LIMA BELAS

450 97 14
                                    

TIN!

Suara klakson mengagetkan Lita yang sedang menunggu bus di halte dekat sekolah. Range Rover hitam berhenti tepat di halte tempat Lita duduk.

Kaca mobil perlahan turun dan ada Daffa. "Arcalita, ikut yuk?"

"Kemana, Kak?" tanya Lita sambil melihat ke dalam mobil yang penuh penumpang.

Ada Daffa di kursi depan, bersama Kay yang duduk di belakang kemudi, lalu Fiksa, Advin dan Seran di kursi belakang.

"Ketemu Liona. Mau kan?" Daffa turun dari mobil.

Wajah Lita langsung cerah dan semangat. "Mau!"

Lita duduk di kursi depan menggantikan Daffa yang pindah ke kursi belakang bersama lainnya.

"Lita, katanya kemarin lo sakit? Sekarang udah sehat?" Advin bertanya dari balik buku yang dibacanya.

"Eh, udah, Kak. Kenapa, Kak?"

"Berarti kita udah bisa belajar lagi sepulangnya dari Liona," ujar Advin masih dari balik bukunya.

"Vin, libur dulu kali belajarnya. Kasian Lita."

"Nggak apa-apa, Kak Daffa. Lagian, sebenernya saya besok ada tiga kuis sekaligus."

"Iya lah, nggak apa-apa, secara lo pura-pura sakit doang kemaren. Males ikut olahraga."

Here we go again, Seran....

"Ih, Kak Seran nggak percayaan." Lita mencoba membalas kata-kata Seran, padahal ia lagi deg-degan, karena Seran lah satu-satunya yang tidak percaya ia sakit.

"Yang kemarin gue kasih itu beneran permen. Bukan obat maag."

"Hah? Masaaaaa?!" Lita refleks membalikkan badannya ke belakang agar bisa menatap Seran langsung.

Sudut bibir Seran tertarik naik sedikit dan Lita cemberut.

"Saya beneran sakit tau, Kak." Lita masih mempertahankan aktingnya. Pantang ketahuan bohong di depan Seran si Tuan Judes.

"Cuekin aja Seran. Gue percaya." Kedua tangan Daffa terjulur ke arah Lita dari tempat duduknya, membuat Lita merasa dipeluk Daffa dari belakang.

"Tangannya nggak usah jalan-jalan di kepala orang kali." Fiksa menepis tangan Daffa yang sedang mengusap kepala Lita.

Lita tertawa pelan, canggung sambil melirik Kay yang tidak bersuara sama sekali di balik kemudi.

*

Bertemu Liona untuk yang kedua kalinya sangat menyenangkan. Berbeda jauh dari awal mereka bertemu, yang harus berakhir Liona mengamuk, kali ini Liona terlihat sangat ceria dan banyak tersenyum. Begitu juga Lita yang seperti sedang berhadapan dengan Farla.

Liona seperti almarhum kakaknya. Senyumnya, teduh matanya dan cara bicaranya yang dewasa. Sebelum masuk ke ruangan Liona, Kay menyuruh Lita mengganti seragamnya, karena ternyata penyebab Liona mengamuk dan hilang kendali sebelumnya adalah melihat seragam yang dikenakan Lita mengingatkan Liona akan kenangan buruknya dengan orang-orang berseragam sama dengannya.

Dan, Lita baru sadar kalau lima seniornya juga mengganti atasan seragamnya dengan kaos biasa atau kemeja santai yang dipakai Kay dan Daffa. Berhubung Lita tidak punya baju ganti, Kay meminjamkan jaketnya yang sudah pasti kebesaran di badan mungil Lita. Jaket itu terlihat seperti gaun ketika dipakai Lita.

"Kak Liona hebat bisa bikin Kak Seran yang suka ngomong nyelekit ini jadi manis banget depan kakak." Lita memuji Liona, sekaligus menyindir Seran yang langsung menatapnya tajam.

Almost Paradise [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang