Bab 23

7.7K 485 50
                                    

HAPPY READING!! 😀😁
.
.
.

Aku yang sudah bangun dan sedang berdandan sambil berteleponan dengan Lea.

"Jadi hari ini akan pulang lebih malam lagi dong?"

"Iya yaang. Tapi aku usahakan kabarin kamu." Kata Lea.

"Oke deh. Aku udah siap nih. Bentar lagi mas Antok jemput jadiii.... aku harus turun." Jelasku.

"Tapi masih bisa telponankan?" Tanyanya.

"Bisaa sayaangkuuu. Haahh kangen banget aku. Biasanya bangun tidur udah ada kamu yang tiba-tiba ngempeng. Ini nggak ada." Kataku.

"Sabar yaaa. Doakan hari ini lancar. Aamiin." Ucap Lea.

"Aamiin." Kataku meng-aamiin-i.

"Eh bentar mas Antok telepon." Kataku.

Aku angkat telepon dari mas Antok.

"Ya mas, aku turun. Wait yaaa." Kataku.

Aku sambungkan lagi ke telepon Lea.

"Udah dibawah ya?"

"Iyaa. Kamu jangan ngmg dulu banyak orang soalnya. Hehe..." Kataku.

Sampai di bawah aku langsung menuju mobil mas Antok.

"Haaii mas." Sapaku dan langsung masuk mobil.

"Haaii... bentar ya lagi teleponan sama Aini." Kata mas Antok

"Sama!! Aku juga lagi telponan sama Lea." Jawabku girang.

Akhirnya selama perjalanan kami berempat bertelepon ria sambil menceritakan masalah pernikahan mereka yang tinggal beberapa hari lagi.

"Jadi gimana mas? Udah siap nih? Tinggal beberapa hari lagi lho." Tanyaku setelah bertelpon ria.

"Siaplah Bell, udah lama juga nunggu moment ini." Jawab mas Antok antusias.

"Duuh... Aku yang deg-degan mas. Hahahaha..." Kataku.

"Hahaha... Oh iya, ortumu jdinya gimana?"

"Kata Aini, bareng langsung sama keluarga ya Aini. Aku nanti nyusul sama Lea." Jawabku.

"Oh gitu, syukur deh."

Tak sangka sudah sampai di kantorku.

"Makasiih calon suaminya Aini."

"Sama-sama pacarnya Lea."

"Hahahaha... Bisa aja mas."

"Oh iya kayaknya besok aku nggak bisa antar kamu deh. Ada rapat pagi banget soalnya." Jelas mas Antok.

"Tenang mas besok sabtu kan? Aku libur. Hahahahaha..."

"Oalaah iya ya. Lupa aku. Yaudah ntar dijemput kayak kemaren ya." Kata mas Antok dan berlalu.

**

Keadaan di kantor sudah mulai sibuk. Karena laporan dari Aini dan Yoga.

"Haduuh, udah cuma bertiga doang di ruangan. Kerjaan numpuk. Ckckck..." Keluh Yuli.

"Yul, kan udah di bantu juga sama ruangan  sebelah lho. Jangan ngeluh, kerjakan aja. Nanti juga cepat selesai." Kataku menenangkan Yuli.

"Iya mbak." Jawabnya tapi masih manyun.

Aku paham sih, dia masih muda dariku. Dan seharusnya dia bisa kuliah tapi tak bisa. Sama denganku, tapi bukan karena kemauan dia. Keadaanlah yang membuat dia harus bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga.

MISS LEANAOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz