Part 33

99.3K 4.2K 22
                                    


Siska sedang bersantai di tepi kolam renang belakang rumahnya, menunggu suaminya pulang dari kantor, Siska memikirkan tentang siapa orang yang sudah menabraknya saat dia hamil. Siska yakin orang itu bukan Lio, karena Siska melihat sendiri orang yang mengendarai mobil itu, orang yang tidak Siska kenal.

Siska adalah wanita kuat, kesedihan saat kehilangan janinnya tidak sampai berlarut-larut, karena Siska yakin cepat atau lambat dirinya akan kembali mengandung darah daging Rigo.

Sepasang lengan kekar melingkar di pinggang Siska, membuat Siska terlonjak kaget.

"Astaga, ih ngagetin tau." Rajuk Siska.

"Maaf sayang, kamu pasti ngelamun lagi ya." Ucap Rigo seraya membalikkan tubuh Siska, agar menghadap kearahnya.

"Hey kok muka kamu pucet gini." Seketika wajah Rigo cemas melihat wajah sang istri pucat pasi, Rigo membelai pipi Siska lalu mencium keningnya.

"Ah... Perutku." Pekik Siska memegangi perut bagian bawahnya, hal itu membuat Rigo langsung menggendong dan membawa Siska menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan Rigo tak henti-hentinya menggeram kesal karena jalanan yang begitu macet.

"Tahan sayang." Ucap Rigo sambil menciumi tangan Siska yang sedikit dingin.

"Kamu jangan emosi gitu, cuma sedikit kok sakitnya, ssssh." Lirih Siska.

Saat jalanan sedikit renggang, Rigo langsung mempercepat laju mobilnya menyalip semua mobil, masa bodo dengan peraturan lampu merah, yang terpenting sekarang adalah kondisi istrinya.

Setelah sampai di salah satu rumah sakit mewah, Rigo langsung membawa Siska yang sudah pingsan dalam gendongannya, lalu dia membawanya ke dalam untuk langsung ditangani oleh dokter.

"Apa istri anda sebelumnya pernah mengalami kecelakaan, dan terjadi sesuatu pada bagian perutnya?" Tanya dokter yang sedang memeriksa bagian perut Siska.

"Iya dok, beberapa bulan yang lalu istri saya mengalami kecelakaan dan menyebabkan dia keguguran dok." Ucap Rigo khawatir, saat disuruh menunggu di luar Rigo malah menolaknya, dan ingin melihat istrinya yang sedang ditangani oleh dokter.

"Istri anda sedang mengandung tuan, tapi kandungan nya sedikit beresiko, saya menyarankan untuk mengugurkan janinnya, selagi janinnya belum tumbuh terlalu besar."

"Apa tidak ada cara lain dok?"

"Itu jalan satu-satunya tuan, jika anda dan istri anda ingin mempertahankannya, itu berarti istri anda harus siap merasakan sakit yang akan sering datang setiap waktunya." Ucap dokter.

"Saya akan bicarakan ini dengan istri saya dok, terimakasih."

"Saya permisi, mari tuan." Pamit sang dokter.

~~~

Berkali-kali Aletta menghubungi Lio tapi selalu tidak ada jawaban, Aletta cemas dengan keadaan El yang sedang demam tinggi.

Aletta tidak kuat melihat kondisi El yang seperti ini, tidak seharusnya juga Aletta terus bergantung pada Lio yang belum menjadi suami sahnya, karena Lio juga pasti mempunyai kesibukan sendiri.

"Ayo sayang, kita pergi ke rumah sakit." Ucap Aletta agak sedikit kesusahan menggendong El, Aletta menuruni anak tangga satu persatu, sesampainya di ruang tengah Aletta bertemu bundanya.

"Loh kamu mau kemana Aletta? Ini El kenapa." Ucap kaget gina, saat melihat Aletta sudah menangis sambil menggendong El.

"Badan El panas banget Bun, Aletta takut."

"Ya udah kamu ke mobil dulu, bunda mau panggil ayah." Tanpa menunggu lama Aletta langsung menuju mobil sang ayah, yang kebetulan terparkir di luar gerbang Rumahnya.

Belum sampai masuk ke dalam mobil, El sudah terlebih dahulu memuntahkan isi perutnya dibantu Aletta, Aletta kaget dengan kejadian ini, karena sebelumnya El tidak pernah seperti ini.

"Astagfirullah, El kenapa Aletta?" Tanya sang ayah panik.

"Aletta gak tau yah, mending sekarang kita langsung ke rumah sakit aja." Ayah dan bundanya duduk di bagian depan, sedangkan Aletta duduk di belakang dengan terus memeluk El supaya El merasa hangat.

"Anak bunda kuat, anak bunda pinter." Lirih Aletta sambil terus menciumi wajah El.

Pada saat sampai di rumah sakit, Aletta langsung berlari memasuki rumah sakit, dengan El yang ada digendong nya, sedangkan ayah dan bundanya ditinggalkan begitu saja.

"Sus tolong anak saya!" Seru Aletta.

"Mari silahkan Bu." Ucap seorang suster menuntun Aletta mencari kamar untuk El.

"Sus tolong panggil dokter sekarang juga." Pinta Aletta.

"Tolong tunggu sebentar Bu."

Suster itu meninggalkan Aletta untuk memanggil dokter, Aletta terus menciumi wajah El sampai Aletta merasa tubuh El mulai menggigil, dan lama-kelamaan menjadi kejang-kejang.

"Sayang El kamu kenapa nak, El!!" Teriak Aletta.

Tidak lama setelah itu ayah dan bundanya memasuki ruangan El, bersama dokter dan suster, Gio membawa Aletta keluar dari ruangan untuk menenangkannya.

"El kenapa yah, El kenapa hiks." Aletta menangis histeris, Aletta berpikir kenapa selalu El yang mengalami hal seperti ini. Aletta terduduk lemah di atas lantai yang dingin, memeluk lututnya sendari.

"Kamu harus kuat Aletta, El sedang berjuang di dalam. Dia butuh suport dari kamu." Ucap sang ayah.

"Aletta gak mau El kayak gini yah." Isak Aletta.

"Semua tidak ada yang menginginkan El seperti ini, hanya saja tuhan sedang menguji kita semua lewat El."

"Aletta gak mau hiks." Ibu mana yang tega melihat sang anak kejang-kejang di depan matanya.

~~~

"Kita akhiri rapat hari ini, terimakasih atas kerjasamanya." Ucap Lio pada rekan bisnisnya.

"Saya permisi pak Lio." Pamit mereka.

"Silakan."

Setelah para rekan kerjanya keluar dari ruangan rapatnya, Lio langsung berlari menuju ruang kerjanya.

Saat melihat ponsel, Lio kaget dengan banyaknya pesan dan panggilan dari Aletta, tanpa pikir panjang Lio langsung pergi menuju rumah Aletta. Tapi saat sampai rumah Aletta, Lio tidak menemukan siapa pun.

"Maaf den Lio, cari non Aletta ya?" Tanya bi Nana, sang pembantu rumah tangga.

"Iya bi, pada kemana ya kok sepi?"

"Bu Gina, pak Gio, dan non Aletta pergi membawa den El ke rumah sakit tuan."

Deg

Lio tahu anaknya akhir-akhir ini sering sakit, apa kali ini sakit El parah sampai-sampai dibawa ke rumah sakit.

Lio langsung pergi meninggalkan bi Nana sendirian, Lio mengaktifkan GPS di ponsel miliknya, yang sudah tersambung dengan ponsel milik Aletta.

Sesampainya di rumah sakit, Lio terus berlari mencari ruangan El, sampai Lio bisa melihat Aletta yang sedang menangis dipelukan sang ayah dan bundanya, Lio berfikir sebenarnya ada apa ini?

***

I'm Leaving (SELESAI)Where stories live. Discover now