Part 44

87.4K 3.4K 81
                                    

"Waaah bayinya cantik sekali, mukanya mirip kak Rigo ya." Ucap Aletta antusias.

"Ya iyalah sayang, inikan titisan Rigo, yang penting sifatnya jangan kayak Rigo aja." Ujar Lio disertai candaan, karena mendapat tatapan tajam dari Rigo yang sedang menggendong putrinya yang baru lahir.

Aletta dan Lio sedang menjenguk Siska, yang baru saja melahirkan tadi malam di rumah sakit, Aletta iri melihat anak Siska yang begitu cantik, tapi Aletta tidak perlu iri lagi, karena anak yang dikandungnya berjenis kelamin perempuan, saat ini kandungan Aletta berumur empat bulan, dan bayinya sudah sering memberikan gerakan-gerakan kecil, yang membuat hati Aletta bahagia.

"Semoga anak kalian juga sehat terus sampe lahir ya, oh iya Lio, Aletta, terimakasih ya udah repot-repot dateng." Ucap Siska yang masih sedikit lemas.

"Iya kak terimakasih doanya."

"Rigo, gue pulang duluan ya, soalnya harus cepet-cepet ke kantor nih." Sebelum berangkat ke kantor tadi Aletta meminta Lio untuk mengantarnya menjenguk Siska terlebih dahulu, mau tidak mau Lio harus mengantar istrinya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Dari tadi kek, gue kan mau berduaan sama istri gue." Sindir Rigo.

"Serah lo deh." Ujar Lio.

"Mari kak." Ucap Aletta, Lio menggandeng tangan Aletta menuju parkiran rumah sakit, sepanjang perjalanan pulang, Aletta setia mengapit sebelah tangan Lio yang tidak mengemudi.

Sekarang Lio tahu bagaimana rasanya menjadi seorang ayah yang menanti kelahiran anaknya, kebahagiaan ini hanya dapat Lio temukan sekarang.

"Kak nanti setelah pulang dari kantor, aku nitip brownies coklat ya." Ucap Aletta.

"Iya sayang, kamu mau apa lagi selain itu?"

"Udah itu aja, eh sekalian beli makanan kesukaan El ya."

"Siap Bu boss."

Setelah sampai di rumah mereka, Aletta langsung masuk ke dalam, sedangkan Lio menjalankan mobilnya menuju kantor nya, Aletta lega melihat El yang masih tertidur di kamarnya, kalo saja El bangun sebelum Aletta pulang, pasti anak itu akan nangis.

~~~

Raka dan Lila sedang makan siang bersama dengan Kevin dan Vera, dari awal Raka dan Lila menikah Vera tidak pernah suka dengan Lila, entah kenapa Vera sangat benci sekali pada Lila.

"Raka aku ke toilet sebentar ya." Izin Lila.

"Iya."

Lila pergi menuju toilet, Vera Yang sedikit kepo itu berniat ingin mengikuti Lila, dan ingin tahu apa saja yang dilakukan Lila di toilet dengan membawa ponsel genggamannya.

"Sayang aku mau gantiin Popok Ravin dulu ya, udah penuh nih." Kebetulan sekali Vera membawa Ravin ikut makan siang, soal popok yang sudah penuh itu bukan alasan, tapi kenyataan.

"Jangan lama-lama sayang." Ucap Kevin, Kevin memang sangat perhatian pada Vera, pantas saja jika Vera manja padanya, lain halnya dengan Raka dan Lila yang hampir tidak pernah bermesraan, jangankan bermesraan, panggilan saja masih dengan nama sendiri-sendiri.

"Sudah diantar?" Tanya Lila berbicara dengan seseorang yang menelponnya.

"......"

"Bagus." Hanya sedikit percakapan Lila dengan orang itu, membuat Vera yang menguping pembicaraan Lila menjadi bingung, Vera cepat-cepat kembali ke meja yang tadi ditempati nya bersama yang lain.

"Udah?" Tanya Kevin.

"Udah, sayang aku mau pulang aja yuk, di sini udah gak nyaman." Ucap Vera dengan nada manjanya.

"Ya udah kita pulang, Raka, Lila, kita pulang dulu ya." Pamit Kevin, sedangkan Vera sudah jalan terlebih dahulu menuju mobil, dengan menggendong Ravin yang baru berumur satu tahun.

~~~

Ting tong!

Suara bel mengagetkan Aletta yang sedang menonton televisi, baru saja Aletta ingin membuka pintunya, bi Sur sudah lebih dulu datang untuk membukakan pintunya.

"Biar bibi saja nyonya."

"Iya bi, maaf ya." Aletta kembali menonton televisi, dengan mulut yang tidak pernah berhenti mengunyah cemilan, sejak usia kandungannya memasuki bulan keempat, Aletta jadi sering lapar dan tidak cukup jika makan sedikit.

"Nyonya, ini ada paket buat nyonya." Bi Sur masuk dengan membawa kotak yang tidak terlalu besar.

"Dari siapa bi?"

"Gak tau nya, soalnya tadi orang yang nganternya bilang cuma buat nyonya, terus langsung pergi." Jelas Bu Sur.

"Oh coba saya liat bi." Aletta mengambil kotak itu, tanpa rasa takut atau curiga sedikitpun.

Saat membukanya Aletta langsung berteriak histeris, dan melempar kotak itu kesembarang arah, Aletta dibuat shock dengan apa yang dilihatnya, sampai terduduk lemas, bi Sur langsung mendekati Aletta yang sedang menangis kencang.

Saat membukanya Aletta langsung berteriak histeris, dan melempar kotak itu kesembarang arah, Aletta dibuat shock dengan apa yang dilihatnya, sampai terduduk lemas, bi Sur langsung mendekati Aletta yang sedang menangis kencang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Isi kotak itu adalah sebuah boneka yang berlumuran darah, sedangkan Aletta takut boneka dan phobia darah.

Tubuh Aletta menggigil, wajahnya langsung pucat, dengan keringat dingin yang membasahi sekitar wajah dan lehernya.

"Bi hiks." Lirih Aletta.

"Tenang nya, bibi ambilin obat ya."

Belum sempat menjawab pertanyaan bi Sur Aletta sudah terlebih dahulu pingsan, dengan cepat bi Sur menelpon Lio untuk memberitahu keadaan Aletta, bi Sur dikagetkan dengan suara El yang menangis saat melihat Aletta tidak sadarkan diri.

"Bunda huaaaaaaa." El mengguncang tubuh Aletta sambil menangis.

"Den udah dong jangan nangis, kasian bundanya kalo den El nangis." Bujuk bi Sur.

"Bunda huhuhu." El tetap El yang tidak akan berhenti menangis, jika bukan Lio dan Aletta yang menenangkannya.

Sedangkan di perjalanan Lio mengemudi dengan kecepatan tinggi, saat ditelpon tadi Lio sedang meeting bersama rekan kerjanya, dan langsung pergi begitu saja tanpa permisi, Lio tidak tahu apa yang dialami Aletta, yang Lio tahu Aletta hanya pingsan karena Lio tidak mendapat penjelasan dari bi Sur.

Saat sampai di rumah Lio langsung berlari masuk, dan melihat Aletta yang masih tergeletak di lantai, tanpa bicara dan pikir panjang, Lio membawa Aletta ke mobil untuk dilarikan ke rumah sakit, perasaan Lio tidak karuan melihat Aletta yang tidak sadarkan diri, sampai-sampai Lio melupakan El yang masih menangis karena diabaikan oleh Lio.

"Bi." El menangis mendekati bi Sur.

"Aden divrumah saja ya, kalo nyonya sudah sadar, bibi antar aden ke rumah sakit." Ucap bi Sur dengan lembut.

"Iya, tapi El mau susu."

"Bibi buatkan ya den."

El mengangguk dan duduk di meja makan dekat dapur, masih dengan air mata yang keluar dari matanya, semenjak bundanya hamil lagi El merasa diabaikan, apalagi jika El ingin tidur bersama ayah dan bundanya pasti tidak diizinkan.

Bundanya juga sudah tidak pernah menyuapinya lagi, yang punya hati tidak hanya orang dewasa saja, El pun punya hati untuk merasakan kasih sayang yang sekarang tidak bisa El rasakan lagi.

***

I'm Leaving (SELESAI)Where stories live. Discover now