22. Pinangan

2.5K 404 20
                                    


Calvin duduk menghela napasnya. Rasanya gugup melihat keluarga Winda di depannya. Fyi saja, saat ini mereka berada di Jakarta. Keluarga Winda semua berkumpul bersama untuk melakukan lamaran setelah kejadian keluarganya mengetahui Winda tengah hamil anak Calvin.

Ternyata gugup dan tidak seperti pikirannya. Menghadapi ayah dan ibu Winda secara nyata membuat jantungnya berdebar kuat dan kencang. Calvin beberapa kali menarik dan mengembuskan napasnya. Nampak juga Kai dan Sean berada di sana untuk menjadi saksi sekaligus dokumenter.

Winda masih di kamarnya. Katanya Winda masih bersiap dan akan segera turun. Ya, Calvin sabar menanti itu. Ingatan ketika mereka di Canada dua hari yang lalu masih membekas diingatannya.

"Pulang kamu ke Jakarta!"

"Papa... Calvin gak bisa ninggalin Winda. Winda hamil anak Calvin, pa."

"Kamu kira papa bego? Ya papa tahu Winda hamil. Papa suruh kamu pulang biar bisa lamaran di sana!"

Mengingat itu membuatnya tersenyum sekaligus merasa pedih karena tamparan ayahnya masih terasa di pipinya. Lucu memang memikirkan ayahnya mau memisahkan mereka. Namun pada kenyataannya ayahnya menyuruh mereka pulang untuk acara lamaran.

Dan ketika menunggu cukup lama. Akhirnya Winda datang dengan Bianca yang menjadi pengiringnya. Dress yang Winda gunakan berwarna hitam. Cantik seperti orangnya menurut Calvin.

"Bang! Malu-maluin ih, air liur lu tuh! Netes!" Kata Elios jijik membuat Calvin menjitak kepalanya secepat mungkin.

"Diem lo anjeng!"

Winda duduk di tengah papi dan maminya. Ia menatap Calvin yang tersenyum gagah padanya. Calvin tampan, dengan jas hitam formal dan rambut yang ditata rapi. Winda tersipu malu dibuatnya. Jantungnya berdebar-debar menatap calon suaminya kelak. Rasanya aneh dan luar biasa.

"Jadi kita mulai saja acaranya, ya?" Ucap papa Calvin bersuara.

"Jadi kedatangan kami ke mari, bermaksud melamar nak Winda untuk menjadi istri dari Calvin sekaligu mantu dari keluarga Anggara."

Papi Winda tersenyum dan menatap Winda yang menunduk malu. "Winda kami memang sudah dewasa dalam umurnya. Namun kadang masih terlihat seperti anak kecil. Manjanya itu kadang kelewat batas." Papi Winda tertawa kecil jika mengenang masa-masa Winda yang manja bahkan masih ingin tidur bersama papi dan maminya.

"Tidur aja masih dikelon, loh." Mami Winda menambahkan membuat semburat merah di pipi Winda muncul mendengarnya.

"Mami apaan sih!"

"Bener loh ini. Winda itu keliatannya aja judes, galak. Tapi aslinya manja banget. Apalagi sama papinya, duh... Anak papi banget dia ini." Mami Winda tertawa saat menceritakannya pada keluarga Anggara.

"Kami juga minta maaf sebelumnya. Karena Calvin tidak bisa menjaga Winda sebelum waktunya." Papa Calvin angkat bicara sambil menatap pada putranya.

"Kami memaklumi kok. Namanya anak muda kan, pak. Biasalah kalau kebobolan."

"Papi ya ampun!" Winda merasa malu sekali mendengar papinya bilang begitu oada papa Calvin.

"Berarti nanti anak Calvin dan Winda jadi cucu pertama dong ya." Mama Calvin tertawa membuat yang lain pun ikut tertawa mendengarnya.

"Jadi bagaimana, pak?" Tanya papa Calvin pada papi Winda.

"Saya sih terserah Windanya saja. Meski gak usah ditanya lagi, pasti jawabannya mau ya." Papi Winda tersenyum dan mengusap rambut Winda.

"Windanya mau gak nikah sama Calvin?" Tanya maminya kini.

Winda mengangkat kepalanya menatap Calvin yang kini sedang menunggu jawab darinya. Wajah Calvin nampak serius, membuat Winda merasa siap menyandang statusnya nanti menjadi seorang istri.

• Angel From Heaven | Wenyeol ✔Where stories live. Discover now