Kebaikan dalam Lautan Cokelat

65 5 0
                                    

Cerita ini dikarang oleh akbarevandio

****


Bila kalian sedang membaca cerita ini, izinkan aku untuk mengucapkan selamat. Hal pertama adalah selamat hari kasih sayang atau yang lebih dikenal dengan Hari Valentine bagi kalian yang merayakan. Serta, selamat karena kalian bisa merayakan dengan orang yang kalian begitu cintai dan kasihi karena apabila kalian mencari siapa dan di manakah penulis dari cerita ini. Aku sarankan untuk menyerah saja karena aku tidak akan keluar rumah untuk menemui kalian.

Perkenalkan namaku adalah Khairina Nilda Bassania, sejak kecil aku membenci Hari Valentine, apakah kalian ingin tau alasannya. Ada baiknya memang aku bercerita saja, tenang aku bukan membenci Valentine karena memiliki pandangan terhadap cokelat adalah lambang kemaksiatan atau pun gerakan lain yang menentang Valentine dengan dalih apa pun itu.

Aku membencinya karena Tuhan sudah menakdirkanku untuk membenci hari tersebut. Aku merupakan salah satu anak yang mengidap Xocolatophobia. Jika, kalian ingin aku menjabarkannya selain tidak akan tahan mencium bau kakao. Jika sedikit saja tercium bau itu, aku akan merasa pusing dan mual seakan kehilangan keseimbangan. Aku sendiri mulai menyadari bahwa aku memiliki anugerah ini saat aku berusia tujuh tahun. Tepatnya, saat aku berada di bangku sekolah dasar.

Aku ingat sekali saat itu sekolahku sedang mengadakan kunjungan ke sebuah pabrik cokelat. Perjalanan itu begitu menyedihkan bagiku. Bila kalian berfikir aku tidak menikmatinya, maka aku akan menjawab tebakan kalian kali ini begitu tepat. Coba saja kalian bayangkan ketika kunjungan dan semua teman-temanku duduk bersama salah satu dari orang tua mereka dan aku terpaksa duduk di samping supir bersama guruku.

Beliau beberapa kali mencoba untuk mengajakku bicara dan menghiburku tentunya tapi rasanya aku ingin minta maaf kepadanya dan mengatakan cukup untuk meninggalkan aku sendiri. Pada saat sudah berada di pabrik cokelat aku sengaja untuk berpisah dari rombongan, sengaja saja agar aku bisa lebih tenang untuk tidak melihat semua temanku sedang bahagia dengan seseorang yang disebut orang tua. Aku pun berkeliling pabrik dan tanpa sadar memasuki kawasan yang dilarang untuk dimasuki karena disana terdapat alat-alat berat yang bila aku pikirkan saat ini. Mungkin dulu adalah sebuah keajaiban aku bisa selamat.

Aku yang saat itu mulai sadar karena terlalu lama berpisah dari rombongan akhirnya ditemukan tanpa sadar di dalam gudang penyimpanan cokelat dengan wajah pucat pasi dan mulai saat itu apabila aku menghirup bau cokelat. Tubuhku akan bereaksi dan membuat nafasku sesak serta kemudian tidak sadarkan diri. Mungkin hal tersebut masih kurang untuk menjadi fondasiku dalam berdalih dan memberikan alasan aku benci Valentine. Mungkin alasan kali ini cukup, selain karena anugerah yang aku miliki Hari Valentine adalah Hari di mana aku terlahir ke dunia ini dan hari di mana telah merenggut ibuku dalam pengorbanannya untuk membuatku bisa ada di bumi ini.

Ayahku begitu membenciku, bagaimana tidak aku telah merebut seseorang yang begitu berarti dihidupnya justru di mana ketika orang-orang mengatakan hari tersebut adalah hari kasih sayang. Sejak kelahiranku di dunia ini beliau tidak pernah menyapaku bahkan beliau selalu menampar apabila aku hadir untuk sekadar bertanya bagaimana rupa dan watak mama. Sehingga, jika kamu ingin tau aku tinggal bersama dengan nenekku. Hanya nenek, satu-satunya yang memahami problematikaku saat ini, hanya beliau satu-satunya menurutku bukan hanya dengan umur yang bertambah namun dengan kedewasaan yang selalu semakin dalam hingga tak mampu aku menyelaminya.

Tok... Tok... Tok...

Suara seseorang sedang mengetuk pintu kamarku.

"Airin, bangun nak. Berangkat kuliah jangan lupa Salat Subuh."

EVENT AIRIZ "Realita di balik Valentine"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang