KAMUFLASE

40 4 3
                                    

Cerita ini dikarang oleh Sinta Dewi Listianah

*****

Benar tidak, bahwa "Persahabatan hanyalah kamuflase dari cinta terpendam." Semua orang mengatakan itu saat mereka tahu bahwa aku bersahabat dengan Agam, setelah berhasil mematahkan hatinya. Tak dapat di pungkiri, sebenarnya dia sosok yang sempurna. Namun, hatiku bersikukuh tidak akan menerima siapapun, dengan alasan apapun untuk saat ini . Termasuk Agam. Karena prinsip harus tetap di pegang dengan teguh.

Namun, saat ia memintaku menjadi sahabatnya, tak ada yang bisa aku lakukan selain berkata "YA". Dan sejak itu, ia selalu menunaikan tugasnya sebagai seorang sahabat.

Dia selalu hadir saat aku membutuhkan sesuatu.hal hal sepele sekalipun. Ku akui. Dia benar benar sempurna. Apalagi kepribadianya. Bukan hanya perhatian, dia juga seringkali beralih profesi menjadi guru, kakak, ayah, bahkan ibu. Mengomel sekarang menjadi hobinya kalau aku mulai berbuat onar.

Pernah ketika itu, hujan sedang turun dengan lebat. Karena dikejar deadline mengumpulkan tugas dikampus, aku terpaksa menerobos hujan. Besoknya Agam marah marah di telepon gara gara aku bolos akibat sakit. Puas mengomel sampai telingaku panas, dia memutuskan sambungan. Nggak taunya, dia datang ke kos dengan membawa obat, susu, makan siang dan coolfever. Aku hanya tersenyum kecil saat menemuinya. Dasar orang aneh.

Parahnya, dia bodoh. Bersahabat denganku, bukankah itu membuat semua wanita berpikir lain. Mereka tidak lagi mengejar ngejar Agam. Ah, itu mending. Masalahnya, mereka selalu meminta izinku setiap kali ingin mengajak Agam keluar, entah mengerjakan tugas, atau sekedar hang out. Aku rasa ini tidak wajar. Berkali kali kujelaskan pada mereka bahwa kami hanya bersahabat. Namun selalu senyuman misterius yang kudapati sebagai jawabanya.

Ya ya ya, aku sendiri tak bisa menyangkal. Sorot mata lelaki itu masih menyiratkan misteri. Aku pandai membaca mata orang. Tapi tidak dengan matanya. Warnanya yang gelap seperti mata elang, seperti menyimpan berbagai teka teki yng susah ku artikan dengan bahasa manusia. Dan masalah utamanya, aku tidak berani mempelajari bahasa matanya. Kau tau, justru hitam itu yang menyeret kesadaranku tiap kali kutatap. Entah. Black hole kah.

Bukan sekali dua kali dia memandangku dengan cara lain. Kalian benar. Resiko besar menjadikanya sahabat setelah menolaknya. Dan keputusan itu, aku menyesalinya sekarang.

Hal terakhir yang bisa aku lakukan adalah bertahan dengan mata tajamnya. Aku selalu menyadarkannya bahwa kita sahabat, tidak lebih. Entah lewat perlakuan atau kalimat halus.

Namun siapa sangka. Saat aku berusaha mati matian meyakinkanya, hatiku sendiri yang perlahan berubah. Ah. Bodoh memang. Apa yang harus kulakukan. Haruskah aku mengaku padanya, mungkin saja dia masih menyimpan perasaan yang sama. Tepat sekali, besok adalah hari valentine. Aku bisa mengatakan semua yang ada didalam benakku. Tapi..

"Ra. Besok gue mau kencan sama sama Reina. Kalau lo jadi posisi dia, lo mau gue ajak kemana.?" Pesan singkat dari Agam, yang seketika menghancurkan keberanianku untuk mengungkapkan segalanya.

"SNC aja. Pas banget sama hari Valentien kan :v ." Jawabku sesimpel mungkin. Kutambah emoticon agar tidak terkesan canggung atau aneh. Tapi nihil. Agam tidak membalas dengan sepatah katapun.

Haaaaaah. Bego banget sih ra. Padahal besok kesempatan lo. Bahkan bisa jadi yang terakhir. Gimana kalau besok Agam bakal ngungkapin perasaanya. Arghhhhhh.

***

Jam dindingku bergetar keras tepat pukul 6 pagi. Membangunkan lamunanku yang aneh sepanjang malam. Perasaanku tidak tenang. Sesak, sekaligus miris. Apa aku harus ikhlas, tanpa sedikitpun mencoba?. Tapi Agam berhak tau ini. Ya. Mungkin terlambat. Rasanya bukan lagi untukku. Tapi setidaknya, aku bisa menatapnya tanpa ekspresi kebohongan seperti yang saat ini coba ku perankan.

EVENT AIRIZ "Realita di balik Valentine"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang