Part 11

218K 10.1K 181
                                    

Aletta membuka matanya perlahan, sakit di bagian perutnya masih terasa sedikit, mengingat perut Aletta langsung meraba perutnya.

Syukurlah..

Perutnya masih agak buncit, itu tandanya malaikat kecilnya masih ada di dalam perutnya.

Sekarang Aletta memikirkan bagaimana dirinya bisa terbangun di rumah sakit, masa bodo siapa yang membawanya, yang Aletta pikirkan adalah biaya rumah sakitnya.

"Ya ampun sayang, gimana bunda bayar rumah sakit ini? Buat cek kamu aja bunda susah," siapa yang tega membawanya kesini lalu ditinggal begitu saja.

Ceklek

Pintu ruang rawat Aletta terbuka, muncullah dua orang berpakaian seperti preman tapi keduanya bukan preman yang mengejar Aletta semalam.

Wajah Aletta berubah pucat, kejadian semalam terbayang dipikiran Aletta, Aletta ingin berlari dari sini tapi itu tidak mungkin karena perutnya masih sakit.

"Ka--kalian siapa?" Aletta memeluk perutnya takut.

"Tenang kak, kita yang nolongin kakak semalem," kata salah satu pria tersebut.

Aletta sedikit lega, tapi tunggu dulu tadi pria itu manggilnya 'kak', Aletta agak sedikit bingung tapi sudahlah.

"Kenapa kalian nolongin saya?" Tanya Aletta.

"Karena kita gak mau kejadian ini terulang lagi, saat mama kita diperkosa preman dan saat itu mama dibunuh, semua orang yang melihat kejadian itu hanya diam tidak ada yang menolong mama satupun, sedangkan saat itu kami masih berumur tiga tahun yang tidak mengerti apa-apa, dan saat umur kami menginjak dua belas tahun kami mengerti, ternyata yang merencanakan ini Dian, Dian adalah wanita ular yang mengincar harta papa, setelah mama meninggal papa menikah dengan Dian, kami yang tidak sudi tinggal satu atap dengannya memilik pergi dari rumah dan jadi seperti sekarang," jelas pria satu lagi, Aletta yang mendengarnya pun ikut terharu dilihatnya mereka berdua Aletta baru menyadarinya kalau mereka itu kembar.

"Kalian kembar ya?" Tanya Aletta.

"Iya kak," jawab mereka kompak.

"Nama kalian siapa?"

"Nama aku Reno aku kakaknya."

"Aku Deno adiknya."

"Wah nama kalian bagus."

Ceklek

Pintu ruang rawat Ale terbuka dan muncullah seorang dokter wanita paruh baya yang menangani Aletta.

"Dengan nyonya Aletta, benar?" Tanya sang dokter.

"Iya dok."

Aletta menjawab dengan nada sedikit grogi, Reno dan Deno pun keluar untuk memberi ruang untuk Aletta dan sang dokter.

"Maaf Bu, pihak kami tidak bisa menyelamatkan salah satu dari bayi yang ibu kandung, dan untung saja bayi yang satu lagi masih bertahan meski kondisinya sangat menghawatirkan, dengan sangat hormat saya meminta maaf."

Aletta tercengang mendengar kabar yang barusan dokter sampaikan, tubuh Aletta bergetar, air mata sudah mengalir deras dari sumbernya.

"Gak mungkin dok, anak saya masih ada di sini kan." Aletta mengelus perutnya sambil terisak.

"Ibu yang tenang, kalau tidak akan berdampak buruk pada kandungan ibu, Bu Aletta mengandung anak kembar jadi yang tidak bisa diselamatkan hanya satu, dan satu laginya masih bertahan."

Bagaimana bisa Aletta lupa bahwa dirinya sedang mengandung anak kembar, ini efek dari Aletta yang tidak pernah memeriksakan kandungannya.

"I-iya terimakasih dok."

"Sama-sama, saya permisi."

Aletta menangis sambil memukuli kepalanya sendiri "bodoh! bodoh! Ibu macam apa kamu Aletta bodoh hiks, hiks maafin bunda sayang maaf" Aletta terisak sampai ketiduran.

~~~

"Ayah" suara anak kecil memenuhi gendang telinga Lio.

Lio terus mencari dimana sang pemanggil berada, namun nihil tidak ada seorang pun disini.

"Ayah" suara itu semakin menjauh, Lio berputar putar mencarinya.

"Ayaaaah" teriakan yang amat sangat kecil itu langsung lenyap seketika.

"Astaga" Lio terbangun dari mimpi aneh nya, entah itu mimpi buruk atau apa yang pasti mimpi itu sangat aneh.
Tanpa sadar mata Lio mengeluarkan air mata.

"Kok gue nangis sih" Lio langsung menghapus air matanya, tapi air matanya malah semakin deras.

"Aletta," entah apa yang dipikirkan nya saat ini, Lio hanya merindukan wanitanya ibu dari anaknya.

"Sampai kapan aku bisa bertahan tanpa kamu sayang, tunggu aku, hanya butuh waktu sebentar untuk kita bersama sayang, kumohon tunggu aku."

Pria menangis?
Bukan hanya wanita saja yang boleh menangis, pria juga mempunyai batas lemah tersendiri dan saat ini Lio sedang merasakan nya, lemah karena tidak mampu mempertanggungjawabkan kesalahannya, membiarkan wanita yang dicintainya pergi begitu saja, membiarkan wanita yang disayanginya menjaga anaknya sendiri.

***

I'm Leaving (SELESAI)Where stories live. Discover now