Part 23

147K 6.5K 85
                                    

"Selama aku pergi semuanya baik-baik aja kan?" Tiba-tiba Lio datang dan langsung bertanya mengenai keadaan El, membuat Aletta yang sedang melamun terkejut.

Aletta bisa melihat Lio yang masih mengatur napasnya akibat berlari tadi, tanpa perduli apapun Aletta langsung memeluk tubuh Lio.

"Aku takut kak," isak Aletta dipelukan Lio.

Lio mengelus punggung Aletta untuk menenangkannya, Lio mengurai pelukannya lalu mengecup kening Aletta.

"Kita hadapi ini sama-sama." Ucap Lio.

Lio menggandeng Aletta menuju ruangan El, sepanjang perjalanan menuju ruangan El, Aletta terus meremas tangan Lio dengan gelisah.

Lio menyadarinya tapi ia tidak mau bertanya sekarang, Lio masih sedikit capek karena menyetir sendiri dari Bogor sampai Jakarta.

Keduanya memasuki ruangan El, sejak saat operasi El belum sadarkan diri, dan hal ini juga yang menjadi salah satu kegelisahan Aletta.

"El udah makan belum?" Tanya Lio.

"Setelah operasi El belum sadar kak, aku takut kalo.."

"Uust, kan aku udah bilang kita hadapi ini sama-sama, di sini bukan cuma kamu yang takut terjadi sesuatu sama El, aku juga sama takutnya kayak kamu, aku juga ayahnya, tapi kita harus semangat buat kesehatan El." Ucap Lio.

Aletta yang mendengarnya membenarkan ucapan Lio, di sini orang tua dari El bukan hanya dirinya saja, melainkan juga Lio yang berstatus ayah kandung El.

"Ia, alian alus cemangat uat El."

Lio dan Aletta kaget mendengar suara putranya yang semangat, El yang masih terbaring di brankar nya menyengir lebar ke ayah dan bundanya.

Aletta langsung memeluk anaknya, ia sangat merindukan malaikat kecilnya yang selalu menemaninya sepanjang hari.

"Bunda nda oleh nanis, Tan ayah dah ditini Adi angan cedih agi ya." Ucap El setelah mendengar isak tangis dari bundanya.

"Gak sayang bunda gak nangis, bunda lagi pilek." Alasan Aletta.

"Oo, ayah nda tanen tama El ya, kok nda peyuk El cih." Ucap El yang melihat Lio hanya berdiri ditempat saja.

Lio tersenyum menanggapi ucapan anaknya dia menghampiri El lalu memeluk tubuh rapuh putranya, ingin rasanya Lio menangis melihat kondisi El saat ini.

"Ayah kangen kok sama El, ayah gak mau El tidur lama lagi." Ucap Lio.

"Oce Ayah, El nda akan tidul lama agi."

"Pinter anak ayah nih ya." Lio meciumi wajah El membuat El tertawa geli.

"Oh jadi El anak ayah aja nih, bukan anak bunda?" Ucap Aletta dengan nada yang dibuat seperti orang merajuk.

"El anak ayah bunda." Ucap El.

El merentangkan tangan untuk memeluk ayah dan bundanya, Lio dan Aletta juga langsung menyambut rentangan tangan dari El.

Ketiganya saling diam, memikirkan urusannya masing-masing.

Kruyuk

Terdengar bunyi dari perut El, sedangkan El hanya tersenyum malu karena kepergok lapar di depan ayah dan bundanya.

"Maap, El lapel hehe." Cengir El.

"Kenapa El gak bilang dari tadi sayang, kan biar bunda ambilin makannya." Ucap Aletta.

"El alu bunda."

"Ya ampun sayang ini bunda El, ini juga ayah El, jadi kalo ada apa-apa bilang aja, gak usah malu ya." Ucap Aletta sambil menunjuk dirinya dan Lio.

"Iya bunda."

"Ya udah bunda ambil makan dulu ya, kamu sama ayah di sini." El mengangguk sebagai jawabannya.

El tersenyum setelah kepergian bundanya, lalu menengok ke arah ayahnya yang sejak tadi memperhatikan nya.

"Ayah." Panggil El

"Iya sayang?"

"El mau akan cocis nda mau akan naci." Rajuk El.

"Loh kok gitu sih, El harus makan nasi dulu, kalo El udah sembuh baru ayah beliin El sosis ya banyak oke?" Ucap Lio.

Lio melihat anaknya sedikit berpikir tapi tidak lama El mengangguk, Lio tau makanan rumah sakit rasanya begitu hambar, tapi ini demi kesehatan El.

"El jangan sedih dong, nanti ayah ikutan sedih loh." Lio memasang wajah memelasnya.

"El nda cedih, ayah angan cedih ya." Ucap El.

"Ayah udah gak sedih lagi, tapi sekarang El makan ya, tuh bundanya udah berdiri dari tadi di depan pintu." Ucap Lio yang menyadari keberadaan Aletta sejak tadi.

Sedangkan Ale tersenyum setelah melihat keakraban Lio dan El, Aletta bersyukur Lio mau mengakui El dan bertanggung jawab.

~~~

Keesokan harinya Lio dan Aletta membawa El ke Singapore menggunakan pesawat milik Lio sendiri, El terlihat sangat antusias saat menaiki pesawat, senyumnya tidak pernah luntur dari bibir mungilnya.

"El seneng?" Tanya Lio.

"El ceneng ayah, El beyum pelnah naik cawat." Ucap El semangat.

Lio dan Aletta ikut bahagia melihat anaknya bahagia, apalagi kondisi El sudah sedikit membaik saat ini.

Aletta duduk dikursi sendirian dan disebrangnya ada Lio yang sedang memangku El, pemandangan yang sangat menyenangkan bagi Aletta.

"Kak, kayaknya El ngantuk deh soalnya nguap terus." Ucap Aletta saat beberapa kali melihat El menguap.

"Ya udah kita ke kamar aja, sekalian istirahat juga." Ucap Lio karena memang perjalanan yang masih cukup memakan waktu.

"Iya kak." Lio menggendong El menuju kamar yang ada di pesawat nya, sedangkan Aletta membuntuti dibelakang Lio.

Mereka memasuki salah satu kamar yang interiornya sangat menakjubkan, Aletta melongo melihat kemewahan kamar itu.

Lio menidurkan El di atas ranjang dan dirinya ikut berbaring di samping El, Aletta juga ikut duduk disisi El yang lain, Aletta ingat ia ingin membicarakan sesuatu pada Lio.

"Kak" panggil Aletta.

"Hmm" gumam Lio.

"Aku mau ngomong sesuatu."

Lio langsung duduk setelah mendengar Aletta ingin bicara sesuatu padanya.

"Kita keluar aja takut ganggu El." Ucap Lio lalu menggandeng tangan Aletta.

Mereka hanya berdiri di depan kamar yang ditempati El tidur.

"Kak sebenernya.." Aletta sedikit ragu mengucapkannya.

"Aku.."

"Aku.."

"Sebenarnya aku.."

"Sebenarnya kamu kenapa Aletta?" Lio sedikit tidak sabar mendengar apa yang ingin Aletta bicarakan.

"Aku.."

"Oke kamu mau bilang apapun aku gak akan marah." Ucap Lio.

"Aku gak punya uang buat biaya El di Singapore." Ucap Aletta pelan.

Lio dibuat jengkel dengan perkataan Aletta, hanya ingin bilang begitu saja sampai harus lama menunggunya, buat apa Lio ada jika Aletta mempermasalahkan biaya, toh Lio dengan suka rela akan membuang uangnya hanya untuk kesembuhan putranya.

Lio tidak tahan lagi, Lio langsung menghimpit Aletta Kedinding dan langsung menyambar bibir merah alami milik Aletta, Aletta yang mendapat serangan tiba-tiba dari Lio sedikit terkejut, tapi setelahnya Aletta membalas ciuman Lio.

Aletta bukan wanita munafik yang akan menolak ciuman dari orang yang diinginkannya, keduanya terbawa suasana sampai tangan Lio sudah meremas bokong milik Aletta.

Ciuman Lio semakin liar hingga...

"Bunda huaaaaaaa."

***

I'm Leaving (SELESAI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora