Anak-anak Bayangan

2.4K 223 1
                                    

Ada perbedaan ketika pertama kali memasuki hutan dan yang untuk kedua kalinya, mungkin juga didasari dari dua pemikiran yang berbeda ketika memasukinya. kabut itu masih tetap tebal, hawa dingin menguara dari sekeliling, walau jarak pandang yang tipis aku masih bisa merasakan tatapan-tatapan yang telah terbiasa dengan kabur. mereka yang terjebak di sini entah karena kesialan saja atau memang disengaja, yang terpenting saat ini mereka tidak berniat menyerang.

Rata-rata penghuni Wilayah Terlarang ialah mahluk-mahluk buas yang dikendalikan oleh naluri untuk memasuki wilayah baru, mereka tak sepenuhnya mengerti dimana atau apa yang sedang mereka kerjakan di tempat ini. ku rasa itu juga termasuk para raksasa yang kami temui sebelumnya.

"hei, kau yakin arahnya benar?" suara David di belakangku membuat kepala ku berputar. Pemuda itu mengernyit, punggungnya rendah tanda dia waspada, beruntung dia bukan tipe orang yang mudah takut.

"ya," kata ku apa adanya. Aku memang tidak tahu dimana letak gerbang itu berada, hanya insting bawaan baru ini yang dapat merasakan aliran kegelapan yang menganga seperti lubang di dinding.

"ini tidak biasa. kau tiba-tiba menjadi sok ketua." Alva berlari ke samping ku, awalnya ku pikir dia akan terbang untuk melihat dari atas. aku juga tidak berniat memintanya melakukan itu. gadis itu memicingkan mata birunya. "apakah ada yang merasuki mu lagi?"

Aku mengernyit. "tidak, aku tidak pernah dirasuki."

Terdengar decakan dari arah David yang ikut berjalan di samping ku. "bagaimana dengan Si Gadis Api yang ceria seperti matahari pagi?"

Aku memutar mata malas. "kalian berdua tidak perlu khawatir, hanya ikuti aku saja."

"bagaimana kami yakin jika jalan yang kau pilih benar?" tuding Alva, bahkan menunjuk ku dengan satu alis terangkat. "atau kau hanya ingin terlihat keren, dan hanya membuat kita berputar-putar?"

"benar! Benar!" seru David ikut mengompori.

Sekali lagi aku berdecak. Aku tidak menyangka kelompok ini akan menjadi memusingkan, ku pikir David adalah orang yang kalem—sedikit—tapi ternyata dia sama saja dengan Alva. Sama-sama tidak bisa ditebak. Pengalaman ku dalam mengabaikan para guru privat dapat ku manfaatkan dengan baik, hingga kedua orang itu akhirnya menyerah untuk mempermainkan ku.

Berjalan disampingku, wajah mereka merenggut tak tahan dengan arah sembarangan yang kami ambil. Sebenarnya tidak, aku masih berkonsentrasi untuk menemukan aliran kegelapan yang tersebar di sepenjuru hutan ini. aura itu dibawa oleh para iblis dari Wilayah Gelap, yang membuat jejaknya jadi tak karuan. Selagi kedua orang ini bisa diam, aku memfokuskan pikiran ku lebih dalam.

"hei! Ikutlah bekerja! Cari jalan masuk ke wilayah mu itu!" seru ku dalam kepala.

Terdengar suara desahan, aku menoleh, tapi David sibuk menendang-nendang tanah. "baik! Baik!"

Aku agak terkejut, jarang sekali dia mau membantuku seperti ini.

"disana! Arah Utara!" suara di kepala ku terdengar bersemangat. "oh, tentu saja! seharusnya aku sudah menduganya. Gerbangnya memang selalu di Utara!"

Aku berjalan cepat. Semak-semak yang menghalangi kusibakkan dengan es ku, suara mendengkik datang dari dekat tapi mereka tidak mendatangi ku. David dan Alva memanggil-manggil dari belakang, aku mengabaikan mereka dan terus melangkah cepat menembus hutan.

Dua titik merah mengejutkan ku. mahluk apa pun itu melesat ke udara, membelah kabut, sosoknya terakhir terlihat. Makhluk itu mirip ular, tidak ada kaki atau tangan, hanya tanduk-tanduk di punggungnya dengan bulu-bulu tebal.

"apakah itu naga cina?!" seru Alva di belakang ku.

Perhatian ku tertuju pada kabut yang seperti berputar di satu titik, mirip pusaran. Semakin mendekatinya aku merasakan suatu tekanan yang menarik ku, aku berputar cepat. "bersiap-siap! Kita akan masuk!"

WIZARD (Broken Butterfly) ENDWhere stories live. Discover now