TIGA

578 117 9
                                    

"Gue bingung. Gue nggak ngerti. Kok ada sih satu geng tapi isinya antagonis semua? Di setiap drama yang gue tonton kalo ada geng cowok-cowok ganteng pasti ada cowok yang baik, ramah, buat bikin seimbang cowok yang galak." Lita membuka pintu lokernya, menaruh pakaian olahraga yang baru selesai dipakai.

Sepanjang pelajaran olahraga hingga tadi Lita terus menceritakan kejadian kemarin pada Mary yang mendengarkannya dalam diam, tanpa komentar. Mulai dari ia harus membobol tabungannya hingga kue yang harganya selangit itu dibuang Kay ke tempat sampah. Tadinya Lita mau mengambil lagi kuenya yang dibuang Kay, tapi dia ingat kalau tempat sampah di Garuda Bangsa beda dari tempat sampah lainnya. 

Tempat sampah di Garuda Bangsa dibedakan dari sampah organik dan non-organik dan dasar tempat sampahnya menempel pada lantai. Setiap sampah yang dibuang ke dalam tempat sampah itu langsung meluncur kebawah basement pembuangan, yang nantinya akan mempermudah pembuangan sampah seluruh sekolah di tiap akhir minggu. Itu yang membuat Lita tidak bisa mengambil kembali kuenya, kecuali dia mau nekat turun ke basement pembuangan dan ngubek-ngubek sampah satu sekolah.

"Itu drama. Fiksi. Bukan kehidupan nyata." Mary berbicara dari balik lokernya.

"Tapi, Mar, film atau drama Korea yang lo bilang fiksi itu kan diadaptasi dari kehidupan nyata."

"Kehidupan nyata yang mana? Semua itu berasal dari imajinasi penulis. Kehidupan nyata nggak ada yang sempurna kayak drama-drama Korea yang suka kamu tonton," sanggah Mary.

"Elo tuh sekalinya diem, diem banget. Tapi, sekalinya ngomong panjang banget dan kadang bikin impian orang buyar." Lita bersandar di lokernya memandang Mary yang masih sibuk merapikan loker.

Mary mengangkat bahu dibarengi dengan gebrakan dari loker Lerina yang terburu-buru mengambil handuk dan lari ke arah ruang bilas.

"Kamu ikut ekskul apa?" tanya Mary tidak mengacuhkan Lerina yang mengagetkannya.

Lita melipat kedua tangannya. "Belum tau nih. Males ikutan ekskul. Tugas kita aja seabrek. Lo ikut apaan?"

"Ekskul baca."

Lita menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia bingung sama jawaban Mary. Lita berpikir dalam hati. 

Emang ada ya, ekskul baca? Emangnya disini TK, kita diajarin baca. Mungkin maksud dia klub buku kali, ya. Yang setiap minggunya selalu membahas buku-buku terbitan terbaru atau yang pengarangnya peraih penghargaan kelas dunia.

"Kenapa?" Mary menyadarkan lamunan Lita.

"Nggak apa-apa. Gue lagi kepikiran yang kemarin aja."

"Lupain. Kamu hidup di dunia nyata yang nggak segalanya indah. Lagian, kan masih banyak cowok-cowok ganteng di sekitar kamu yang lebih ramah."

Lita baru saja mau mengangguk-angguk bertepatan dengan Lerina yang lagi-lagi menggebrak lokernya sehabis menaruh handuk dan baju olahraga, kemudian berlari ke loker barang. Lerina membubuhkan bedak dan blush-on ke wajahnya, memakai eye-liner, menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya, lalu kembali menutup pintu lokernya dengan gebrakan yang lebih dahsyat setelah mengambil stik golf.

"Kenapa sih tuh anak? Lagi latihan kebakaran? Buru-buru amat." Lita bingung akan sikap Lerina yang biasanya serba anggun.

"Hari ini dia ekskul golf."

"Terus?" Lita masih belum bisa menangkap maksud dari jawaban Mary. 

"Ketua golf anak kelas sebelas. Gebetannya. Pedekate terselubung."

Lita terdiam mendengar jawaban Mary yang kedua. Seperti baru ada bohlam besar menyala di atas kepalanya. Lita nyengir lebar. Ia punya ide yang sangat brilian, menurutnya.

Almost Paradise [COMPLETED]Where stories live. Discover now