4. Berubah

3.2K 584 54
                                    


Calvin bersandar pada ranjang rumah sakit. Pagi itu, semuanya masih gelap. Tentu saja gelap, bagaimana mungkin tiba-tiba terang dalam waktu semalam? Jujur saja, Calvin sampai detik ini tidak bisa menerima takdirnya. Buta dan menjadi pria cacat. Ia harus menerima bahwa saat ini ia membutuhkan orang lain untuk membimbingnya. Melakukan sesuatu untuknya, dan Calvin harus rela menjadi pria tak berguna.

Meski sering kali, Elios berkata bahwa kebutaannya tidak akan berlangsung selamanya, namun tetap saja Calvin tidak ingin buta. Ia tidak suka hidup dalam kegelapan.

"Sayang, makan dulu."

Sang mama menyiapkan semangkuk bubur ayam dan bersiap menyuapi Calvin. Jujur saja, putra pertamanya itu tidak ingin menyentuh makanan sejak ia divonis mengalami kebutaan. Calvin jadi diam, dan tidak mau banyak bicara dengan mereka. Bahkan, Calvin kerap kali marah ketika mereka ingin membantunya ke kamar kecil. Terkadang, mamanya mendengar isakan Calvin setiap malam. Ya, putranya menangis di saat ia mengira semuanya sudah tidur. Namun, ia tidak tahu bahwa mamanya selalu terbangun dan ikut menangis bersama Calvin tanpa suara.

"Aa!" Mama hendak menyuapi Calvin, namun saat sudah sampai di depan bibir itu, Calvin enggan membuka mulutnya dan hanya diam tanpa bergerak sedikit saja. Ia menolak. Sekali lagi, ia menolak makan hari ini.

"Calvin, jangan seperti ini. Kamu bisa sakit kalau nggak makan terus!" kata sang mama dengan nada frustasinya.

Calvin tidak menjawab. "Retha hari ini datang," sambung mamanya seperti sudah kehabisan ide untuk membuat Calvin bicara kembali.

Setelah mendengar hal itu, entah kenapa, raut wajah Calvin semakin muram. Bisa mamanya lihat bahwa tangan putranya itu mengepal. Mamanya tak mengerti lagi dengan Calvin. Biasanya pria ini selalu semangat mengenai Retha. Bahkan, hanya Retha mungkin yang sanggup membujuk pria itu. Namun, kali ini mamanya memandang tatapan Calvin yang menyiratkan ketidaksukaannya.

"Mama manggil Retha ke sini?"

"Iya, Calvin. Dia khawatir sama kamu. Kemarin dia mau datang, cuman Elios bilang jangan dulu karena kamu masih..."

"Kenapa mama manggil dia?!" teriak Calvin.

"Memangnya kenapa, Vin? Salahnya di mana? Dia pacar kamu." Sang mama mencoba menenangkan putranya.

"Calvin nggak mau ketemu dia! Dengan keadaan yang menyedihkan seperti ini, Calvin nggak bisa, ma! Kenapa mama nyuruh dia ke sini, hah?! Kenapa?!"

"Calvin, tenang, sayang... Retha pasti juga kangen sama kamu. Dia ingin jenguk kamu juga. Calvin,  tolong jangan kayak gini..." sang mama akhirnya menangis. Calvin tidak pernah sekali pun membentaknya. Tidak pernah.

Namun kebutaan ini membuat sikap Calvin berubah. Menjadi Calvin yang keras dan suka marah-marah. Mamanya rindu Calvin yang dulu.

"Nggak! Pokoknya Retha nggak boleh liat kondisi Calvin! NGGAK BOLEH!!" teriaknya dengan sangat keras membuat sang mama sedikit takut.

Apalagi, ia hanya sendiri di kamar ini. Jujur, ia begitu takut menghadapi Calvin yang seperti ini. Kasar dan pemarah. Elios sekolah, dan suaminya bekerja. Hanya saat sore saja papa Calvin ikut menjaga. Selebihnya, dari malam hingga paginya, sang mama terus yang berperan dalam merawat putranya.

"Calvin... Tolong janga... Seperti ini, semua sayang sama Calvin. Termasuk Retha. Retha pasti sayang sama kamu apa adanya."

"KALAU CALVIN BILANG ENGGAK! YA ENGGAK!" katanya lagi membantah.

Namun terlambat. Calvin yang tidak mengharapkan kehadiran gadisnya di sana, kini mendengar suara pintu terbuka. Dan saat mama menoleh, gadis itu datang. Retha, dia memakai setelan dres biru selutut sembari membawa keranjang berisi buah-buahan. Retha tersenyum pada mama, dan pandangan selanjutnya ia menatap Calvin.

• Angel From Heaven | Wenyeol ✔Where stories live. Discover now