"Kak Adam, kita mau kemana?", tanya Keyla saat menyadari bahwa jalan yang mereka lewati bukanlah jalan menuju rumahnya.

"Suatu tempat", jawab Adam singkat, Keyla hanya mengangguk saja karena ia percaya bahwa Adam tak mungkin berbuat macam-macam padanya.

Tak berselang waktu lama, akhirnya mereka telah sampai di tempat tujuan. Keyla turun dengan hati-hati lalu mengernyitkan dahinya heran saat melihat tempat yang dimaksud Adam.

"Kak Adam! Kita mau ngapain ke pemakaman?", tanya Keyla saat menyadari bahwa mereka sedang berada di TPU.

Adam hanya bungkam lalu menarik tangan Keyla untuk menjawab pertanyaan gadis itu.

Mereka berhenti pada sebuah makam dengan batu marmer berwarna putih bersih dilengkapi tanaman mawar merah muda.

"Adiba Melusya Rheilando", eja Keyla membaca nama yang tertera di batu nisan itu.

Adam berjongkok di sisi kiri makam sedangkan Keyla di sisi kanannya. Adam tampak merapalkan beberapa doa sambil memejamkan matanya erat.

Keyla ikut berdoa walaupun ia juga merasa bingung saat Adam menarik nafas panjang berulang.

Mereka diselimuti keheningan. Keyla tak mau bertanya banyak karena ia mau Adam menceritakannya sendiri.

30 menit berlalu, akhirnya Adam berucap pelan, ah ralat! Berdeham lebih tepatnya. Adam menatap mata Keyla lalu mengalihkannya ke arah batu nisan.

"Dia adek gue", ucap Adam dengan lirih.

Kali ini, Adam menatap mata Keyla lekat. "Dia salah satu perempuan yang gue sayang. Dia cantik, lucu, dan gadis kecil yang baik"

Adam menarik nafasnya panjang guna menahan rasa sesak di dadanya. "Suatu hari, adek gue hilang. Waktu itu gue masih berumur lima tahun sedangkan adek gue umur empat tahun. Gue mogok makan berhari-hari sama terus nangis".

"Hingga seminggu kemudian, adek gue dikabarkan meninggal dunia karena dibunuh musuh bisnis keluarga gue", lanjutnya dengan suara bergetar.

Keyla terenyuh lalu berdiri dan berjongkok di samping Adam. Keyla mengelus pundak Adam yang agak bergetar itu kemudian memeluknya dengan erat.

"Shhhtt, Kak Adam jangan sedih. Adek kakak juga pasti gak suka liat kakaknya sedih kayak gini. Masa Kak Adam mau liat Adiba sedih? Gak kan? Maka dari itu terus bahagia! Kalo Kak Adam bahagia, Adiba juga bakal ikut bahagia!", ucap Keyla mengelus-elus rambut Adam dengan lembut.

Adam menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Keyla hingga gadis itu bisa merasakan hembusan nafas mint Adam.

"Pasti suatu hari Kak Adam bisa ketemu lagi sama Adiba! Trust me! Pokoknya selalu bahagia! Jadikan masa lalu yang kelam sebagai awal mula masa depan yang cerah", lanjut Keyla membuat hati Adam terenyuh.

Adam mengangkat kepalanya lalu menatap mata Keyla lekat. Tanpa Adam sadari, ia tersenyum hangat pada Keyla membuat gadis itu ikut tersenyum. Entahlah, Keyla merasakan sesuatu yang berbeda saat berada di dekat Adam. Tapi ia yakin jika itu bukanlah perasaan sejenis cinta atau apalah itu. Ia pun tak tahu. Atau apakah mungkin dia juga menyukai Adam? Astaga, Keyla tak habis pikir jika dia menyukai dua lelaki.

"Makasih", ujar Adam.

Keyla mengangguk semangat. "Nah gitu dong! Senyum!", ucap Keyla membuat Adam semakin melebarkan senyumannya.

"Mau langsung pulang?", tanya Adam, Keyla hanya mengangguk saja.

Mereka berdua pamit dari makam Adiba lalu menuju motor Adam.

"Udah?", tanya Adam.

"Udah", jawab Keyla sembari memegang pundak Adam.

Tanpa fikir panjang, Adam mengalihkan tangan Keyla ke perutnya. Astaga, Keyla bahkan sempat dibuat terkejut dengan perlakuan Adam. Keyla hanya diam, sedangkan Adam sudah melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

KEYLASYA STORYWhere stories live. Discover now