DELAPAN BELAS

405 96 7
                                    

"Lita, kamu lagi sakit?"

Lita menoleh ke arah Kim yang berada di kemudi. "Nggak, Mas."

"Aku kira kamu sakit, abis panas-panas gini pake sweater."

Lita refleks memegang sweater yang dikenakannya sebagai manipulasi agar lukanya yang baru dua hari lalu belum sembuh dan hilang, tidak terlihat.

"Kan di luar yang panas, dalem mobil dingin." Lita ngeles disambut senyuman oleh Kim.

Suasana hening lagi. Lita iseng menoleh ke belakang, ternyata Kay sedang tertidur pulas menyandarkan kepalanya ke kaca mobil. Kalau lagi tidur begitu, ekspresi galaknya hilang. Jadi terlihat mirip Kim.

"Mau pindah ke belakang duduknya? Biar kepalanya nggak pegel." Kim menggoda Lita yang tanpa sadar kelamaan memerhatikan Kay yang sedang tidur.

"Eh, nggak, Mas." Lita jadi salah tingkah.

Kim tersenyum melirik Lita yang langsung pura-pura sibuk sama pemandangan di luar mobil yang isinya cuma pohon-pohon tinggi.

"Jalannya jelek banget." Kim menggumam saat mobilnya mulai melewati lubang-lubang di jalan.

Dari belakang terdengar suara gumaman.  Kim melirik dari spion dan adiknya yang masih tidur pulas itu merasa terganggu dengan jalanan yang jelek, karena kepalanya jadi terbentur kaca yang jadi sandaran tidurnya.

"Lita, boleh minta tolong?"

"Iya, Mas?"

"Tolong selipin bantal ke kepalanya Kay. Itu kepalanya kejeduk-jeduk kaca." Kim menunjuk bantal kecil disamping Lita. Lita mengambil bantal kecil itu, tapi dia malah jadi bingung sendiri.

"Ngg, aku gimana nyelipinnya ke kepala Kak Kay, Mas?"

"Turunin sandaran jok yang lagi kamu dudukin aja, jadi kamu tinggal balik badan abis itu."

Lita melepas seat belt dan tangan kirinya menggapai tarikan untuk menurunkan sandaran joknya agar lebih rendah, setelah itu ia membalikkan badannya ke belakang. Memang sih, sandaran joknya sudah hampir sejajar dengan Kay, tapi jalanan rusak yang masih dilewati mobil Kim membuat Lita susah menyelipkan bantal antara kepala Kay dan kaca mobil. Sampai akhirnya Kim tidak sengaja melintasi lubang besar saat kecepatan kendaraan di atas rata-rata, membuat Lita yang sedang menghadap ke belakang kehilangan keseimbangan dan sukses nyusruk ke kursi belakang.

"Aduduh, aww...." Kening Lita membentur sesuatu yang agak keras.

"Lita, kamu nggak apa-apa? Sori, Lit, aku nggak liat ada lubang besar." Kim meminta maaf, tanpa menoleh ke belakang. Kemudinya agak oleng setelah ia kaget melintas lubang besar, jadi Kim harus fokus melihat jalan di depan.

"Iya, Mas. Aku baik-baik aja." Lita mengusap-usap keningnya yang ternyata membentur...

"Eh, Kak Kay?!"

Lita kaget setengah mati saat sadar dirinya berada di atas badan Kay dan ternyata tadi kepalanya membentur dada Kay. Lita buru-buru bangun dari atas badan Kay bersamaan dengan itu mobil Kim kembali berguncang keras lagi, membuat Lita kembali jatuh ke pelukan, eh, ke atas badan Kay.

Kay yang dari tadi hanya diam sambil menatap Lita, kini memegangi gadis itu yang hampir terguling ke bawah. Dan sekarang wajah Lita hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajah Kay. Mata cokelat itu kini terlihat begitu jelas, bahkan terlihat semakin dekat.

Lita seperti terkunci dan terhipnotis saat bertemu sepasang mata Kay. Hanya degup jantungnya yang berdetak cepat saat wajah Kay semakin mendekati wajahnya. Makin dekat, makin dekat, dekat, dan saat hidung mereka hampir bersentuhan, Kay melewatinya begitu saja.

Almost Paradise [COMPLETED]Where stories live. Discover now