Part 4

231K 11.4K 164
                                    

Pikiran Raka kalut saat ia melupakan adiknya semalam, apalagi Raka meninggalkan adiknya di club.

Segera ia menerobos masuk kamar adiknya.

"Aletta!" Seru raka.

"Iya kak?" Aletta keluar dari kamar mandinya dengan seragam yang sudah melekat pada tubuhnya.

"Aletta, gak terjadi sesuatu kan semalem, maaf ya kakak ninggalin kamu semalem soalnya kakak nganterin temen kakak."

"Eng .... Gak ada apa-apa ko kak, lagian Aletta ninggalin kakak duluan soalnya Ara nelpon Aletta, terus Ale disuruh nginep deh."

"Hah, syukurlah kalo gitu, ya udah ayo berangkat sekalian kakak ke kantor."

Aletta berangkat bersama kakaknya, jujur saja seluruh tubuhnya sangat lelah, apalagi di tubuhnya terdapat banyak kissmark yang untungnya sudah disamarkan menggunakan foundation.

Ale berfikir apa yang harus ia lakukan saat bertemu kak Lio, entahlah Aletta sudah pasrah dengan semuanya.

Jangan lupakan jika Aletta sangat menyukai sosok yang sudah mengambil mahkotanya, rasa suka Ale sangat besar lebih tepatnya rasa cintanya.

"Dah nyampe woy." Aletta langsung tersadar dari lamunannya.

"Ah iya, Ale masuk dulu kak daaah."

"Walaikumsalam." Sahut raka_kakak Aletta.

"Hehee lupa, assalamualaikum." Aletta langsung memasuki kelasnya, saat melewati ruang kelas Lio Aletta tidak sengaja melihat Lio sedang bercanda gurau dengan temannya, bahkan Lio bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Sadar Ale, Lo ngga bakal dianggap sama kak Lio, kejadian semalem cuma kekhilafannya doang, batin Ale sambil tersenyum miris.

Ale melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti, sampai dikelas Ara sudah menunggunya.

"Elah lo kenapa baru nyampe sih biasanya juga paling rajin." Cerocos Ara.

"Maaf gue kesiangan."

"Mana ada seorang Aletta Anggiara kesiangan, palingan lo nongkrong dulu di warung kong Jali, ngaku lo."

"Gak."

"Iya juga, bohong Mulu Lo sama sahabat juga, jujur aja kali."

"Gak."

"Alah gak gak mulu jawabnya, atau lo kencan dulu ya sama kak Lio."

"Udah gue bilang gak ya GAK!!" Aletta membentak ara, sungguh emosinya naik saat Ara menyebut nama laki-laki itu.

"Lo kenapa sih Al ada masalah? Cerita sama gue gak usah sampe bentak juga kali." sewot Ara.

Sedangkan Aletta tidak menggubris ucapan Ara, Aletta hanya fokus belajar saat guru datang, matanya saja yang fokus menatap papan tulis, tapi pikirannya berkelana kemana-mana.

Ingin rasanya Ale teriak sekeras mungkin, dihatinya ada rasa mengganjal, ketidaknyamanan, kesakitan, ketakutan, dan kekacauan.

Tidak terasa Aletta menitikkan air matanya saat masih jam pelajaran, diusapnya buru-buru air matanya agar tidak ada yang melihatnya.

Teeeeet......

Bel istirahat berbunyi, Ara dan Aletta masih saling diam Ara memutuskan untuk ke kantin bersama Vega teman sekelasnya.

Sedangkan Aletta hanya terdiam dikelas sendirian karena teman-temannya sudah berhamburan keluar kelas.

Menangis dalam diam, itu yang dilakukan Aletta saat sendiri di kelasnya, ingatannya kembali pada malam itu, malam dimana dirinya kehilangan hal yang paling berharga dalam dirinya.

Tapi entah kenapa Aletta tidak marah pada Lio, yang Aletta rasakan hanya kecewa, kecewa karena Lio tidak mencarinya setelah semalam, kecewa seakan-akan Lio tidak merasa bersalah, ntah lah semua nampak mengecewakan.

Drt drt drt

Ponsel Aletta berdering, dilihatnya siapa nama sang pelepon, ternya Raka kakaknya yang menelepon.

"Halo"

"Le, ayah sama bunda ada acara di Surabaya terus kakak juga ikut mereka, kamu gak papa kan di rumah sama Bi Nana, acaranya cuma tiga Minggu kok."

"Iya kak, Ale gak papa kok."

"Eh suara kamu ko...."

"Ale cuma lagi flu kak hehehe."

"Oh ya udah kita langsung berangkat sekarang ya, awas jangan nakal dadaaaah sayang."

"Daaah."

Sambungan telpon sudah terputus, sudah biasa ayah, bunda dan kakaknya sering keluar kota untuk menghadiri undangan rekan bisnis ayah atau Raka.

Sebentar lagi bel masuk berbunyi, sebelum masuk Aletta memutuskan untuk langsung pulang alias membolos.

Sekarang Aletta sudah sama seperti orang gila baru, dengan seragam SMA rambut acak-acakan mata memerah dan berjalan dengan pandangan kosong, biarlah jika ada yang melihatnya dengan tatapan jijik, toh Aletta sendiri jijik pada dirinya sendiri.

Sesampainya dirumah Aletta langsung mengurung diri di kamarnya sambil menangis, entah menangis untuk apa, yang jelas Aletta sedang berada di titik terendah hidupnya.

Sampai malampun Aletta enggan meninggalkan kamarnya, bahkan bi Nana sudah banyak kali mengetok pintu kamar Aletta, dan menyuruhnya makan, tapi Aletta tetaplah Aletta.

***

I'm Leaving (SELESAI)Where stories live. Discover now