Part 22

142K 6.5K 55
                                    

"Maaf Bu, kami sudah berusaha yang terbaik tapi operasinya tidak berjalan dengan lancar, dan saat ini keadaan pasien kritis." Penjelasan dari dokter yang ada didepannya membuat tubuh Aletta melemah.

Aletta dan bundanya langsung meminta penjelasan saat dokter keluar dari ruang operasi, dan penjelasan ini berhasil membuat Aletta shock.

"Apa El bisa sembuh dok?" Tanya Aletta.

"Bisa, tapi hanya 40% saja Bu." Jawab dokter.

"Apa tidak bisa 100% dok!!" Seru Aletta.

Dokter menggelengkan.

"Jantungnya sudah kronis Bu, penanganan terbaik sudah kami lakukan, tapi hasilnya gagal."

Aletta sudah ambruk ke lantai dengan air mata yang mengalir, rasa putus asa datang menghampiri Aletta.

"El pasti sembuh kan Bun? El anak yang kuat Bun, El gak pernah ngeluh sama Aletta, El anak yang ceria Bun, El gak mungkin jahat ninggalin Aletta kan?!" Isak Aletta.

"Sayang kamu harus kuat, kamu harus bantu El buat bangkit lagi, kamu juga harus terus semangati El." Ucap bunda.

"Aletta takut bun."

Gina membawa tubuh Aletta ke dalam pelukannya, membelai lembut putrinya dengan sayang sambil memberi semangat.

Aletta sendiri down mengetahui hal ini, ini salahnya yang tidak bisa membawa El cek up rutin karena keadaan ekonominya waktu itu.

"Kamu istirahat aja dulu Aletta," ucap Gina.

"Aletta harus langsung ambil tindakan Bun, Aletta mau bawa El ke Singapore buat pengobatannya, Aletta gak mau terjadi sesuatu sama El."

Tanpa pikir panjang Gina menyetujui rencana Aletta, karena ini demi kebaikan cucunya, lagi pula pengobatan di Singapore pasti sangat bagus.

"Dok boleh saya liat anak saya?" Tanya Ale.

"Silahkan Bu, kalo gitu saya permisi." Pamit dokter.

Aletta buru-buru masuk melihat kondisi El, Aletta sangat merindukan putranya yang selalu menanyakan sesuatu yang tidak ia ketahui.

Aletta sangat ingin bermain dengan El, mendekap tubuhnya dan mencium El, Aletta tersiksa dengan melihat kondisi kesehatan putranya.

Aletta melihat El yang sedang tertidur pulas setelah operasi, Aletta ingin berteriak melihat wajah pucat El.

"Anak bunda harus sembuh sayang." Ucap Aletta sambil mengecup kedua pipi El.

Sedangkan ditempat lain, Lio sedang pusing memikirkan rencana yang Omanya buat, Lio harus mengikuti semua keinginan Omanya termasuk menikahi Lila.

Lio tidak mau menjadi pengecut, maka dari itu Lio memutuskan untuk mengatakan yang sejujurnya pada Omanya.

"Oma, Lio mau ngomong sesuatu sama Oma." Ucap Lio yang sekarang berada di dalam ruang rawat omanya.

"Apa Yo? Kamu mau pernikahannya dipercepat?" Tanya Oma.

"Bukan Oma, Lio gak mau nikah sama Lila, sebenarnya Lio udah punya anak." Ucap Lio tanpa ragu.

"Maksud kamu." Tanya Oma dengan wajah shock.

Lio menceritakan hubungannya dengan Aletta dari jaman SMA, mulai dari dia diam-diam menyukai Aletta.

Bertemu Aletta di club malam, sampai akhirnya kejadian yang tidak diinginkannya terjadi.

Omanya mendengarkan dengan wajah terharu, di dalam hatinya Oma tidak menyangka ternyata cucu kesayangannya berbuat dosa, dan tidak bertanggung jawab.

Sedangkan Lio menceritakannya sambil menangis, betapa bodohnya ia dulu yang tidak tau kalau Aletta mengandung anaknya.

"Itu artinya Oma udah punya cicit?" Tanya Oma dengan mata berbinar.

Lio mengangguk sambil tersenyum, Lio tau omanya sangat menginginkan seorang cicit.

"Dimana dia sekarang."

"Dia ada di..."

Ucapan Lio terpotong oleh suara ponselnya, tanpa ragu Lio mengangkat panggilan itu di depan Omanya.

"Ya hallo?"

"Kak?." Lio tau yang menelponnya adalah Aletta.

"Iya, gimana keadaan El apa operasinya lancar." Tanya Lio dengan nada panik.

"Operasinya gak berjalan lancar kak, Aletta mau bawa El ke Singapore, Aletta gak kuat liat El terus kesakitan kayak gini." Suara Aletta mengecil.

"Kalo mau nangis, nangis aja jangan ditahan nanti dadanya sakit."

"A-aku takut kak hiks, aku takut terjadi sesuatu."

"Semuanya akan baik-baik saja, aku akan cepat kembali, jaga kesehatan kamu jangan terlalu capek, nanti kamu malah ikutan sakit aku gak suka ya."

"Iya kak, maaf kalo aku ganggu waktu kakak."

"Kamu gak pernah ganggu aku, jangan bawa El sebelum aku datang, aku mau nemenin kalian."

"Iya kak, ya udah makasih buat waktunya kak."

"Sama-sama."

"Daaah."

Sebelum menjawabnya Lio tersenyum, Aletta tidak pernah ketinggalan dengan kata 'daaah' diakhir percakapannya.

"Daaah" saut Lio lalu menutup sambungan panggilannya.

Oma menatap Lio meminta penjelasan.

"Maaf Oma jadi kepotong tadi, tadi yang telpon Lio itu Aletta ibu dari anak Lio, Abraell Emiliano itu nama anak Lio Oma, El mengidap penyakit jantung dan saat ini kondisinya sedang tidak baik, Aletta bilang dia mau bawa El ke Singapore kerena penanganan di Indonesia kurang maksimal, sore nanti Lio mau langsung pulang ke Jakarta, buat bawa El ke Singapore sama Aletta."

"Kenapa baru sekarang kamu kasih tau Oma Lio?" Tanya Oma dengan nada kecewanya.

"Maafin Lio Oma, Lio bingung harus ngomong sama siapa, Lio takut hal yang buruk terjadi sama El, cukup dua tahun Lio terpisah dari mereka dan sekarang gak lagi." Isak Lio.

"Seharusnya kamu gak dateng kesini buat jenguk Oma, anak kamu lebih membutuhkan kamu Lio."

"Awalnya Lio gak mau dateng, tapi Aletta memaksa Lio buat nemuin Oma."

"Istirahat lah, sore nanti kamu harus ke jakarta."

"Iya Oma."

Lio keluar dari ruangan itu, badan dan pikiran nya sudah sangat lelah, belum lagi perasaannya selalu merasa sakit, mungkin ini ikatan batin antara ayah dan anak.

Tujuannya hanya satu saat ini, rumah Omanya yang akan menjadi tempat istirahat.

Hari sudah sore, Lio sudah bersiap untuk kembali ke Jakarta.

"Yo kamu yakin mau pulang sekarang? gak nanti aja." Tanya Mamanya.

"Gak ma, Lio mau sekarang aja, besok El mau langsung di bawa ke Singapore." Jawab Lio.

"Ya udah kamu hati-hati ya, salam buat Aletta, buat cucu mama juga."

"Iya ma, Lio brangkat daaah."

***

I'm Leaving (SELESAI)Där berättelser lever. Upptäck nu