Part 5

236K 11.8K 197
                                    

Aletta terbaring lemah di ranjangnya sejak subuh tadi ia merasa mual, dan harus bolak balik kamar mandi hanya untuk memuntahkan cairan, sudah dua Minggu ayah, bunda, dan kakaknya masih di Surabaya, itu artinya Minggu depan mereka pulang.

Aletta memutuskan untuk tidak berangkat sekolah hari ini, karena kondisinya yang masih lemas, dan saat ini juga ia akan pergi ke dokter, Aletta adalah tipe orang yang sakit sedikit saja langsung pergi ke dokter, jangankan mual, pilek sedikit saja Aletta akan langsung memeriksakan dirinya.

Sudah dua Minggu ini juga Aletta, dan Ara masih saling diam, tidak ada yang ingin mengalah.

Aletta sudah siap dengan pakaian santainya untuk menuju rumah sakit, berhubung supir keluarganya sedang cuti selama sebulan, jadi terpaksa Aletta menggunakan taksi.

"Loh non mau kemana?" Tanya bi Nana saat Aletta ingin membuka pintu utama rumahnya.

"Eh, Aletta mau ke rumah sakit bi,"

"Non sakit? Mukanya juga pucat loh non,"

"Gak bi, cuma kurang enak badan aja," ujar Aletta.

"Oh, ya udah hati-hati ya non."

"Iya bi."

Ale langsung menaiki taksi yang sudah dipesannya lewat online, saat diperjalanan mata Aletta tak sengaja menangkap tukang rujak, dan seketika mata Ale berbinar, tapi diurungkan niatnya untuk berhenti, biar saja nanti sepulang dari dokter ia akan membelinya.

"Pak tunggu disini aja ya sebentar," pinta Aletta saat sudah ada di depan rumah sakit.

"Iya Mbak."

Aletta menuju dokter umum untuk memeriksakan kondisi badannya, dan berhubung sekarang masih tergolong pagi jadi belum ada yang mengantri.

"Nyonya Aletta Anggiara."

Aletta segera memasuki ruang periksa, disapanya dokter bernama tag Sabrina.

"Pagi dok,"

"Pagi juga mbak, ada keluhan apa mbak?" Tanya sang dokter.

"Saya ngerasa gak enak badan dok, akhir-akhir ini saya juga sering mual dan pusing terus nafsu makan saya berkurang,"

"Oh baik lah, mari saya periksa silahkan berbaring mbak."

Aletta menuruti apa kata dokter, diperhatikan nya wajah dokter yang terdapat kerutan di dahinya.

"Mbak kayaknya ada masalah diperutnya jadi coba mbak mendatangi dokter Rosa, dokter Rosa adalah dokter kandungan mbak, ruangannya juga tidak jauh dari sini."

"Ah, iya makasih dok, jadi sekarang saya bisa langsung kesana dok?"

"Iya mbak silahkan."

Setelah bertanya pada salah satu suster akhirnya Aletta menemukan ruangan dokter Rosa, Aletta mengetuk pintu beberapa kali setelah ada yang mempersilahkan masuk, Aletta langsung memasuki ruangan tersebut.

"Mbak Aletta ya?"

"Iya dok."

"Mari saya periksa, dokter Sabrina sudah mengonfirmasikan nya."

Ale berbaring dengan dibantu dokter, setelah selesai pemeriksaan Ale dan dokter Rosa kembali ketempat duduk.

Dokter Rosa tidak pernah melepas senyumnya semenjak pemeriksaan tadi.

"Wah, selamat Mbak sebentar lagi akan menjadi seorang ibu, pasti suami Mbak juga seneng banget, sekali lagi selamat Mbak."

Saat itu juga dunia Aletta runtuh, hidupnya hancur, cita-cita untuk menjadi dokternya pupus, tapi Aletta tidak menyalahkan bayi yang sekarang bersemayam di rahimnya.

Berakhir sudah perjalanan hidupnya.

"Setelah di USG janin anda sehat dan kuat, nah saya sudah mencetak tiga gambar hasil USG nya mbak, dan selamat bayi anda kembar, ini resep vitaminnya tolong ditebus, mbak harus mengonsumsi makanan sehat, jangan lupa buah-buahan juga, jangan sampe stres mbak karena itu berpengaruh pada janin, saya rekomendasikan juga mbak mengonsumsi susu ibu hamil agar bayi bisa berkembang sehat."

"B-baik dok terimakasih, permisi."

Setelah menebus vitamin dan semacamnya Aletta langsung menaiki taksi yang tadi disuruh menunggu didepan.

"Pak mampir ke supermarket ya."

Supirnya hanya mengangguk, dan mobil langsung menepi saat sudah sampai di supermarket.

Setelah belanja kebutuhannya dan tadi sempet mampir beli rujak, akhirnya Aletta sampai di rumah, dengan tubuhnya yang lelah Aletta langsung menjatuhkan diri ke atas ranjang dan terlelap.

Tapi saat teringat sesuatu Aletta langsung membuka matanya kembali, diambilnya amplop berwarna coklat di atas nakas.

"Hai sayang ini bunda, kamu yang sehat-sehat ya didalam sini, bunda akan jagain kamu, tapi maaf sayang ayah kamu gak jagain kamu juga, bunda janji bunda akan kasih tau keberadaan kamu yang ada di rahim bunda."

Tak terasa air matanya sudah membasahi pipi, Aletta tau hidup tanpa seorang ayah itu tersiksa, tapi apa yang bisa Aletta lakukan jika ayah dari anaknya malah menolak kehadirannya.

***

I'm Leaving (SELESAI)Where stories live. Discover now