5. Parfum

3.3K 626 107
                                    


Dengan alunan musik jazz nan romantis, kedua pasangan itu menikmati hidangan makan malam mereka dalam diam. Meskipun sejak dari tadi, Winda merasa bahwa Lay memandangnya beberapa kali, namun sebisa mungkin Winda menghindari kontak mata itu. Ia sedari tidak tahan duduk dengan kepala menunduk sebenarnya, tapi Winda tahu, jika ia mengangkat kepalanya sedikit saja, maka Lay pasti mengambil kesempatan itu.

Lay pun sebenarnya ingin sekali menatap wajah Winda, namun Lay memang merasa bahwa Winda sengaja menghindarinya malam ini. Makan malam pun terasa seperti, Lay duduk seorang diri. Mereka tidak banyak mengobrol dan bahkan suasana di sini sangat canggung.

"Kamu gak nyaman sama saya?" tanya Lay membuat Winda akhirnya menatap Lay.

Gadis berambut cokelat itu menggeleng cepat. "Bukan gitu kok, dok."

"Jujur aja, Win." Lay mulai meletakkan garpu dan pisaunya ke atas piring. Pandangannya mengunci Winda untuk menatapnya dengan serius.

Winda terdiam. Entah kenapa ia sangat bingung bagaimana menyikapi Lay. Padahal, Winda paling suka membantah pria ini ketika rapat, dan paling suka mengatur Lay ini dan itu. Tapi masalah begini, Winda benar-benar lemah. Kenapa ia harus lemah tentang perasaan, sih?

Winda menelan salivanya dengan berat kemudian mengembuskan napasnya beberapa kali. Semua perkataannya sudah ada tepat di depan bibirnya, namun ada yang menghalanginya untuk bersuara.

"Ma-maaf, dok. Saya agak canggung aja," kata Winda akhirnya. Meski sebenarnya, bukan itu yang ingin ia katakan pada Lay.  Namun, mengatakan kalimat barusan saja butuh perjuangan.

Nampak Lay tertawa kecil, lalu mengusap bibirnya dengan serbet. "Gak nyangka, Win."

"Gak nyangka apanya, dok?"

"Kamu kalau di rs, galaknya gak tanggung-tanggung. Sama saya aja, kamu berani marah-marah. Tapi, itu yang buat saya suka sama kamu." Lay tersenyum kecil. "Win..."

"Ya, dok?"

"Saya beneran suka sama kamu."

Deg!

Itu dia kalimat final yang Winda prediksikan akan keluar dari mulut Lay. Pernyataan Cinta dokter tampan itu, membuat Winda kebingungan. Memang sih, ia mencari pria yang mau menerima kekurangannya. Namun, hal penting lainnya adalah, Winda juga suka sama pria itu. Kalau sama Lay, Winda hanya menganggap antara senior dan junior. Tidak ada hal lebih.

"Dok... Sa-saya..."

Lay tersenyum. "Gak usah dijawab sekarang. Mending kita pulang." Lay mengangkat tangannya pada seorang waitress dan kemudian membayar makanan mereka.

Dan Winda boleh bersorak dalam hati sekarang, karena terlepas dari situasi canggung seperti tadi. Jika saja Lay menahannya lebih lama untuk makan malam seperti tadi, bisa dipastikan bahwa Winda akan berusaha kabur dari makan malam itu. Pun, Winda sudah buntu untuk menjawab pernyataan Lay mengenai perasaan sukanya. Dan bisa Winda tebak, setelah ini ia akan merasa canggung sama Lay di rumah sakit.

❤❤❤

Winda memainkan penanya di atas buku, seperti membuat coretan tak jelas di atas buku tersebut, dengan pikiran yang melayang-layang pada pendonor mata untuk Calvin. Entah apa, namun perasaan Winda sedikit tidak enak. Entah apa itu, Winda tidak tahu, dan ia tidak bisa menebaknya.

Lamunannya masih berjalan dengan baik hingga suara Tian mengejutkannya. Lantas, Winda menatap pria itu sembari mengembuskan napasnya.

"Lo kenapa?" tanya Tian setelah memposisikan dirinya di depan Winda.

"Gak papa." Winda menjawab acuh sembari memejamkan matanya.

"Kenapa sih, Win?" tanya Tian lagi seakan tak puas dengan jawaban gadis itu.

• Angel From Heaven | Wenyeol ✔Where stories live. Discover now