BAB 44

2.7K 207 37
                                    

HAPPY READING ALL 😄😄
.
.
.

Seminggu lebih Bella menghilang. Semua orang tidak tahu keberadaannya. Handphone mati, sudah lapor polisi pun tak ada hasil. Lea mulai kelimpungan mencarinya. Orang tua Bella juga mulai merasa bersalah terutama ayahnya.
Lea terlihat kurus dan pucat. Tak hanya mencari Bella tapi ia juga mengurus orang tua Bella.

"Malam Bunda, ini Lea bawa makanan. Kita makan bareng-bareng yuk." Ucap Lea dengan raut wajah yang lelah.

"Lea, sini dulu yuk." Ucap Bunda.

Lea menurut dan duduk di kursi makan menyebelahi Bunda.

"Kamu rehat dulu sehari yaa. Udah seminggu ini  bunda liat kamu nggak ada istirahatnya lho." Ucap Bunda lembut.

"Bunda, aku gpp kok. Beneran. Aku juga udah istirahat. Aku mau rawat Bunda dan om. Terus cari Bella juga. Sekaligus membuktikan ke om kalau aku serius dengan Bella." Ucap Lea dengan mata nanar.

"Sayang, kamu nggak perlu membuktikan apa-apa. Ayah sudah mulai membuka hatinya dan menyesal atas perbuatannya." Ucap Bunda.

"Lea..." Panggil sosok yang baru saja dibicarakan.

"Iya om." Ucap Lea yang langsung berdiri dan menunduk.

"Maafkan ayah ya." Ucap ayah dan memeluk Lea.

"Maaf ayah egois. Tidak mau mendengarkan alasan kalian. Dan mencoba memisahkan kalian." Ucap ayah lagi.

Lea membalas pelukan ayah Bella.

"Sebenarnya ayah sudah tau hubungan kalian. Tapi ayah hanya diam, ayah pikir kalian hanya main-main. Setelah tau hubungan kalian makin serius ego sebagai ayah tidak terima. Dan berakhir menerima tawaran untuk menjodohkan Bella dengan teman-teman ayah." Ayah Bella memegang tangan Lea.

"Kamu tau, hubungan seperti ini tidak diterima oleh keyakinan manapun. Salah tidak tapi tidak di perbolehkan. Mungkin Bunda sudah pernah bilang. Tapi kami sebagai orang tua hanya bisa mendukung apapun yang menjadi keputusan anak, asal anak kami bahagia."

"Lea, Ayah dan Bunda merestui kalian walau tak sepenuhnya membenarkan." Ucap ayah Bella dengan senyum tulus.

"Terima kasih Bunda.... Ayah." Balas Lea dengan suara bergetar karna menahan tangis.

Dan seketika badan Lea lemas dan mulai kehilangan kesadaran.

**

Dua hari di Rumah Sakit Lea masih belum sadar. Menurut dokter Lea kekurangan gizi, terlalu capek dan banyak pikiran. Itulah yang membuat ia akhirnya tumbang.

"Maafkan kami yaa pak bu. Lea jadi sakit." Ucap Bunda kepada Mami Lea dengan suara sendu.

"Bunda, kami gpp kok. Justru dengan ini dia bisa istirahat. Pasti bunda sudah mengenal Lea, yaahh begitulah keras kepala. Kami yang minta maaf karna merepotkan. Dan terima kasih sudah perhatian, merawat dan menerima Lea jadi putri kalian." Ucap Mami.

"Lea selalu diterima dirumah kami. Walau perlu waktu." Ucap Bunda tersenyum.

"Yaa, saya mengerti. Awal-awal saya juga seperti bunda. Orang tua nama yang tidak kaget. Tapi kita sebagai orang tua hanya bisa menerima dan melihat anak bahagia." Balas Mami.

Bunda Bella dan Mami Lea saling memeluk dan menguatkan. Karna sampai sekarang Bella tak kunjung ada kabar.

Dari luar kamar terdengar suara langkah kaki dan klop pintu terbuka.

"Bella??" Ucap Bunda dan Mami bersamaan.

Pelukan dan tangis berbaur jadi satu.

"Cantiikk, kemana saja kamu?? Kita semua cari kamu. Kamu gppkan?? Ada luka?? Sehatkan??" Tanya Mami dengan linangan air mata.

MISS LEANAWhere stories live. Discover now