Jantung Kegelapan

1.4K 130 0
                                    

"kenapa kau disini?!" teriak Pira. Dia telah kembali ke wujudnya semua setelah berhasil mendarat dengan tidak elegan, jatuh tersungkur ke jalan hitam dan hampir jatuh ke gelombang ungu dibawahnya yang bisa membuatnya mati konyol.

"membantu mu, apa lagi!?" seru Egi pelan, dia tahu harus bersembunyi karena Dea tidak jauh dari mereka. "ada yang harus kau dengar!"

Pira menengus. Ia menarik Egi mendekat ke arah menara, pintu yang dirusaknya menganga memperlihatkan pola sihir yang berdenyut terang di dalam sana. Pira menahan Egi ke dinding di pinggir bekas pintu, dia tidak bisa membuat pemuda itu lebih dekat dengan pola sihir yang dapat menguras jiwanya.

"apakah itu yang menyebabkan kegilaan pada wizard dan bangsa kegelapan?" tanya Egi.

Pira meliriknya sekilas, sesekali dia memeriksa sekeliling. Dea masih ada di tempatnya. "benar, aku harus menghentikannya agar aku bisa mengambil alih bangsa kegelapan."

"bagaimana caranya?" Egi menatap ke dalam ruangan, wajahnya berkerut. "tampak berbahaya."

"memang, kau bisa mati seketika saat memasukinya!"

Mata Egi melotot. "lalu bagaimana kita menghentikannya?!"

"aku mungkin tidak akan langsung mati, pentagram itu akan tetap menarik kekuatan ku. Terpenting setelah aku bisa menghentikannya, semuanya akan beres!"

"apa? Tidak!" seru Egi, tanpa sadar berteriak keras. Namun sepertinya suaranya tidak mencapai Dea di kejauhan. "bagaimana jika kau kehabisan energi sebelum bisa menutupnya? Itu akan percuma! Lagi pula, kau harus dengarkan ini—"

"tidak sekarang, Egi!" Pira mengulurkan tangannya cepat, menutupi mulut pemuda itu. "tolong, percayalah pada ku untuk kali ini saja. serahkan bagian ini pada ku, aku bisa melakukannya, sungguh! Dan jangan sekali-kali mengikuti ku masuk."

Wajah Egi merengut ketika Pira menarik tangannya. "lalu apa yang harus ku lakukan? melihat mu perlahan mati?"

Pira menarik nafas panjang. "Dea pasti sadar aku mencoba menghentikan perputaran kekuatan itu, kau pastikan dia tidak akan mengganggu. Dan ingat, jika nyawamu terancam pergilah dari sini!"

"kau meminta ku meninggalkanmu, setelah kau menyuruh ku menghadapinya?!" seru Egi tak percaya.

"bukan begitu maksudku!" gadis itu menepuk pelipisnya. "aku ingin kau selamat. Bantu aku sejauh itu tidak akan membahayakan nyawa mu, berjanjilah!"

Iris kelam pemuda itu menatapnya dengan pandangan aneh yang membuat Pira merasa tidak aman. Egi meraih tangan gadis itu, menggenggamnya. Aneh, Pira membayangkan terakhir kali dia menyentuh tangan itu, kasar penuh parut dan selalu hangat. Rasa itu masih sama, namun membuatnya tidak nyaman.

"Pira, apakah kau—"

"kita tidak punya waktu." Potong Pira, menarik tangannya. dia tahu jika Egi tidak bisa mendengar detak jantungnya, tapi pemuda itu pasti bisa merasa tangannya bergetar. Pira berdiri, menatap langit sekeliling mereka. "aku akan masuk sekarang."

Egi menatapnya datar. Dia hanya mengangguk ketika Pira memasuki lingkaran sihir itu, tubuh gadis itu seperti terbakar dalam api. Langkahnya mulai tampak aneh, ketika Pira berlutut di tengah pentagram dan merentangkan tangannya di dalam pola-pola aneh itu. gadis itu tampak seperti bayangan yang akan menghilang.

Dorongan itu hampir membuat Egi melanggar janjinya dan masuk ke dalam gelombang yang berputar di dalam menara, ketika suara teriakan berasal dari luar. Pemuda itu segera berputar, mata hitamnya berkobar merah, dia merentangkan tangannya menyambut kedatangan sosok cantik di ujung jalannya.

WIZARD (Broken Butterfly) ENDWhere stories live. Discover now