BAB 9

15.9K 736 61
                                    

HAPPY READING!! 😁
.
.
.

Hari sudah menunjukan waktu pukul 15.45, kami sudah bersiap untuk menuju bandara karena jadwal pesawat kami pukul 17.15. Sengaja kami berangkat awal supaya tidak terburu-buru dan jarak hotel dan bandaranya cukup jauh. Selama perjalanan menuju bandara kami hanya berdiam menikmati pemandangan dan saling berpegangan tangan, awalnya aku tidak mau karena takut ketahuan oleh supir. Namun Lea bersikeras memegang tanganku tanpa ragu dan takut ketahuan. Cuek sih, jadi susah memahami perasaanku yang was-was ini, tapi aku senang siih, hehehehe.

"Bell, bangun udah sampai, mau aku tinggal?" Ucap Lea membangunkanku dengan mengancam.

Aku yang udah membuka mata masih setengah sadar dan mengikuti Lea yang sudah turun.

"Kita dimana?" Tanya ku polos.

"Hah?? Hahahahahaha wah nyawanya masih setengah ini anak." Kata Lea melawak dan diikuti tawa pak supir.

"Iiihhhh!! Aku serius!!" Bentakku yang masih belum sadar.

"Hahahahahaha, dibandara sayaang, kita abis bulan madu." Kata Lea yang ngaco, namun aku berpikir bahwa ucapan Lea benar.

"Makasih ya pak" Ucap Lea pada pak supir.

Kami berjalan masuk bandara untuk mencari makan, karena waktunya yang masih senggang. Dan didalam perjalanan akhirnya aku sadar, dan mencerna perkataan Lea dan mencubitnya.

"Aww! Sakit Bell!" Lea mengusap-usap tanganya yang aku cubit.

"Abis kamu ngomongnya ngaco, bulan madu??" Kataku

"Hahahaha kamu lucu sih tadi, pakai ngigo segala."

"Ya maaf, belum sadar sepenuhnya aku. Kebiasaan jelekku itu."

"Iya iyaa. Yaudah, mumpung masih jam segini kita cari makan yuk, aku lapar."

Aku jawab dengan anggukan, kami berjalan menelusuri beberapa food court. Akhirnya mencari yang tidak perlu antri dan lama menunggu yaitu makanan cepat saji.

"Jauh-jauh kesini makannya ini juga." Ejekku.

"Hehe biar cepet aja, takut telat boarding, bahaya nanti."

"Aku masih penasaran deh, kok Aini bisa tahu sih?" tanyaku.

"Tau apa?"

"Ya tentang kita, aku dan kamu."

"Oh itu gini deh, aku kasih tau garis besarnya aja biar kamu nggak penasaran. Jadi, diam-diam tanpa kamu tau, aku sudah kenal Aini setelah pertemuan kita. Aku iseng aja tanya tentang kamu, ternyata Aini orangnya peka. Dia langsung bilang gini ke aku, 'Kalau Miss suka sama teman saya, pesan saya hanya satu jangan mainin perasaannya. Cukup sekali dia merasakan sakit oleh yang namanya cinta. Kalau Miss hanya ingin main-main, tinggalkan saja dari sekarang kalau tidak Miss berhadapan dengan saya." gitu katanya."

"Aini bilang gitu ke kamu?" Tanyaku tak percaya.

"Iya."

"Aini jarang bilang gitu ke siapapun yang mendekatiku. Hanya orang yang dia percaya dan tidak akan main-main denganku. Pantas dia bilang harus tegas ke kamu."

"Justru itu, aku tahu bahwa Aini sangat menjaga dan menyayangimu. Akhirnya aku mempersiapkan semuanya sebelum kamu menanyakan arti ciumanku saat itu. Memang aku sengaja mengajakmu untuk rapat ini sekaligus menyatakan cinta padamu. Dan untungnya aku tidak di tolak." Jawabnya tersenyum dengan menunjukan giginya yang rapi.

"Kok kamu tahu aku mau nanya itu?"

"Aini yang kasih tahu. Makanya sebisa mungkin aku nggak mau kamu yang nanya, harus aku yang jelaskan lebih dulu. Biar kamu nggak bingung." Jawabnya sambil memegang tanganku.

MISS LEANAWhere stories live. Discover now