DUA PULUH SEMBILAN

478 72 32
                                    

Lima tahun kemudian…

Berkali-kali Kim mengumpat setiap mobilnya terhenti, karena lampu lalu lintas berubah menjadi warna merah. Dirinya sudah tidak punya waktu untuk menunggu lampu merah berubah hijau dalam keadaan Jakarta yang selalu macet, terlebih saat jam pulang kantor.

Ponsel berwarna hitamnya yang sejam lalu tidak berhenti berdering, kini sesepi kuburan pada malam hari. Kim mengambil ponsel yang ada di atas dasbor dan menghubungi seseorang. Sayangnya Kim hanya mendengar suara manis operator yang mengatakan kalau nomor yang ia hubungi sedang tidak aktif. Semestinya Kim sudah bisa menduganya.

Saat lampu berubah menjadi hijau, Kim menjalankan mobilnya dengan kecepatan gila-gilaan. Tidak peduli dirinya harus dihujani bunyi klakson dan makian dari pengendara lain. Ia harus secepatnya sampai di rumah kekasihnya yang sudah setahun ini mengisi kehidupannya. Dan, terlambat tiga jam untuk perayaan hari jadi mereka yang pertama pasti dianggap musibah besar bagi kekasihnya itu.

Kim menghentikan mobilnya dan buru-buru membuka pagar rumah, kemudian mengetuk pintu di depannya tanpa jeda. Sambil menunggu pintu itu dibuka, Kim melonggarkan sedikit dasi yang terasa mencekik. Kakinya bergerak-gerak tidak sabar dan gugup. Rambut rapinya sudah agak berantakan. Sungguh bukan penampilan seorang Kimindra Wirasatya.

Rasanya baru kemarin Kim pertama kali datang ke rumah ini. Mengantar adiknya, Kay, dan para sahabatnya, bersama satu orang junior mereka yang sangat manis bagi Kim. Sekarang ia datang sebagai seorang pacar, bukan kakak lagi.

Kim mengetuk lagi pintu di hadapannya. Tidak lama terdengar suara langkah yang menghentak kesal.

Pintu terbuka. Meskipun sangat lelah Kim tersenyum manis pada perempuan yang membukakannya pintu. Namun, senyum itu tidak berbalas.

"Hai, Sayang." Kim mencoba menyapa kekasihnya yang terlihat gusar.

Dengan baju piyama melekat di tubuh yang tingginya berbeda sepuluh senti dari Kim dan wajah cemberut, sang kekasih melipat kedua tangannya di dada.

“Ngapain kesini? Sana pulang! Nggak ada acara anniversary segala. Basi. Udah telat tiga jam!” seru perempuan itu kesal dan menutup pintu cepat hingga menimbulkan suara dentuman kencang.

Suara yang sanggup membuat Kim melongo, karena wajahnya hanya berjarak beberapa senti saja dari pintu yang baru saja dibanting tepat di hadapannya.

***

It's a wrap!
Almost Paradise resmi selesai🎉🎉🎉

Terima kasih banyaaaaaaak untuk yang sudah baca dari awal sampai akhir.
Untuk segala komen dan votenya.
Untuk semua semangat, kritik serta sarannya.
Untuk yang promoin/rekomendasiin cerita ini di mana pun.
Pokoknya makasiiiiih banget buat para readers tersayang💙💙💙😘😘😘😘

Walaupun cerita ini udah selesai, boleh banget loh kalau tetap ada yang mau promosiin cerita ini ke teman-temannya.
Nanti kalau target vote & komen tercapai, aku (InsyaAllah) adain giveaway hihihi
Hadiahnya? Hmm... karna cast cerita ini NCT, jadi hadiahnya jg berhubungan sama NCT yaa. Bisa album dan lain-lainnya.

Sebelum pamit, kenalan dulu sama Mas Kim. Yang disebut-sebut Erin adalah Kim Soohyun padahal bukan hahahaha (maafin Erin ya, dia cuma tau nonton dramanya Kim Soohyun doang. Jadi, semua yg ganteng disebut Kim Soohyun🤣).

Mas Kim si sabar kakaknya Kay, sekaligus kakak juga bagi empat sahabat adiknya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas Kim si sabar kakaknya Kay, sekaligus kakak juga bagi empat sahabat adiknya itu. Yang bikin Lita lemes pertama kali ketemu Kim dan Erin heboh bgt tiap ada "Mas Kim-nya".

Dah ah, beneran pamit sekarang.
Terima kasih sekali dan jangan lupa baca ceritaku yang lain. Dijamin ketagihan hehehe (pede aja dulu yakaaan).

See you💙

See you💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Almost Paradise [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang