Bab 26

6.1K 461 49
                                    

HAPPY READING ALL!! 😁
.
.
.

Satu bulan setelah kejadian kasus Natali. Kondisi kantor sudah tenang dan kembali seperti biasa. Tanpa ada drama yang kami lalui.

Dan kabarnya Natali juga sudah bertanggung jawab atas kesalahannya dan mulai berusaha dari awal tanpa embel-embel Lea. Jadi dia sudah berusaha sendiri. Yah... semoga itu benar.

Tidak terasa waktu pernikahan Aini dan mas Antok jatuh esok hari. Aku dan Lea sudah mempersiapkan semua baju sampai printilan-printilannya.
Rencananya aku dan Lea berangkat sore ini. Jadi sampai sana pas malam sekalian bertemu orang tuaku.

"Yuk berangkat!" Kataku yang sedang men-cepol rambut.

Dari belakang Lea memeluk dan mencium tengkuk ku yang terlihat jelas.

"Udah sore, nggak usah mulai deh yaang." Jawabku setengah horny.

"Hehe... iyaaa iyaa. Abis kalo kamu lagi cepolan gitu keliatan sexy, nafsuin. Kan aku jadi ingin melahapmu." Ucapnya yang masih saja menyiumi tengkukku.

"Sayaang please...." Ucapku memohon. Karena kalau sampai telat, nyonya yang punya acara bisa memakiku.

"Hahaha iya iya yuk." Akhirnya Lea menurut juga.

Kami keluar dari apartement dan langsung menuju parkiran.
Lea mengemudi dengan kecepatan yang sedang. Karena medekati weekend jadi jalanan sudah makin padat.

"Bunda telpon!" Seruku.

"Halo bunda..." Jawabku.

"...."

"Sudah di jalan bund."

"...."

"Iya sama Lea. Yang lain menyusul besok."

"...."

"Oke. Bye." Ku tutup telponnya.

"Tanya kita udah berangkat atau belum?" Tanya Lea.

"Iyaaa betul." Jawabku.

"Kenapa aku jadi gugup ya?" Ucap Lea yang terlihat tegang.

"Santai yaang. Orangtuaku nggak gigit kok. Hahaha..." Jawabku yang sebenarnya jauh lebih gugup daripada Lea.

Selama perjalanan kami habiskan dengan bercanda dan bernyanyi ala kadarnya.

"Yaang, kamu tau. Aku dengar semua pembicaraanmu dengan Natali waktu di tangga darurat." Ucap Lea tiba-tiba.

"Serius?!" Tanyaku terkejut. Setauku dilorong itu sepi.

"Iya." Jawabnya meyakinkan.

"Emang aku bilang apa?" Tanyaku.

Lea menceritakan apa yang terjadi dan pembicaraan apa saja antara aku dan Natali.

Semua penjelasan Lea benar dan disitu aku merasa malu. Karena setelah keluar dari tangga darurat aku sempat berfikir, kenapa aku melakukan itu? Hak aku apa? Sok-sokan banget. Hidupku aja belum tentu bener. Aku pikir tidak ada yang mendengarkannya. Makanya aku pendam dan simpan sendiri.

"Kenapa baru bilang?" Tanya dengan wajah memerah karena malu.

"Yaa... awalnya aku pikir biarlah jadi rahasia. Tapi aku nggak bisa diam, karena menurutku perbuatanmu itu membuatku salut. Walau kamu cemburu, sering marah-marah nggak jelas. Tapi kamu masih peduli sesama walau itu orang yang paling kamu benci." Ucap Lea sembari memegang tanganku.

"Hehehe... udah jangan dibahas. Aku malu." Jawabku.

"Hahahaha iya iyaa." Tawa Lea.

Setelah dipikir-pikir aku hebat juga ya. Bisa menghadapi orang seperti itu. Hahahaha..

MISS LEANAWhere stories live. Discover now