Part 24

140K 6K 132
                                    

"Sayang kenapa kok nangis sih." Ucap Aletta saat memasuki kamar yang ditempati El.

"El angun nda ada capa-capa, adi El nanis bunda."

Fyuuh..

"Bunda kira El kenapa."

"Bibil bunda tenapa to becal." Tanya El.

"O-oh ini, ini gak papa sayang." Gugup Aletta.

Aletta bersyukur El tidak melihat adegan dewasa nya dengan Lio, untung saja Aletta langsung lari menuju kamar El kalau tidak, mungkin dirinya dan Lio sudah berada di ranjang yang sama saat ini.

"Ayah ana bunda." Tanya El.

"Ayah lagi ambil makan buat El, sebentar lagi pasti dateng." Aletta memang benar, Lio sedang mengambil makan untuk El karena El belum makan siang.

"Halo anak ayah, udah bangun ya kok sebentar sayang tidurnya." Ucap Lio saat memasuki kamar sambil membawa makanan sehat untuk putranya.

"El ape ayah tidul mulu."

"Oh capek, sini ayah suapin." Ajak Lio.

"Nda mau mau na bunda, ayah adi cawat." Rajuk El.

"Okee." Lio pasrah dengan kemauan anaknya, dan kejadian di rumah sakit terulang kembali.

Ketiganya bercanda gurau bersama, sampai Lio tak kuasa menahan air matanya saat melihat kedua orang yang sangat amat dicintainya tertawa bahagia.

Lio senang El melupakan rasa sakit nya sejenak, karena Lio yakin sakit yang diderita El sangatlah menyakitkan.

"Ayah kok belenti."

"Oh maaf sayang, pesawat ayah habis bensin jadi harus isi bensin dulu."

"Oke." Saut El lalu membuka mulutnya untuk menerima suapan dari bundanya.

"Bunda dada El cakit." Ucap El sambil memegangi dadanya.

Lio yang sedang menjadi pesawat-pesawatan langsung berhenti, dan mendekati El.

"Mana yang sakit sayang." Khawatir Lio.

"Dicini." Mata El sudah berkaca-kaca, orang dewasa saja tidak kuat menahan sakit seperti ini apalagi El.

Aletta membawa El kepangkuan nya, lalu mengelus dada El perlahan sambil menahan air matanya.

"Udah gak sakit lagi? Kan udah bunda elus, El jangan sakit lagi ya sayang bunda gak kuat liatnya sayang." Ucap Aletta.

"Maci cakit bunda, cakit anget huaaaaaaa." El sudah tidak tahan lagi dengan sakit di dadanya, hingga dia menangis sangat kencang.

"Sini El sama ayah sayang." Lio mengambil alih El dari pangkuan Aletta, kepangkuan nya.

Lalu melakukan hal yang sama seperti Aletta pada El, tapi tetap tidak ada perubahan.

Tubuh El menjadi kejang-kejang membuat Aletta menangis.

"Kak El kak." Ucap Aletta sambil menangis.

"Panggil dokter Edward ke kamar saya." Ucap Lio lewat ponsel.

Lio bingung dengan keadaan seperti ini dia harus melakukan apa, Lio takut melihat El yang kejang-kejang, Lio juga sedih melihat Aletta yang terus menangis.

Sungguh Lio ingin mempercepat waktu agar kejadian seperti ini cepat terlewatkan.

"Kak." Isak Aletta.

"Uust El gak papa dia cuma kecapean paling, kamu jangan nangis dong." Ucap Lio.

Tak berapa lama kemudian seorang dokter pria masuk membawa peralatan medisnya.

"Tolong periksa anak saya." Ucap Lio.

"Baik tuan."

Dokter Edward adalah dokter pribadi milik Lio, ingat milik Lio bukan keluarganya Lio, dan dokter Edward selalu ikut kemanapun Lio pergi.

Sedangkan ditempat lain seorang wanita sedang diliputi amarahnya, aura wajahnya menunjukan bahwa dirinya sedang marah pada seseorang.

"Cari ibu dan anak yang ada difoto ini, bunuh anak itu secepatnya dan ingat! Jangan sampai ada yang tau apalagi Julio." Ucap wanita itu pada seseorang.

"Baik bos."

~~~

Lio, Aletta, dan El sudah sampai di Singapore, El sudah kembali sadar dan ceria, kejang-kejang yang dialami El tadi hanya faktor kecapean saja, dan tidak ada hubungannya dengan penyakit yang diderita oleh El.

"Ayah El bocen tidul di lumah cakit mulu." Ucap El.

"Makanya El harus cepet sembuh biar kita bisa tidur di rumah bukan di rumah sakit." Ucap Lio.

"Mang El tenapa ayah to celing cakit, apa El mau mati?" Tanya El membuat Lio dan Aletta saling menatap.

"El nggak boleh ngomong kayak gitu, bunda nggak suka." Ucap Aletta.

"Maap bunda." Lirih El.

Lio langsung membawa El menuju rumah sakit yang akan menjadi tempat untuk berobat El.

Diperjalanan menuju rumah sakit El tertidur dipangkuan Aletta, sedangkan Lio yang mengemudi kendaraanya menuju rumah sakit.

Dari kaca spion Lio bisa melihat Aletta yang melamun, dengan pandangan yang mengarah keluar jendela.

Sudah dua bulan lamanya perusahaan Lio diurus oleh kakaknya, Lio tidak peduli dengan urusan perusahaannya, yang terpenting sekarang adalah El dan Aletta.

"Jangan berfikir yang tidak baik Aletta, El akan sembuh setelah melakukan beberapa terapi di rumah sakit tempat tujuan kita ini." Ucap Lio.

"Aku juga yakin El pasti sembuh kak, tapi kakak pasti bayar semua kebutuhan El kan?"

"Aku pasti akan menanggung semua kebutuhan El, Aletta, dia juga anakku dan seorang ayah wajib menafkahi anaknya bukan?"

"Maaf kalo aku dan El merepotkan." Ucap Aletta.

"Yayaya terserah kau saja Ale."

Keduanya kembali diam, sebenarnya Lio ingin menanyakan sesuatu pada Aletta, tapi Lio tidak yakin dengan jawaban yang akan Aletta berikan.

"Apa kakak mencintai ku?" Tanya Aletta.

Lio dibuat tercengang dengan pertanyaan Aletta, pertanyaan inilah yang akan Lio tanyakan tadinya, tapi malah Aletta yang lebih dulu bertanya.

Lio bingung harus jawab apa, Lio tau persis perasaannya pada Aletta seperti apa ,jadi harusnya Lio langsung menjawab bukan hanya diam seperti ini.

"Kalo kakak gak cinta sama, aku buat apa kakak mengatakan ingin menikahi aku, jika ini hanya karena kehadiran El, aku sanggup merawatnya sendiri, karena El sudah biasa hidup tanpa seorang ayah."

***

I'm Leaving (SELESAI)Where stories live. Discover now