DELAPAN

438 107 2
                                    

"Kemarin bolos ekskul."

Lita tersentak kaget ketika ia sedang buru-buru menuju lapangan futsal dan di depannya ada Advin yang hampir ditabraknya.

"Eh, itu Kak, saya..." Lita bingung harus bilang apa sama Advin. 

Pertama, tadi itu Advin maksudnya nanya atau pernyataan. Kedua, Lita malu banget kalau harus bilang alasan yang sesungguhnya. Kemarin, setelah ia menemukan sampah kotak yang dibuang Kay di basement pembuangan, otomatis seluruh badan Lita jadi bau sampah. Membuatnya harus buru-buru pulang. Sesampainya di rumah ia baru ingat kalau di sekolahnya yang mewah itu punya ruang bilas dan ada beberapa baju ganti miliknya di loker.

"Ini hukuman membolos kemarin. Salin partitur-partitur semua lagu ini, ditulis tangan. Satu jam selesai." Advin menaruh satu buku lagu dan setumpuk kertas HVS kosong ke tangan Lita.

"Tapi, Kak, saya ada ekskul futsal siang ini."

"Daffa lagi males latihan, jadi ekskul diliburin sama dia." Advin berlalu menuju ruang musik.

Lita masih tidak habis pikir, ekskul bisa ditiadakan hanya karena ketuanya malas latihan dan jabatannya sebagai manajer seperti cuma pajangan. Daffa tidak pernah mendiskusikan apapun dengannya, termasuk mengenai ekskul diliburkan siang ini.

*

Jam dinding di perpustakaan menunjukkan pukul dua siang dan tepat saat itu pula Lita menyelesaikan hukuman dari Advin. Sejam penuh tangannya menyalin not-not balok, not angka dan lirik lagu sambil menggerutu sendiri. 

Kak Advin kurang kerjaan, niat banget ngerjain kasih hukuman nyalin satu buku lagu ke kertas HVS. Dikasih waktu cuma satu jam pula. Biarin aja matanya juling liat nih not balok yang aneh bentuknya. 

Lita masih terus ngedumel sampai di depan ruang musik. Ketika tangannya hendak mendorong pintu yang terbuka sedikit, diurungkan niatnya saat mendengar suara tawa dari dalam sana.

"Hahahahaha... elo harus liat ekspresinya! Kocak banget." 

Lita terkesiap. Daffa tertawa?

"Lo harus liat secara langsung kayak gue. Daffa sih cuma liat dari CCTV sekolah. Asli itu adalah momen terlucu dan terkonyol sepanjang hidup gue. Hahaha!"

Dari celah pintu yang terbuka sedikit Lita bisa melihat tadi itu tawa Fiksa bahkan sampai keluar airmata.

"Gue jadi penasaran." Seran bersuara sangat santai, berbeda jauh dengan wajahnya yang super serius dan sering ngomong nyelekit.

"Nih, nih, gue salin rekamannya ke HP. Lo liat sini. Vin, Kay, lo juga liat." Advin dan Kay ikut mengelilingi Daffa.

"Hahahahahahaha, sial beneran kocak mau diliat berapa kali juga." 

Tawa Daffa meledak lagi diikuti dengan tawa Seran dan Advin, bahkan Kay sampai berjongkok menahan perutnya yang sakit, karena tertawa geli.

Semua pemandangan yang sangat langka itu membuat Lita membeku. Lima Gunung Es bisa tertawa! Ekspresi datar mereka yang terlihat setiap harinya lenyap begitu saja.

Melihat pemandangan yang sulit dipercaya itu membuat Lita refleks memundurkan langkahnya dan dirinya jadi panik ketika ada bayangan dari dalam ruang musik berjalan ke arah pintu.

"Aduh!" 

Lita menabrak papan buletin di dekat ruang musik saat ia berusaha kabur dan buru-buru menyembunyikan dirinya ke balik tembok ketika Fiksa keluar, menoleh kanan-kiri lalu masuk lagi ke dalam ruang musik.

Tenang, Lita, tenang. Lo harus nyerahin salinan lagu-lagu ini ke Advin dengan ekspresi seolah-olah nggak habis ngintipin mereka tadi. Kecuali, elo siap digantung di tiang bendera sama mereka berlima. 

Almost Paradise [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang