1. Dia seorang idola

4.9K 629 132
                                    


Kadang, mereka suka salah fokus dengan bibir yanh katanya 'kissable' itu. Apalagi, saat dia membasahi bibir bawahnya dengan lidahnya. Astaga, aku menjamin jika para gadis di kampus bisa menjerit histeris dan memintanya untuk melakukan kencan satu hari saja. Namun, dia tipe pria yang setia. Sebenarnya, tidak ada maksud untuk tebar pesona atau pun ingin memikat para gadis dengan ketampanannya. Ia hanya melakukan itu tanpa sengaja. Setiap pergerakkannya memang sedikit berlebihan untuk para gadis.

Jangan bergerak, ia bernapas saja semua gadis bisa mimisan bersama.

Calvin namanya. Calvin Dikta Anggara. Astaga, apa sih kurangnya pria itu? Dia tinggi, tampan, memiliki talenta bermain musik. Benar, dia memang seorang jurusan seni musik. Dia pandai dalam banyak bidang olahraga. Bowling, basket, billiard, tinju, dan masih banyak lagi.

Dia sempurna kata mereka. Jauh dari cacat dan semua memujanya. Terlebih, sikapnya yang ramah pada orang lain, dan suka menolong. Ia sopan, dan tidak pernah sombong.

"Kak Calvin!" panggil seorang gadis sembari berlari menghampiri Calvin yang baru selesai latihan basket. Dan saat ini, Calvin sedang menyeka keringatnya dengan handuk kecil berwarna biru.

"Iya?" balas Calvin masih terus mengusap kepalanya.

Gadis itu tersenyum malu. Wajahnya memerah seperti tomat dan ia menunduk tak berani menatap Calvin yang sedang menatapnya lembut.

"Kenapa, dek?" tanya Calvin lagi.

"Em... I-ni k-kak... A-aku..." gadis itu gugup sekali, apalagi kini semua seniornya memandang ke arahnya. Ya, meski ia dipandang karena mengganggu waktu Calvin latihan basket. Namun, tetap saja ia merasa sangat malu dilihat semua orang seperti ini.

"A-aku... Suka sama kak Calvin!" ucap gadis itu sembari menyodorkan sepucuk surat dengan sampul berwarna merah muda.

Calvin diam. Ia menerima surat itu, dan saat ingin membalas ucapan gadis itu, Calvin harus kembali diam karena gadis tersebut menyela ucapannya.

"Kak Calvin gak usah jawab! Aku cuma ingin kak Calvin tahu," katanya tanpa menatap Calvin karena sejujurnya mukanya sudah sangat merah sekarang.

"Tapi... Loh, dek!" teriak Calvin saat gadis itu sudah lebih dulu pergi meninggalkannya.

Calvin mendesah, kemudian menyimpan surat itu ke dalam tasnya. Dan setelahnya, Sean menghampiri Calvin.

"Gini nih! Kalau punya temen rasa idol korea! Setiap detik dapet surat, hadiah, ada yang minta foto jugalah... Astaga! Kenapa gak jadi artis aja sih, Vin?" Sean menggerutu sembari duduk di atas tempat duduk dan meneguk airnya.

"Cemburu, ya?" tanya Calvin tertawa.

"Ya gak gitu juga!" kata Sean. "Heran aja gue..." lanjut Sean.

"Eh, si Kai mana? Kok gak ikut latihan?" tanya Calvin sembari mengetikkan sebuah pesan untuk kekasihnya.

"Tahu deh, tadi katanya mau nganterin nyokapnya ke dokter."

"Nyokapnya sakit?"

Sean mengangguk.

"Jenguk yuk."

"Duh, gak bisa gue hari ini. Harus jemput Sisil..." kata Sean sembari bersiap-siap untuk pulang.

"Udah jadian?" tanya Calvin retoris, sembari memasukkan botol minumannya ke dalam tas ranselnya.

"Kemarin..." Sean tersenyum tipis.

"Gercep, ya sekarang!" Calvin tertawa lalu menepuk pundak Sean. "Ya udah, gue duluan kalau gitu." Calvin pamit, kemudian pergi dari sana meninggalkan Sean yang juga tidak lama menyusul untuk pergi.

• Angel From Heaven | Wenyeol ✔Where stories live. Discover now