20. Kamu hamil ?

3.6K 444 40
                                    


Calvin

Setelah Winda ngomong tentang hamil itu, dia langsung masuk rumah, entah kenapa wajahnya kayak kecewa. Padahal gue belum jawab apa-apa, dia kayak langsung bete gitu. Apa gue salah? Ya, gue sih gak ngomong karena syok dengernya, kayak butuh waktu buat mencerna semua yanh dia omongin. Gue sama sekali gak bakalan tolak kalau Winda hamil, ya kali gue yang lakuin tapi gue gak ngakuin? Situ sehat?

Gue juga seneng kalau Winda beneran hamil, ya meski gue bakal nanggu resiko di marahin ortu, tapi ya paling gak, gue tahu kalau gue ini pria sejati dong.

Akhirnya gue nyusul dia ke kamar, maminya bilang Winda masuk kamar atas dan akhirnya gue nyusul. Gue ketuk kamarnya, tapi Winda gak bukain pintu, jadi gue mutusin langsung masuk aja ke dalam. Setelah masuk, gue bisa liat cewek gue lagi duduk di sofa deket jendela sambil meluk lututnya sendiri.

Gue deketin dia, duduk di depan dia sambil nari dagu Winda buat natap gue.

"Kamu hamil?" tanya gue tanpa ragu.

"Gak!"

"Serius, sayang. Aku nanya ini, kamu beneran hamil?"

"Enggak ih! Dibilangin ngeyel."

"Terus kenapa kamu ngambek gini? Kenapa jadi marah?" tanya gue yang akhirnya buat dia menghela napas terus natap gue serius.

"Soalnya ekspresi kamu tuh kayak gak siap denger aku hamil!"

"Jangan kenceng-kenceng ih ngomongnya. Nanti pada denger," kata gue sambil mencubit hidungnya yang memerah karena cuaca dingin.

"Aku bukannya gak siap, cuman emang kaget aja karena kamu ngomongnya tiba-tiba gitu. Emang aku ngomong gak siap kalau kamu hamil? Kan enggak, Winda." Gue berusaha nenangin dia sambil ngusap pipi dia yang menurut gue agak sedikit chubby. Apa bener dia hamil? Anak gue, kan ya pasti?

Iyalah bego.

Winda menghela napasnya. "Aku baru prediksi aja! Aku udah telat datang bulan, terus moodku turun naik tahu gak? Habis itu, aku mulai suka makan yang asam-asam! Tapi belum periksa." Dia menggelengkan kepalanya, udah kayak bocah lima tahun, anjer gemes banget gue ma ni cewek.

Imutnya gak habis-habisan :'(

"Ya udah ayuk periksa," kata gue sambil megang tangan dia.

"Ambil tetspacknya dalam tas aku," titah Winda dan gue nurut aja.

Gue ambil tas cokelat dia, terus gue serahin sama Winda. Dia pun merogoh isi dalam tasnya dan ngeluarin satu benda kecil yang panjang.

"Kamu tunggu sini."

"Aku temenin ke dalam juga gak papa," kata gue tersenyum tapi Winda malah cuek dan masuk ke kamar mandi tanpa mempedulikan gue lagi.

Gue pun menunggu di depan kamar mandi sambil nyandar di tembok. Pemasar juga hasilnya gimana, dan kalau pun bener Winda hamil, gue janji bakalan nikahin dia secepat yang gue bisa. Bila perlu sekarang juga siap.

Tapi kalau enggak, ya nanti gue berusaha lagi sampai si Winda jebol.

Cklek

Pintu kamar mandi terbuka. Gue was-was pas Winda keluar bawa testpacknya, wajahnya sulit gue tebak, penuh misteri banget.

"Gimana, yang?"

Winda menghela napas kemudian dongak liat wajah gue. "Garisnya —dua. Aku beneran hamil,"

"Anjing —"

"Loh kok anjing? Kamu bilang aku anjing?" Winda mukul dada gue berkali-kali hingga akhirnya gue nahan tangan dia terus gue cium tangannya lembut.

• Angel From Heaven | Wenyeol ✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora