Pertemuan Yang Tenang

2.4K 242 3
                                    

Sudah cukup lama hingga hampir membuat ku lupa sejak kapan aku meninggalkan kampung halaman ku, dimana rumah nenek kakek dari Ibu dan tempat ku lahir berada. Aku mungkin hanya tinggal di sana setengah masa hidup ku, tapi ada banyak kenangan yang pantas disimpan dari pada kehidupan ku di tengah Kota besar sejauh ini.

Sahabat-sahabat ku yang baik, orang-orang yang ku cintai. Arin Khaiko, gadis tinggi dengan rambut coklat muda yang lembut, sepengingatan ku dia selalu tampak anggun dan lembut mirip dengan Ryoko, tapi jauh lebih tertata dalam sikap dan berbicara. walau ia tengah terlelap sekarang aku bisa melihat penampilannya yang tidak banyak berubah, semakin cantik dan semakin tinggi, aku ingin tahu bagaimana mata biru lautnya yang indah akan menatapku.

Ada Eva Katsumi, yang paling muda. Tubuhnya kecil, rambutnya pirang cerah seperti benang emas. Seingat ku dia gadis yang malu-malu dan penurut, tipe yang sangat di sukai orang berumur. Setiap kali aku melihat pepohonan, hutan, dan padang rumput, selalu mengingatkan ku pada mata hijaunya yang jernih.

Kemudian ada Rara Natsumi, dulu tinggal di samping rumah nenek kakek ku. dia gadis riang dengan rambut ikal coklat pendek, selalu pendek. Diantara ketiga teman ku itu, Rara yang paling dekat dengan ku, mungkin karena rumah kami bersebelahan?

Selama bertahun-tahun aku selalu menanti pertemuan kami kembali. Terkadang aku mengirim surat kepada mereka bertiga, hanya saja karena tuntutan sekolah yang semakin menggunung kegiatan itu tidak lagi terjadi dan aku kehilangan kontak mereka hampir setahun lebih. Aku memang merindukan mereka, sangat ingin bertemu, tapi tidak seperti ini pertemuan yang ku harapkan.

Ku rasa pertemuan ini pun akan menjadi pertemuan paling mengesankan sekaligus mengerikan yang pernah kami lakukan. mereka bertiga terbaring diatas tempat tidur khusus yang dibawa oleh Ratu Peri, kain putihnya halus dan lembut, kasur itu tidak ditopang dengan apa pun, kekuatan peri membuatnya melayang di udara setengah meter. mereka tertidur dengan sangat lelap dan tenang, gaun-gaun putih yang membungkus mereka membuat ketiganya tampak seperti malaikat.

Ada resiko jika kami harus membawanya menuju ujung pulau untuk mengantarkannya. Jadi Ratu Peri menggunakan jalan peri khusus untuk membawa mereka, melintasi dimensi untuk sampai ke dunia mereka sendiri. sepertinya terkhusus Ratu Peri memiliki jalannya sendiri untuk keluar masuk dunianya.

Ratu Peri ada di ujung sisi lain tempat tidur itu. matanya yang sebening kaca melengkung kecil oleh senyuman, tangannya menyapu ujung tempat tidur itu perlahan. "kami dengan terhormat akan menjaga mereka."

Aku mengangguk, walau enggan, aku terpaksa melangkah mundur menjauhi tempat tidur melayang itu. ini pertemuan singkat, aku tidak rela melepaskan mereka. apa lagi dengan kondisi yang seperti itu, aku benar-benar tidak bisa membiarkan mereka jauh dari pengawasan ku. tapi aku diingatkan apa yang terbaik untuk mereka saat ini, dan pilihannya hanyalah menyerahkan mereka pada Ratu Peri. Dunia Peri satu-satunya tempat teraman yang bisa di percaya.

Para peri bergaja di setiap sisi tempat tidur itu, sang Ratu berjalan ke ujung ruangan. mengayunkan tangannya, garis-garis terang pintu terbentuk di permukaan udara, terbuka dalam cahaya yang lebih terang. Ratu Peri berputar sejenak menatap kami semua, menatap Raja Cahaya yang mengangguk, menyapu tatapan para Tetua Agung yang segera merunduk, ke barisan teman-teman yang lain ikut mengantar, hingga akhirnya jatuh ke arah ku. yang ku lakukan hanyalah membungkuk, menaruh kepercayaan dan harapan ku kepadanya.

Ratu Peri masuk terlebih dahulu, diikuti rombongan perinya yang membawa—atau mengapit—tempat tidur itu, kasur itu sendiri bergerak dengan sendirinya mengikuti mereka melewati pintu cahaya. pintu itu tertutup di belakang mereka, tidak meninggalkan sedikit bukti pun bahwa jalan masuk tadi pernah ada di sana sejak awal.

Tidak ingin terlalu larut dalam kecemasan, aku berpaling ke arah Ryoko yang harus tinggal mendiskusikan Pohon Kehidupan. "Ryoko, sebaiknya kita bicara sekarang."

WIZARD (Broken Butterfly) ENDWhere stories live. Discover now