DUA BELAS

408 95 2
                                    

"Aduh, aduh, sakit perut." 

Lita memegangi perut dan satu tangannya yang lain menutup mulut agar suara tawanya tidak menggema di ruang tengah rumah Kay.

Tawa Lita keluar begitu saja begitu tahu siapa yang disebut 'Ade' oleh cowok titisan malaikat di depan pintu tadi yang ternyata kakaknya Kay. Lita baru tahu kalau Kay adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya perempuan sudah menikah, dan kakak keduanya adalah yang baru saja ditemui Lita. 'Ade' adalah panggilan untuk Kay dari orang tua dan kedua kakaknya.

"Arcalita, kayaknya elo harus berenti ketawa sekarang juga deh. Liat, ada raksasa siap ngamuk didepan lo." Daffa memberi peringatan dan Lita melihat Kay duduk di depannya. Mukanya merah menahan malu, tapi sebisa mungkin memperlihatkan ekspresi galak agar Lita berhenti tertawa.

"Oke." Lita berdehem menahan agar sisa-sisa tawanya yang masih ingin keluar kembali masuk ke dalam tenggorokannya.

"Ade! Kemeja gue yang abis lo setrika ditaro dimana?"

Buru-buru Lita menyembunyikan wajahnya kebelakang punggung Daffa, dan kembali tertawa dibaliknya. Meskipun sudah bersembunyi di belakang Daffa dan menutup mulutnya, tawa Lita masih bisa didengar jelas oleh mereka semua. Fiksa dan Advin kembali tertawa pelan dan Seran sampai harus kabur ke dapur agar Kay tidak melempar remot TV ke arahnya karena tertawa ngakak.

"Ck! Gue taro diatas tempat tidur lo, Mas!" Kay berdiri kesal menghampiri kakak laki-lakinya itu.


*


"Aw, sakit." Lita mengusap-usap pipinya yang sakit, karena telalu lama tertawa.

"Sukurin," balas Kay datar, tapi dengan nada kesal. 

Lita kembali diam, tapi langsung nyengir lagi sambil berbisik pada Daffa yang duduk disebelahnya. "Saya baru tau kalo Kak Kay itu suka nyetrika dirumah. Padahal rumahnya gede banget, masa nggak ada yang kerja disana buat kerjaan rumah?" 

"Orangtua Kay ngedidik anak-anaknya buat mandiri. Nggak ada pembantu disana. Tugas rumah ganti-gantian dikerjain Kay, Mas Kim, atau Mbak Kiz. Berhubung Mbak Kiz udah nikah dan pindah rumah, tinggal Kay sama Mas Kim yang ganti-gantian nyuci, nyetrika sama masak," bisik Daffa menjelaskan pada Lita. 

Lita mengangguk-angguk. Salut juga sama cara mendidik orangtua Kay. Meskipun memiliki harta berlimpah, tapi anak-anaknya harus bisa mandiri, tidak bergantung pada orang lain. 

"Hebat. Kak Kay bisa masak, nyuci, nyetrika." 

"Lit, elo belom pernah ngerasain pulpen melayang ke kepala ya?" ancam Kay yang duduk di kursi depan.

"Ihhh, Kak Kay kayak Rangga di AADC aja mau lempar-lempar pulpen," sahut Lita disambut tawa Daffa. 

"Pacar lo lucu, Kay." Kim yang sedang menyetir ikut tertawa kecil. 

Kim sengaja menawarkan bantuan mengantar mereka ke rumah Lita, karena mobil sedan Fiksa tidak bisa menampung enam orang sekaligus. Kay, Daffa dan Lita bersama mobil yang dibawa Kim. 

"Eh, aku bukan pacarnya Kak Kay, Mas. Aku juniornya di sekolah."

"Loh, emangnya junior nggak boleh jadi pacar senior?" Kim melirik sambil tersenyum memandang Lita sekilas dari kaca.

"Yaaa, nggak gitu sih, tapi aku bukan pacarnya."

"Sayang yah, padahal kamu lucu. Aku aja suka sama kamu." Ucapan Kim membuat pipi Lita bersemu.

"Sejak kapan sih kalian jadi mesra ngomong 'aku-kamu'?"

"Lo cemburu, De?" Kim menoleh ke arah Kay. Matanya yang jernih itu terselip tatapan jahil menggoda adik bungsunya.

Almost Paradise [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang