tubuhnya yang tidak terlihat sebelumnya. begitu pun terjadi pada peri lain, apakah ini karena efek kekuatan Verall yang sekarang sudah sepenuhnya ada di tangan ku?

"Ratu Peri." Aku membungkuk dengan mengangkat satu sisi mantel putih panjang yang ku dapatkan dari seragam yang diberikan Raja. "aku telah membawa tubuh para reinkarnasi Dewi lainnya. seperti yang kita ketahui, jiwa mereka tidak ada di dalam raganya. Saat ini mereka masih hidup, namun kosong. Pernah kau berkata, jika Dunia mu adalah satu-satunya tempat teraman dari jangkauan Makhluk Kegelapan. Bisakah kau juga membawa tubuh reinkarnasi para Dewi ini ke tempat mu selagi kami menemukan Pohon Kehidupan?"

Manik biru kaca sang Ratu berkilauan. Di luar dunianya, dia tampak sangat mencolok, sangat berbeda. dia mengenakan gaun berwarna hijau daun dengan mantel putih tipis, rambut merah madunya tergerai jauh hingga melewati dudukan kursi. "tentu saja, Dewi Verall."

Tidak mengejutkan dia menyadari ku. mungkin karena reaksinya di awal lah, sepertinya para Peri jauh lebih sensitif dalam merasakan aura dari pada penyihir sekali pun. Aku mengangguk pada Ratu Peri, berterimakasih. Perhatian ku beralih pada Raja Cahaya yang ikut menatapku, para Tetua Agung melingkar di sampingnya, sama-sama menatap ku juga. ada pertanyaan yang tercetak jelas di wajahnya, terlebih sedikit keterkejutan.

Aku kembali mengangkat sisi mantel ku dan merunduk agak dalam. "maaf telah memasuki tempat ini tiba-tiba, Yang Mulia."

Raja berdiri dengan cepat, kupikir terlalu terburu-buru. Dia merapikan mantelnya dengan gerakan kaku dan mengangguk. "ya, tidak masalah." Raja berdehem. "kami sangat berterimakasih atas bantuan mu, telah mendapatkan para reinkarnasi Dewi."

Aku menggeleng pelan. "tidak hanya aku, Yang Mulia." Aku memutar kepala, menatap teman-teman yang lain. sesaat ku rasa telah mengalihkan pandangan dengan cepat dari Egi. "kami telah berusaha sebaik mungkin."

Raja mengangguk. "kalau anda berkenan, kalian bisa ikut mendengarkan apa yang tengah kami diskusikan sekarang."

Sejujurnya aku tidak suka sikap yang terlalu formal ini, terlebih dia terlihat seperti takut dan segan pada ku dari pada menganggapku orang yang sederajat atau lebih tinggi darinya. Tapi aku tidak berkomentar lebih banyak. beberapa penyihir membawakan kami kursi-kursi tambahan, meja panjang itu semakin melebar.

Duduk di tempat masing-masing, pembicaraan itu kembali dilanjutkan. Raja memandangi ku, sesaat melirik ke arah Melly. "kami mendapatkan penglihatan masa depan baru." Raja memulai, ia memandangi Melly lagi, yang wajahnya berubah pucat dengan cepat. "dari ramalan itu, diperlihatkan jika dinding Barat akan runtuh. Para Wizard—mahluk-mahluk yang membawa kekuatan alam dan dimensi lain—akan menyerang. kemudian cahaya-cahaya akan berguguran dari langit Wilayah Terang."

WIZARD (Broken Butterfly) ENDWhere stories live. Discover now