"Rahardian?" Ucap Nadia pelan sembari menunduk menatap kakinya berjalan perlahan.

Melihat itu Rahardian merasa nyeri pada bagian dadanya. Menatap Nadia yang sudah tak seperti dulu lagi yang selalu menyambutnya dengan senyum manisnya. Ia rindu lengkungan bibir indah milik Nadia.

"Nadia! Cepetan dong! Itu Rahardian udah nungguin." Seru Hanna melihat putrinya yang berjalan tanpa ada semangat.

Fikri yang menatap itu dari meja makan tau apa yang dirasakan gadis itu. Kenapa saat ia sudah mundur menjauh ada saja yang menyakiti adiknya. Semalam Nadia hanya bercerita tentang ketakutan akan kehilangan Fariz , tetapi tidak bercerita tentang apa yang terjadi. Ia masih belum mengerti tentang semua ini.

"Tante, aku jalan dulu ya." Ucap Rahardian sopan.

"Iya, hati-hati ya..."

"Iya tante. Assalamualaikum." Ucap Rahardian lalu mencium tangan Hanna lembut.

"Wa'alaikumsalam."

Saat Nadia ingin melangkah mengikuti Rahardian tangannya di cegah oleh Hanna.

"Kenapa lagi sih Mah?"

"Kamu kenapa semalem ? Muka kamu sembab banget tuh. Apalagi mata kamu."

Mendengar itu, Reflek memegang wajahnya. "Kamu berantem sama Fariz?"

"Enggak."

"Trus kamu ke-"

Ucapan Hanna terpotong. "Nad tuh Rahardian dah nungguin lo."

Nadia melirik ke arah abangnya menampilkan senyum samar. Lalu menaikkan sebelah alisnya membuat Fikri tersenyum tertahan.

"Yaudah Mah. Aku sekolah dulu. Assalamualaikum."

Ucap Nadia mencium tangan Hanna. Lalu berlari kecil.

"Mah abang mau bolos tuh!"

"Sialan nih bocah." Gumam Fikri saat melihatnya dengan mata tajam.

"Iya mah iya. Kagak." Ucap Fikri lalu menyalimi Mamanya.

"Awas kamu ya! Mama jewer sampe kuping kamu putus. Mao?!" Ucap Hanna lalu

"Kagak lah." Ucap Fikri.

Kini, Nadia sudah berada di samping mobil dengan Rahardian yang membukakan pintu Nadia.

"Kamu kenapa si Cha?"

Mendengar itu Nadia langsung menoleh menampilkan senyumnya yang terasa hambar. "Gapapa. Emangnya kenapa?"

Tangan Rahardian terangkat menyentuh pipi lembut Nadia. Ibu jarinya mengusap mata Nadia yang sembab. Ia sangat yakin semalam gadisnya menangis dan alasannya menangis itu yang membuatnya benci.

"Inget Cha. Kamu itu milik aku, sampai kapanpun itu kamu cuma punya aku!"

"Aku gak bakal biarin siapapun milikin kamu Cha. Aku gak suka milik aku disentuh orang lain. Aku gak peduli dihati kamu ada siapa karena menurut aku dengan aku cinta sama kamu itu udah cukup. Kamu gak perlu balas itu. Aku cuma butuh kamu Cha."

Nadia menahan tangisnya lagi. Begitu sesak mendengarnya, kenapa semuanya harus berjalan seperti ini? Kenapa begitu rumit?

Dadanya begitu sesak, tenggorokannya tercekat. Rahardian mendekat, mencium keningnya lama. Kemudian menatap matanya intens. Menarik tangan Nadia menaruhnya tepat dijantung Rahardian.

"Kamu ngerasain itu ka-"

Tiba-tiba ucapan Rahardian melayang. Ingatannya teringat oleh Fariz yang juga pernah melakukan ini padanya.

My BadBoy Only One [slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang