SEMBILAN

394 105 1
                                    

"Lita, Erin, sini aku mau kasih liat sesuatu."

Lita dan Erin menghampiri kakak tertua mereka yang baru enam bulan resmi menjadi anak SMA. Mereka berdua tahu kalau kakak mereka itu bisa beradaptasi baik dengan sekolah barunya. Wajah cantik dan keramahannya pada siapa pun. Semua suka padanya. Termasuk bintang sekolah kelas dua belas yang digilai murid-murid perempuan disana.

"Menurut kalian, dia ganteng?"

"Ya ampun, Kak. Mirip artis Korea yang dramanya kemarin aku tonton." Lita memekik heboh melihat foto laki-laki di ponsel kakaknya.

"Kamu tuh, bukannya belajar malah nontonin drama terus."

"Rasain. Hihihihi..." Erin cekikikan melihat Lita dicubit pipinya.

"Ganteng nggak?"

"Ganteng banget!" jawab Erin dan Lita bersamaan.

"Pacar kakak?"

"Muka Kak Farla merah! Cieee, Kak Farla punya pacar ganteng." Erin meledek Farla yang bersemu merah.

"Mama, Kak Farla punya pacar!" Lita berlari keluar kamar dan mencari mamanya.

"Litaaaaa!" Farla berlari menyusul Lita disusul gelak tawa Erin yang masih berseragam merah putih.

Kenangan hampir tiga tahun lalu terlintas di benak Lita, membuatnya kembali menangis sesegukan di hadapan makam yang bertuliskan Farla Anindity. Kakak perempuannya. Kakaknya yang selalu bisa melerai apabila Lita dan Erin bertengkar berebut poster artis-artis Korea favorit mereka. Farla yang sering kali membelikan Lita dan Erin es krim apabila nilai ujiannya sempurna. Farla yang pintar. Farla yang cantik. Dan Farla yang harus menerima akibat dari kecantikannya itu. 

Siapa sangka senior-seniornya membencinya karena ia disukai oleh seorang bintang sekolah. Senior-senior perempuannya bahkan bertindak nekat, mengurung Farla di sekolah, dikunci dalam gudang yang gelap penuh debu. Farla yang seketika menjadi pemurung, diketahui dirinya menerima perlakuan tidak senonoh dari seseorang yang tidak dikenalnya, suruhan para senior yang iri padanya. Sampai akhirnya Farla memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Menelan banyak pil tidur yang membuatnya tidur selama-selamanya. Membuat Farla lepas dari siksaan orang-orang yang iri padanya.

"Kak, apa aku salah?" Lita menatap nanar batu nisan Farla. Menanyakan pertanyaan yang tidak mungkin bisa dijawab Farla, bahkan dirinya sendiri. 

Niatnya tadi menghampiri Liona terjadi begitu saja, sejak ia mendengar penjelasan suster mengenai keadaan Liona. Lita merasa kondisi Liona mengingatkan luka yang terjadi pada Farla dan ia ingin sekali menjadi tempat berbagi atau membuat gadis itu tersenyum. Hal yang gagal ia lakukan pada Farla, karena pada saat Farla mengalami keadaan sulit, Lita masih belum mengerti sepenuhnya sampai akhirnya ia melihat kakak perempuannya itu terbujur kaku di kamar tidur.

Tangan Lita terulur hendak menyingkirkan daun kering dari atas makam Farla dan baru sadar kalau tangannya terluka. Sepertinya terkena sayatan pisau yang hendak ditusuk Liona, namun Kay keburu menariknya, jadi hanya tergores sedikit.

Kay. Kenapa Kay dan Seran harus bicara begitu menyakitkan tadi?

"Maaf." Sepasang tangan menarik lembut tangan Lita yang terluka dan menempelkan plester luka tepat diatas lukanya.

Mata itu. Sepasang mata yang selalu menatap Lita dengan pandangan dingin. Kay. Dan, ada Seran tidak jauh di belakang Kay ikut memandang Lita, lalu menunduk.

"Pasti kakak lo cantik. Secantik namanya." Fiksa tersenyum manis disamping Kay.

"Beda sama adiknya yang lagi nangis." Daffa mengulurkan tangannya ke arah pipi Lita yang basah karena airmata dan menghapusnya, "Sekarang jadi kelihatan lebih cantik, dibanding belepotan airmata."

Almost Paradise [COMPLETED]Where stories live. Discover now