Bab 22

7.3K 491 34
                                    

HAPPY READING!! 😁😁
.
.
.

Lea sudah berangkat tadi pagi. Semalam aku ikut membereskan barang bawaan dia. Tapi suasana yang tercipta hanya sepi dan dingin. Belum ada yang ingin membicarakan hal tadi siang, baik aku maupun Lea. Mungkin dia capek untuk memulainya. Dan aku terlalu gengsi untuk memulainya.

Sepi tanpa ada suara ceria Lea padahal belum ada sehari. Padahal masih ada 2 hari kedepan. Entahlah nasibku seperti apa.

"WOY!!!!! Ngelamun aja sih Bell. Napa?" Tanya Bang Antok.

Selama 3 hari dimulai dari hari ini Bang Antoklah yang menjadi supir pribadiku. Itu atas permintaan Lea dan Aini. Jadilah sekarang aku dan mas Antok satu mobil. Yaah sekalian beliau berangkat kerja.

"Hehehe... enggak mas." Jawabku bohong.

"Nggak usah bohong. Ketauan banget Bell."

"Segitu ketauannya ya mas?"

"Iya soalnya di jidatmu ada tulisan "LAGI BETE" gituuu."

"Hahahaha mana ada yaaa."

"Gara-gara dinas ama mantannya?" Tanya mas Antok.

"Iya. Kesel. Tapi dia yang marah-marah." Curhatku

"Kamu yang cemburunya berlebihan. Wajar dia marahlah."

"Kok belain Lea????" Kataku nggak terima.

"Sekarang aku tanya deh. Slama ini dia macem-macem sama mantannya nggak?"

"Enggak."

"Dia selalu ceritakan sama kamu tentang mantannya?"

"Iya."

"Pernah dia mencurigakan di rumah? Atau misal kaget atau syok kalo mantannta telpon?"

"Enggak pernah. Malah seringnya nggak diangkat.

"Itu Bell!!! Masak kamu masih nggak percaya sama dia??"

"Percaya mas tapii..."

"Sssstttt.....!!!!! Udah sampai kamu bilang PERCAYA. Jangan ada kata-kata lain, karena dibalik setelah kata itulah yang membuat kamu nggak percaya sama dia."

Aku hanya diam mendengarkan.

"Bayangin deh, Lea usaha mati-matian meyakinkan kamu cuma pengen buat kamu percaya doang. Susah lho Bell."

"Gini aja deh. Kamu pikirin apa yang aku bilang ini. Dan setelah itu telepon Lea, bilang MAAF. Aku yakin dia seneng. Dan mulailah percaya dari hatimu jangan melulu egomu. Hati, ego, logika harus seimbang." Jelas mas Antok lagi.

"Makasih mas." Jawabku.

"Nah turunlah. Udah sampe tuh." Ucap mas Antok.

"Oh iya. Hehehehe... makasih ya mas." Kataku.

"Yaudah ntar sore aku jemput disini juga yaa." Jawab mas Antok.

"Okee."

Mas Antok berlalu pergi dengan mobilnya. Aku masuk dengan segala macam yang ada di otakku. Karena nggak tenang akhirnya aku kirim pesan ke Lea.

B : Yaaang, udah sampai?

Belum sempat ku masukan ke tas sudah di balas Lea.

L : Udah yaang baru aja nih. Ini langsung kelokasi. Doakan lancar ya yaang. Kamu baik-baik disana jangan ngrepotin mas Antok. Kalo ada apa-apa langsung telpon aku. I love you.

Aku membaca chat dari Lea seketika menangis sejadi-jadinya. Aku tak jadi naik lewat lift tapi lewat tangga. Takut banyak yang liat dikira aku kenapa-napa lagi. Walau dia marah, tapi masih begitu perhatian sama aku.

MISS LEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang