Part 18

180K 8.6K 31
                                    

Lio masih memeluk Aletta di depan ruangan El.

Sedangkan Aletta sudah tertidur pulas dipelukan Lio.

Lio memperhatikan wajah tidur Aletta, perlahan tangannya menyentuh pipi wanita itu.

"Maaf aku belum bisa membuat kalian bahagia."

Cup

Lio mengecup bibir Aletta.

"Bisa bicara dengan orang tua pasien?" Tanya dokter yang baru saja keluar dari ruangan El.

Mendengar suara dokter yang lumayan keras, membuat Aletta terbangun dari tidurnya dan langsung melepas pelukannya dari Lio.

"Bisa dok," jawab Lio.

"Mari." Aletta dan Lio mengikuti dokter menuju ruangannya.

Mereka duduk di depan dokter.

"Begini pak, Bu, luka pasca kecelakaan nya sudah tidak apa-apa, tapi ini menyangkut penyakit jantungnya, pasien harus segera menjalani pencangkokan pada jantungnya, tapi melihat usianya yang masih dini sangat beresiko, kita harus melakukan tindakan lebih lanjut, jika tidak ingin terjadi sesuatu pada putra kalian."

Mendengar penjelasan dari dokter membuat otak Aletta down dan tidak mampu berfikir lagi.

Lio langsung meremas pelan tangan Aletta, agar Aletta bisa sedikit tenang.

"Apa tidak ada cara lain dok?" Tanya Lio.

"Ini sangat sulit pak, keadaan jantung putra anda sudah sangat serius, mengingat sudah dua tahun berjalan penyakitnya itu."

"Lakukan apa saja, tapi jangan sampai menyakiti anak saya, saya akan bayar berapapun untuk biaya nya."

"Lebih baik bapak dan ibu membawa putra kalian kerumah sakit yang lebih besar, dalam artian peralatannya yang lebih lengkap, karena di rumah sakit ini peralatannya kurang lengkap."

Lio memandang Aletta bermaksud untuk meminta persetujuannya, tapi Aletta hanya diam.

"Langsung buatkan surat rujukan nya saja dok."

"Baik pak."

Lio langsung membawa Aletta keluar dari ruangan dokter, dan menuju ruangan El.

Melihat El yang sedang tertidur dengan wajah yang masih pucat, membuat Aletta menangis lagi.

"Apa ini karma buat aku kak, apa ini karma Karena kita melakukannya diluar nikah? Tapi kenapa harus El yang menanggungnya." Isak Aletta.

"Kamu harus tenang supaya kita bisa menghadapinya bersama, kamu jangan lemah begini, nanti El malah makin sakit liat bundanya terus nangis gini."

Aletta langsung menghapus air matanya dengan kasar.

"Iya, kakak benar, aku harus kuat demi El, aku harus bangkit, aku juga harus mendukung El supaya cepat sembuh."

~~~

Keluarga Anggara sedang jalan-jalan di alun-alun kota Bogor, melihat banyak sekali orang yang berlibur dengan keluarga nya, mengingat kan Gina pada Aletta, anaknya.

Raka menghampiri bundanya yang dari tadi melamun.

"Bun kita foto-foto yuk," ajak Raka.

"Yuk." Gio, Gina, dan Raka memulai kegiatannya, yaitu berfoto bersama.

Ditengah asiknya kegiatan, tiba-tiba Raka meringis sambil memegangi perutnya.

Hal itu membuat bundanya khawatir.

"Ka kamu kenapa?" Panik bundanya.

"Maag Raka kambuh Bun."

"Ya ampun kan tadi bunda udah bilang sarapan dulu kamu sih ngeyel, ya udah kita ke rumah sakit yang deket yah."

"Punya maag akut kok dibiarin perut kosong sih Ka." Ucap ayah.

"Iya iya maaf."

Mereka bertiga langsung menuju rumah sakit terdekat, bukan untuk periksa melainkan hanya membeli obat saja.

Setelah sampai Raka, dan bundanya langsung menuju apotik yang ada di rumah sakit itu.

Sedangkan ayahnya hanya menunggu di mobil saja.

"Ka bunda mau ke toilet sebentar ya," ucap bunda.

"Iya Bun Raka tunggu di depan apotik ya."

"Iya."

Setelah membeli obat yang dibutuhkannya, Raka menunggu bundanya di depan apotik.

"Raka."

Raka mencari-cari siapa yang memanggil nya.

Dan matanya tertuju pada laki-laki yang sudah dua tahun ini menjadi musuhnya, laki-laki itu mendekati Raka.

"Mau apa lo!" Sinis Raka.

"Gue mau ngomong penting sama lo."

"Gak ada yang penting diantara kita Vin, kecuali lo tau dimana Aletta." Laki-laki yang menemuinya adalah Kevin, kakak dari laki-laki yang memperkosa Aletta.

"Gue tau dimana Aletta." Jawab Kevin.

Sedangakan diruang rawat milik El sedang ramai, bukan ramai banyak orang tapi mereka sedang bercanda ria bersama.

"Ayo dong El makan lagi yang banyak, nanti ayah pingsan lagi deh kalo El gak isi bensin." Ucap Lio yang sedang mondar-mandir dengan kedua tangannya yang direntangkan seperti pesawat.

Sedangkan Aletta sedang menyuapi El yang sedang duduk di brankarnya sambil tertawa senang, jika El berhenti makan sebelum makanannya habis Lio akan pura-pura pingsan, dengan alasan bensin habis.

"Ayo El makan lagi, kasian pesawat ayah, gak bisa terbang ayok aaaa" Aletta menyuapi El sampai makanan itu habis.

Lio duduk disamping El dengan nafas yang tidak beraturan karena kelelahan.

"El sayang sama ayah?" Tanya Lio.

"Cayaaang anget" jawab El.

"El sayang juga sama bunda?" Tanya Lio lagi.

"El cayang cama ayah cama bunda celamanya" jawab El sambil tersenyum lebar.

Aletta hanya memperhatikan ayah dan anak itu sambil tersenyum.

Semua yang Lio katakan tadi benar, Aletta tidak boleh lemah.

"El harus janji, gak akan ninggalin ayah sama bunda ya," ucapan Lio membuat El terdiam sebentar.

"El janji" El dan Lio saling melingkarkan jari kelingkingnya.

"Api El nta maap talo El melanggal janji nya ya ayah" ucap El tiba-tiba.

"No sayang, janji harus ditepati" Aletta ikut bicara, Aletta takut dengan apa yang El ucapkan tiba-tiba tadi.

Lio dan Aletta memeluk El bersamaan, dan disitu air mata Aletta mengalir tanpa sepengetahuan El, lain halnya dengan Lio yang melihat jelas air mata itu turun dari mata orang yang dicintainya.

Tak akan kubiarkan air mata itu mengalir dari mata indah mu itu Aletta, aku janji akan membahagiakan kalian-Lio.

Lio bisa melihat air mata Aletta, tapi Aletta tidak melihat air mata Lio, hebat bukan?

Ceklek

Pintu ruangan El terbuka, dan muncullah dua orang pria.

"Aletta."

***



I'm Leaving (SELESAI)Where stories live. Discover now