Part 30

117K 5.2K 154
                                    

"Maafin aku yang gak ada saat kamu ngelahirin El." Ucap Lio tiba-tiba, Aletta yang sedang makan langsung menghentikan kunyahan nya.

"Kak, omongan kak kevin tadi gak usah dimasukin hati, aku udah lupain masa-masa itu. Yang terpenting sekarang kak Lio udah mau ngakuin El sebagai anak kakak." Ucap Aletta.

"Maaf ya."

"Ih kakak apa-apaan sih minta maaf mulu, kan aku udah bilang kalo aku udah maafin kakak. Lagian kan sebentar lagi kakak jadi suami aku, dan kita akan hidup bahagia bersama." Ucap Aletta malu-malu.

"Iya, kita akan hidup bahagia bersama." Ucap Lio, rasanya Julio tidak sabar ingin menikah dengan Aletta supaya bisa selalu dekat dengan El dan tentunya Aletta.

Lio dan Aletta sudah menghabiskan makan siangnya, keduanya kembali ke ruangan Vera untuk melihat bayi laki-laki yang baru saja di lahir kan oleh Vera. Aletta juga ingin segera melihat El yang sedang tertidur di gendongan Omanya, Aletta sudah tau pasti jika membawa balita tidur di gendongan itu pasti sangat capek.

"Kak mau sekalian beli makan buat Tante gak?" Tanya Aletta.

"Gak usah, biar mama sama papa suruh pulang aja takut mereka belum istirahat."

"Oh ya udah yuk." Keduanya berjalan beriringan, sesekali Aletta melihat ke arah Julio yang sedang asik dengan ponselnya.

"Apa kakak kuliah?" Tanya Aletta,

"Ya, karena otak aku terlalu pintar jadi dalam waktu dua tahun aku udah bisa menyelesaikan kuliahnya."

"Enak ya kak jadi orang berpendidikan, beruntung nya El punya ayah kayak kakak. Jadi El gak terlalu malu punya bunda kayak aku."

"Maksudnya?" Bingung Lio.

"Aku kan gak berpendidikan, jangankan kuliah, SMA aja aku gak lulus." Ucap Aletta.

"Jangan ngomong gitu, El juga pasti beruntung punya bunda kayak kamu."

Karena asik dengan obrolannya, Aletta dan Lio sudah sampai di depan pintu ruangan Vera.

"Tan biar El aku yg gendong." Ucap Aletta saat melihat El yang masih tertidur di gendongan Vina.

"Ah iya." Vina memindahkan El ke gendongan Aletta, entah kenapa Aletta sangat merindukan El hari ini. Apa karena hari ini Aletta jarang bersama El?

"Ma, mending mama sama papa istirahat aja dirumah, biar Vera di sini Lio sama Kevin yang jagain." Ucap Lio.

"Iya Yo ini mama juga udah mau pulang, cuma papa lagi di toilet."

"Lio sama Aletta ke dalem dulu ya."

"Iya."

Lio dan Aletta memasuki ruangan Vera, keduanya bisa melihat Kevin yang sedang menggendong bayi laki-laki mungil itu. Aletta tersenyum melihat pemandangan di depannya, dulu saat El lahir tidak ada yang menemani dirinya apakah Aletta boleh iri melihat ini semua?

"Bunda." Aletta tersadar dari lamunannya kerena suara El yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya, Aletta gemas melihat wajah polos El yang baru bangun tidur.

"Iya sayang." Saut Aletta.

"Bunda El mu puyang." Terdengar rengekan dari El, membuat Lio mendekati El lalu mengambil alih dari gendongan Aletta ke gendongannya.

"Kenapa pulang sayang, tuh liat adek bayinya lucu kan." Lio membawa El melihat bayi yang ada di gendongan Kevin, Lio dapat melihat mata El yang berbinar.

"Tu apa ayah?" Tunjuk El pada bayi itu.

"Itu bayi sayang." Ucap Lio, Lio mencium gemas pipi chubby El.

~~~

Raka sedang diperjalanan menuju kota Bogor untuk menemui rekan bisnisnya, sebenarnya Raka tidak enak dengan Aletta dan juga Lio. Karena belum meminta maaf atas kejadian sewaktu Raka mendorong El sampai terpental, Raka hanya ingin membalas apa yang adiknya rasakan selama ini pada Lio, tapi bukan berarti Raka tidak mengizinkan Aletta untuk bersama Lio.

Entah kenapa akhir-akhir ini Raka terus menerus dibuat frustasi oleh masalah yang ada, belum lagi bunda dan ayahnya yang ikut mendiami Raka setelah kejadian Raka mendorong El.

"Aaakh."

Raka langsung menghentikan kendaraannya yang sedang melaju cepat karena dirinya hampir saja menabrak seseorang, sesaat Raka diam lalu Raka keluar untuk memeriksa keadaan orang tersebut.

"Apa ada yang luka?" Tanya Raka setelah melihat seorang wanita yang sedang terduduk sambil mengurut pergelangan kakinya.

"Tidak ada, hanya sedikit terkilir." Ucap sang wanita yang masih setia menundukkan kepalanya.

Raka berjongkok di depan wanita itu, aroma wangi tubuh wanita yang di depannya mengingatkan Raka pada wanita yang mampu meluluhkan hatinya empat tahun yang lalu. Wanita yang baru ditemuinya hanya satu kali namun mampu membuat Raka jatuh cinta pada wanita itu.

Tiba-tiba wanita di depannya mengangkat wajahnya dan pandangan keduanya bertemu, keduanya sama-sama menegang. Raka bisa melihat wanita di depannya sudah mengeluarkan air mata, hati Raka tercubit melihat air mata itu mengalir ke pipi wanitanya.

"Raka." Ucap wanita itu lirih, tanpa diduga Raka langsung memeluk wanita itu.

"Kemana perginya kamu pagi itu?" Tanya Raka.

Raka tau wanita yang ada di pelukannya menangis, sungguh pertemuan yang tidak direncanakan membuat Raka ingin menangis juga.

"Aku takut kamu ngusir aku." Ujar si wanita.

"Gak ada niatan aku ngusir kamu, aku cinta sama kamu." Entah keberanian dari mana Raka langsung mengungkapkan perasaannya, Raka juga bisa melihat wajah wanitanya yang terkejut.

"Apa kamu gak salah bicara?" Tanya wanita itu.

"Gak sama sekali, ikutlah denganku kita membina rumah tangga yang sesungguhnya." Ucap Raka.

"Aku hanya wanita miskin Raka, aku tidak pantas bersanding dengan kamu yang jauh dari aku."

"Tolong jangan bahas derajat, aku bisa seperti ini karena ayahku. Aku ini bukan siapa-siapa, aku mohon menikahlah denganku." Mohon Raka.

"Aku ingin sekali menolak, tapi itu tidak mungkin. Karena kamu juga harus bertanggung jawab."

"Bertanggung jawab?"

"Ikut aku." Ucap wanita itu membawa Raka menuju rumah sederhananya.

"Hey, aku bawa mobil sayang. Ayo naik."

Mau tak mau wanita itu mengikuti Raka, menaiki mobil mahal milik Raka untuk menuju ke rumah sederhananya, Raka bingung saat wanita itu memintanya berhenti di sebuah rumah sederhana.

Raka mengikuti wanita itu dari belakang, halaman rumah ini memang sedikit nyaman. Tapi ini lingkungan yang bisa di bilang lingkungan kumuh, Raka berpikir mungkin wanitanya tinggal di sini.

Pintu terbuka dari dalam dan muncullah bocah kecil sekitar umur tiga tahunan, wajahnya seperti habis menangis. mata, hidung, dan telinganya memerah.

"Maafin Juna ma." Ucar bocah kecil itu tiba-tiba.

"Kenapa sayang."

"Maafin Juna yang selalu nanya papa, Juna janji gak akan nanya papa lagi. Juna gak mau liat mama setiap malem nangis." Bocah itu menangis dipelukan ibunya, sedangakan Raka baru sadar dengan wajah anak itu.

"Lila, apa dia anakku?"

***

I'm Leaving (SELESAI)Where stories live. Discover now